Ayumajakuning

Jadi Pesta Rakyat, Warga Babadjurang Antusias Ikut Nyiruk di Situ Tarisi

 

MAJALENGKA-Warga Desa Babadjurang, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka melaksanakan  tradisi nyiruk, di Situ Tarisi desa setempat, Minggu (3/9/2023).

Dalam kegiatan menangkap ikan dengan berbagai cara di danau yang luas arealnya mencapai 20 hektare ini, warga sudah berdatangan ke lokasi sejak pukul 06.00 WIB. Tanpa ada aba-aba mereka langsung terjun ke danau yang airnya mulai mengering untuk menangkap ikan.

Cara warga menangkap ikan, ada yang menggunakan jaring dan  jala. Bahkan  ada yang lebih tradisional dengan menggunakan jaring bambu. Setiap melempar jaring ada yang memperoleh hampir 0,5  kg ada pula yang hanya beberapa ikan.

Hingga siang hari sejumlah warga memperoleh belasan kg ikan. Bahkan ada yang lebih dari 20 kg. Namun tidak sedikit yang memperoleh beberapa kg saja, karena alat tangkapnya menggunakan alat paling sederhana.

Jenis ikan yang mereka peroleh di antaranya mujair, nila, lele badar, belut, gabus hingga udang. Karena ikan – ikan tersebut di antaranya ditanam oleh salah seorang tokoh masyarakat setempat.

Menurut Indra dan Satyo, warga yang ikut menangkap hingga memperoleh ikan belasan kilogram, hasil tangkapannya itu sebagian akan dijual dan sisanya dibagikan kepada tetangga yang kebetulan tidak ikut menangkap ikan.

“Ikannya untuk di makan, tapi kan ini banyak jadi sebagian akan dijual. Sebagian dikasihkan untuk  tetangga,” katanya.

Tarsidi warga lainnya yang turut menangkap ikan menyebutkan, ikan perolehannya sebagian akan diawetkan dengan jalan di asin. Sebagian lagi dibagikan untuk keluarganya yang tidak ikut menangkap ke situ.

“Dimakan sekaligus tidak akan habis, jadi di jemur agar awet dan sebagian untuk saudara.” katanya.

Mereka mengungkapkan,  acara nyiruk ini biasa dilakukan setiap tahun di pertengahan musim kemarau atau saat  air situ hampir surut. Karena jika situ sedang berair, upaya penangkapan ikan sulit dilakukan serta kedalaman situ bisa mencapai lebih dari empat meter.

“Ini tradisi tahunan. Semua warga bebas mengambil ikan secara bersama-sama. Waktunya ditentukan pengelola situ dan yang menanam ikan,” kata Satyo.

Sementara itu, Pengelola Situ Tarisi, Muhidin menyampaikan, dirinya setiap tahun selalu menebar ikan berbagai jenis dengan  jumlah sekitar 5 kwintal hingga  satu ton. Ikan yang ditebar kebanyakan ikan badar, mujair dan nila, serta lele dan udang.

“Kalau ikan gabus tidak ditanampun tumbuh sendiri di rawa. Ikan gabus ini saat kemarau menyatu dengan lumpur kering, begitu hujan dan rawa berair langsung ke luar. Telur -telur ikan juga begitu musim penghujan langsung menetas. Makanya ikan di rawa ini kebanyakan ikan gabus. Karena ikan gabus ini tahan  dengan kemarau selama ada lumpur basah di dalam tanah,” tuturnya.

Menurutnya, nyiruk adalah stradisi masyarakat di wilayahnya, hingga menjadi salah satu pesta rakyat di Desa Babadjurang. Sehingga ketika pelaksanaan nyiruk bisa ratusan warga terjun ke situ.

Ia mengatakan,  ketika musim hujan air situ dimanfaatkan untuk mengairi areal sawah seluas 200 hektare di wilayah Desa Babadjurang dan  sebagian Jatiraga. Namun memasuki musim kemarau, air menyusut dan sebagian besar areal situ mengering.

“Saat kemarau, yang terairi tidak mencapai satu hektare. Bahkan bisa tidak berair sama sekali. Situ baru akan berair kembali saat musim hujan,”ujarnya.(Tati)

 

Related Articles

Back to top button