Dilaporkan Pembeli Tak Miliki Legal Standing, Suryaningsih Jadi Tersangka
CIREBON-Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Suryaningsih (66 tahun), warga RT 1/RW 4 Perumahan Griya Sumber Indah, Kel. Tukmudal Kec. Sumber Kab. Cirebon kembali harus berurusan dengan pihak berwajib.
Sebagai pemilik tanah seluas 9.630 meter di sekitar Krangkeng Kab. Indramayu dan berniat menjualnya, Suryaningsih justru dilaporkan seseorang yang telah membeli tanpa sepengetahuannya.
Suryaningsih pun ditetapkan kepolisian Polsek Krangkeng sebagai tersangka penipuan dan penggelapan. Berkasnya telah dilimpahkan ke Polres Indramayu dan Rabu, 6 Desember 2023, Suryaningsih dipanggil penyidik untuk diminta keterangan.
Kasus ini bermula dari ketertarikan Supardi alias Pardi, mantan perangkat Desa Srengseng Kec. Krangkeng yang berminat membeli tanah milik Suryaningsih. Ia pun mendatangi rumah Suryaningsih pada tahun 2019. Dalam pertemuan itu terjadi kesepakatan jual beli tanah seluas 9.630 meter dengan harga Rp 2,5 miliar.
Supardi membayar uang muka sebesar Rp 1 miliar dengan rincian 1 unit mobil HRV ditaksir Rp 250 juta dan uang tunai sebanyak Rp 750 juta. Untuk sisanya Rp 1,5 Miliar dijanjikan lunas delapan bulan ke depan. Namun setelah delapan bulan, Supardi tidak mampu melunasi dan disepakati pembatalan jual beli.
Suryaningsih yang telah menerima uang muka pembelian akan mengembalikan kepada Supardi setelah tanahnya terjual. Sampai dengan dua tahun berjalan, tanah itu belum juga terjual. Namun dari informasinya yang diperoleh Suryaningsih, tanpa seizinnya tanah itu telah dijual Supardi pada 2021 kepada H. Karyana, warga Desa Jagapura Lor Kec. Gegesik Kab. Cirebon seharga Rp 5 miliar.
Atas informasi itu, Suryaningsih mendatangi rumah H. Karyana. “Ya membenarkan telah membeli seharga Rp 5 miliar. Dia tidak mengetahui jika tanah yang dibelinya milik saya. Dia merasa hanya sebagai pembeli,” kata Suryaningsih.
Meski begitu, H. Karyana mempertemukan Supardi dengan Suryaningsih di rumahnya. Dalam pertemuan itu, Supardi mengajak Suryaningsih ke luar dengan alasan ke bank. Ternyata Suryaningsih diajak ke rumah Raji, perangkat Desa Srengseng untuk menandatangani akta jual beli (AJB).
Seusai tandatangan Suryaningsih menerima transfer dari Supardi sebesar Rp 1.168.900.000 dari seharusnya Rp 3,5 miliar sesuai perjanjian baru harga per meter tanah Rp 350 ribu.
“Dengan nilai yang sudah diterima Rp 2.168.900.000, kata penyidik Polsek Krangkeng, saya masih punya hak tagih ke Supardi sekitar Rp 1.331.100.000. Saat saya diperiksa, penyidik juga menyampaikan adanya AJB no. 801/2022 tanggal 7 Maret 2022 an. Sambudi selaku pembeli luas 4000 meter dan AJB no. 1562/2022 tanggal 27 Mei 2022 atas nama Nengsi Sulastri selaku pembeli 4054 meter. Saya memang tandatangan AJB tapi bukan atas nama itu. Menurut info Sambudi adalah pekerja H. Karyana,” papar Suryaningsih.
Adanya dua AJB an. Sambudi dan Nengsi yang keduanya merupakan suami istri, dibuat notaris Doddy Saiful Islam, Suryaningsih pun menguasakan kepada tim advokat dari Taryadi Tarmani Sudjana Law Office.
Dr. Taryadi, didampingi Mohamad Nurjaya, dan dua advokat magang, Holke Yandheka, dan Abdur Siraz, kepada “KC” Senin (4/12/2023) telah mengkonfirmasi notaris dan hasilnya dua AJB tersebut dicabut.
Notaris mengaku tidak pernah bertemu dengan Suryaningsih.“Dengan dicabutnya keterangan atas akta tersebut, proses hukum yang ada di Polsek Krangkeng harus batal demi hukum. Apa yang mau dikejar, semuanya jelas. Di sini timbul wanprestasi. Perlu diluruskan dulu pembelinya siapa. Apakah Pardi, H. Karyana, Sambudi atau Sulastri.
“Jadi status tersangka klien kami juga harus dibatalkan demi hukum. Jika penyidik yakin status tersangka itu, kami akan mengujinya dengan segera mengupayakan praperadilan ke Pengadilan Negeri Indramayu,” papar Taryadi.
Sementara advokat lain, Mohamad Nurjaya menambahkan, terkait yang disampaikan klien bahwa pembeli tanahnya H. Karyana. Ia mencurigai dalam persoalan ini sebagai pembeli, H. Karyana seperti merasa enjoy, seolah-olah tidak ada masalah dan merasa tidak dirugikan.
“Kalau iya membeli Rp 5 miliar, H. Karyana baik diminta atau tidak harusnya datang ke penyidik untuk memberikan keterangan. Terlebih keterangan klien kami, Sambudi itu diduga pekerja H. Karyana. Sampai diatasnamakan seolah-olah pembelinya Sambudi dan Nengsi,” ujar Nurjaya.(Ton)