Pesan Buya Syakur, Jangan Terjebak Ibadah Seremonial sehingga Melupakan Ibadah Sosial
CIREBON– Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cirebon mengadakan acara puncak Peringatan Hari Santri Nasional dengan tema ‘Gebyar Santri Nusantara Menuju Indonesia Emas 2045’.
Kegiatan tersebut bertempat di Pondok Pesantren Madinatunnajah Kota Cirebon yang dihadiri tak kurang dari 500 orang dari seluruh elemen lembaga maupun badan otonom Nahdlatul Ulama Kota Cirebon, para santri dan masyarakat setempat.
Kemeriahan acara ini tak terlepas dari kegiatan menarik yang berusaha mengenang masa lalu di pesantren dengan slogan ‘Ngopi, Ngaji, Nge-NU’, dengan menghadirkan pensyarah Prof. Dr. KH Buya Syakur Yasin, M.A. (Cendekiawan Muslim Indonesia) yang dikolaborasikan dengan Nabila Elok (Guest Start K SCTV), Madera Lesbumi dan dua mursyid yang sering berkiprah di Kota Cirebon (Ilham Fauzi dan M Zacky Nabil T).
Mohamad Yahya selaku Ketua Pelaksana Hari Santri Nasional PCNU Kota Cirebon menyampaikan pentingnya peran sentral santri dalam menghadapi transformasi kehidupan menuju Indonesia Emas 2045 dan berusaha menyajikan kegiatan berbasis intelektual dan visioner dalam menatap masa depan untuk membangun peradaban santri khususnya di Kota Cirebon.
“Melalui peringatan Hari Santri Nasional ini diharapkan dapat mengukuhkan kerukunan dan mempersiapkan kader Nahdliyyin dalam menghadapi transformasi kehidupan di era Indonesia emas 2045. Acara ini dikemas dalam imajinasi kenangan masa lalu yang diwujudkan pada bentuk marhabanan akbar kolosal tetapi juga menatap masa depan dengan menghadirkan kajian yang inspiratif dan provokatif menuju perubahan, ” ucap Yahya.
Kiai Mustofa Rajid, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Cirebon, berusaha mengajak para warga Nahdliyyin khususnya santri agar dapat mengikuti kaderisasi Nahdlatul Ulama dan mendoakan agar warga Nahdiyyin menjadi orang sukses yang bermanfaat di masyarakat.
“Untuk warga Nahdliyyin dan para santri, mari bergabung dalam kegiatan kader Nahdlatul Ulama yang nanti akan dilaksanakan. Semoga kita semua dari keluarga Nahdlatul Ulama bisa mencetak para santri yang unggul dan sukses dalam segala hajatnya agar menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya,” ujar Mustofa.
Dalam penyampaian syarahnya, Buya Syakur, Cendekiawan Muslim Indonesia, berusaha menanamkan mindset kepada para santri, baik secara historis maupun konteks kekinian agar dapat kembali memajukan peradaban ilmu pengetahuan di zaman dahulu. Lalu, mengajak kepada warga Nahdliyyin dan para santri agar mulai berpikir kritis terkait apa yang disampaikannya.
“Kanjeng Nabi adalah seorang tokoh satu-satunya di dunia yang berhasil menyampaikan risalah dakwahnya sekaligus membangun peradaban Islam di dunia dalam memajukan ilmu pengetahuan selama 23 tahun. Rahasia kesuksesan Nabi ialah berusaha mencerdaskan umat Islam dengan belajar sebagaimana perintah Iqra dalam Alquran karena pendidikan tidak mengenal usia. Eksistensi santri harus benar-benar hadir di Indonesia dalam mensyukuri anugerah yang diberikan. Semangat belajar umat Islam harus ditingkatkan, karena di dalam ibadah juga terjadi tangan-tangan halus untuk melemahkan umat Islam. Jangan sampai ibadah kita terjebak terhadap ibadah seremonial, sehingga kita melupakan ibadah sosial. Padahal yang menjamin ibadah kita adalah ibadah sosial,” katanya.(Fanny)