Refleksi 1 Tahun, Masjid Lautze 3 Identik dengan Para Mualaf
CIREBON-Sepintas, tidak akan ada orang yang tahu jika salah satu bangunan yang tidak terlalu luas, berdiri dihimpit bangunan lainnya di salah satu ruas sibuk di Kota Cirebon, adalah bangunan masjid.
Terletak di Jalan Pekalipan, Kota Cirebon, persis di pinggir jalan, bangunan yang tidak terlalu luas ini, tak terlalu mencolok. Pun ketika berdiri di depan bangunan ini, orang lain masih belum akan paham jika ini adalah masjid.
Tulisan ‘Masjid Lautze 3’ yang diletakkan tepat depan bangunan tersebut merupakan penanda jika bangunan tersebut memang bangunan suci umat muslim. Begitu masuk, ornamen khas China akan terasa di mimbar masjid, selaras dengan nama masjidnya, Lautze yang berarti guru.
Masjid ini awalnya identik dengan mualaf. Meski demikian, Yayasan Haji Karim Oei yang menaungi masjid ini menyatakan jika masjid ini terbuka untuk umum.
Ketua Yayasan Haji Karim Oei, Harry Saputra Gani mengatakan, masjid ini disebut Masjid Lautze 3, karena Masjid Lautze 1 dan 2 sudah ada sebelumnya.
“Masjid Lautze 1 ada di Jalan Lautze Jakarta, makanya kan namanya disebut Masjid Lautze, kemudian Masjid Lautze 2 ada di Jalan Tamblong Bandung, dan di Kota Cirebon ini didirikan Masjid Lautze 3,” ujar Harry.
Dan, tepat di Hari Santri, Masjid Lautze 3 memperingati milad yang pertama, sebab masjid ini diresmikan pada 22 Oktober 2022.
Pihak yayasan, DKM, serta panitia turut memperingati milad yang pertama ini dengan penuh rasa syukur. Terdapat berbagai rangkaian acara, dimulai dari hapus tato, donor darah, lomba ngaji anak-anak, dan puncaknya yaitu pengajian yang disertai oleh santunan anak yatim.
“Kita cuma ingin refleksi satu tahun, bahwa Masjid Lautze masih terus berdiri. Kita juga ingin syukuran bahwa kita bisa melewati satu tahun dengan baik, dan semoga masjid ini bisa menjadi tempat berkumpulnya umat, satu sama lain, khususnya para mualaf, tapi tetap terbuka untuk umum,” ungkapnya.
Menurutnya, masjid ini akan tetap berdiri sampai kapanpun sebagai tempat syiar serta berkumpul satu sama lain. “Tidak ada yang pernah tahu mualaf jika bukan mualaf itu sendiri,” ujar Harry.
Ketua DKM Masjid Lautze 3, Ahmad Khumaini mengatakan, ornamen China di dekat mimbar masjid menandakan harapan akan syiar Islam bisa menyebar luas di sekitar masjid tersebut.
“Apalagi kan daerah sini identik dengan warga etnis Tionghoa nya. Kita terus bersyiar Islam, salah satunya melalui ornamen-ornamen China,” ujarnya.(Fan)