Ayumajakuning

Peredaran Beras Seimbang, Lonjakan Harga Gabah Tak Akan Berdampak Inflasi

 

MAJALENGKA-Kenaikan harga gabah di pasaran dinilai tidak akan mempengaruhi inflasi secara nasional ataupun lokal. Karena terjadi keseimbangan peredaran beras di pasaran.

Kemudian di tingkat masyarakat juga tidak sampai kekurangan pangan. Karena ada suplai beras kepada masyarakat miskin sebanyak 213.530 ton, dengan jumlah penerima mencapai 1.535 juta penerima manfaat.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi IV DPR RI Sutrisno, menyikapi adanya gagal panen dan melambungnya harga gabah serta beras di pasaran.

Ia mengemukakan, pada dasarnya kenaikan harga gabah sangat dinanti petani. Karena dengan tingginya harga gabah, petani memiliki nilai lebih dari selisih modal dengan harga jual.

“Harga mahal bisa memberikan kesejahteraan kepada petani,”ujarnya.

Menurut dia, dengan melonjaknya harga gabah yang diikuti kenaikan harga beras, pemerintah telah memberikan solusi bagi keluarga miskin. Mulai Mei 2023 pemerintah telah mendistribusikan beras untuk penerima manfaat yang setiap bulannya mencapai 10 kg.

Selain itu, Bulog juga melakukan pendistribusian ke pasar, sehingga stok pangan tetap tersedia di pasaran.

“Jadi pangan tetap tersedia, tidak akan sampai masyarakat kekurangan pangan. Untuk keluarga kurang mampu mereka disubsidi beras setiap bulannya,” katanya.

Sementara itu, harga gabah di Kabupaten Majalengka saat ini mencapai Rp 750.000 hingga Rp 800.000 per kwintal. Sedangkan harga jual beras di pabrik penggilingan telah mencapai Rp 12.500 per kg.

Yahya bandar gabah di Jatituh mengungkapkan, pihaknya hingga sekarang masih bisa menyuplai gabah kepada pelanggannya di Desa Sukadana, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu. Gabah itu masih tetap diperoleh dari wilayah Jatitujuh.

“Gabah masih tetap mahal, bagi petani yang masih memiliki gabah  harga tinggi cukup menguntungkan, hanya kan gabah yang dimiliki petani ada yang dijual sejak basah, ada juga yang dijual kering,” katanya.

Menurut dia,  tingginya harga gabah di pasaran lebih diakibatkan oleh faktor el nino yang berdampak pada penurunan produksi gabah. Karena banyak tanaman padi yang mengalami kekeringan.

“Musim sekarang biasa memperoleh  1 ton gabah turun jadi 7 kwintal, malah ada yang puso. Sekarang desa-desa di Jatitujuh yang belum panen ini bakal gagal panen. Melihat kondisi daun bagus, tinggi bagus, tapi ketika muncul buah  ternyata hampa,” tuturnya.(Tati)

 

 

Related Articles

Back to top button