Pendidikan

Rehab Terhenti, KBM Siswa SMPN 2 Lemahabang Jadi Dua Shift

CIREBON-
Rehabilitasi ruang kelas SMPN 2 Lemahabang Kabupaten Cirebon, diduga terhenti sejak dua pekan lalu. Sehingga mengganggu kenyamanan para siswa dan guru setempat.
Meski dalam papan informasi tertera hingga 24 Desember mendatang, namun material kayu yang ada di sekolah tersebut akan berdampak kurang baik bagi para siswa. Bahkan, belum terselesaikannya rehab ruang kelas tersebut pihak sekolah terpaksa memberlakukan shif pagi dan siang, termasuk saat ujian sekarang ini.
Dari tiga ruang kelas yang dilakukan rehab, hanya dua yang menjadi skala prioritas. Itu pun hanya atap, dari kayu menjadi baja ringan, plafon dan pengecatan.
Sedangkan satu ruang kelas lagi, belum dipasang plafon. Pihak sekolah telah berupaya maksimal dengan menghubungi pelaksana pembangunan, agar ruang kelas segera diselesaikan, akan tetapi tak kunjung ada pengerjaan.

Menurut guru SMPN 2 Lemahabang, Adit, rehabilitasi ruang kelas 8 A, B dan C sangat dinantikan para guru dan siswa. Mengingat kondisi yang memprihatinkan. Akan tetapi yang terjadi, hanya dua ruang kelas yang menjadi skala prioritas untuk perbaikan. Sedangkan ruang kelas satunya, hanya baja ringan saja.
“Dua ruang kelas yang direhab bagian atap, dari kayu menjadi baja ringan. Selain itu, untuk instalasi listrik dan kusen berikut daun pintu juga jendela, belum terpasang,” katanya saat ditemui “KC”, Selasa (5/12/2023).

Adit menceritakan, sebelum dilakukan pembongkaran, komite sekolah telah berkomunikasi dengan pelaksana pembangunan dan yang direhab, tiga ruang kelas yakni kelas 8A, B dan C.
Namun yang terjadi, kelas 8A, belum terpasang plafon. Begitu juga, ruang kelas 8B dan C, untuk instalasi listrik belum terpasang. Selain itu, material kayu belum diangkut, sehingga akan berdampak kurang baik bagi siswa.

“Sekitar dua pekan lalu, saya kaget ketika para pekerja sudah membawa perlengkapan tukang. Ketika ditanya, hanya dua ruang kelas yang direhab. Satunya lagi, kalau ada anggaran berikutnya. Kenapa bisa begitu,” tanya Adit.
Masih dikatakan Adit, dalam pelaksanaan rehabilitasi sekolah, besar kemungkinan, sudah ada tim yang mengatur besarnya anggaran yang diperlukan dan tertuang dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB). Namun yang terjadi di lapangan, untuk melihat spesifikasi RAB tersebut, pihak sekolah tak mengetahuinya.

“Memang, kami hanya menerima manfaat. Tapi alangkah baiknya, untuk saling mengawasi anggaran yang gulirkan pemerintah,” tuturnya didampingi guru lainnya. Ikhwanul Ma’arif.
Dirinya mengharapkan, rehabilitasi tiga ruang kelas segera diselesaikan, meski batas waktu 24 Desember mendatang. “Sesuai pembicaraan awal dengan pihak pelaksana bangunan, kami ingin tetap tiga ruang kelas yang direhab dan secepatnya terselesaikan, agar bisa langsung digunakan. Kasihan para siswa dan guru yang seharusnya KBM pagi hari, kini sampai sore hari,” pungkas Adit.(Pra)

Related Articles

Back to top button