CirebonRaya

Harga Garam Merosot, Ancam Kesejahteraan Petani

CIREBON – Dewan Pakar Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kabupaten Cirebon, H Asdullah Anwar menyampaikan, banyak petani garam di daerahnya yang mengeluh. Sebab, meski cuaca mendukung untuk produksi garam, tetapi kesejahteraan mereka terancam sebab harga terus-terusan merosot.

Sebut saja, kata dia, para petani garam di wilayah Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Ketika awal-awal petani belum banyak yang produksi, harga garam mencapai Rp 4.000 perkilogramnya. Namun, harga setiap harinya terus mengalami penurunan dan sekarang hanya Rp 800 perkilogramnya.

Hal ini, membuat para petani garam frustasi. Mereka sulit menutup biaya produksi. “Kan kami harus membayar tenaga kerja, mengeluarkan untuk bensin dan solar yang mahal. Sementara harga jual saat panen malah hancur,” kata petani garam, asal Bungko, Sarif, Minggu (13/8/2023).

Keluhan para petani garam ini pun sampai kepada Asdullah yang merupakan Dewan Pakar LPPNU Kabupaten Cirebon. Ia yang juga menjabat Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Cirebon pun akhirnya langsung monitoring area tambak garam, di Desa Bungko Kecamatan Kapetakan tersebut.

“Garam sedang melimpah tapi terjadi penurunan harga. Itu membuat petani garam di berbagai daerah menghadapi tantangan serius,” kata Asdullah.

Para petani yang selama ini mengandalkan produksi garam sebagai sumber utama penghasilan, tentu menghadapi situasi yang sulit. “Penurunan harga garam membuat pendapatan mereka merosot tajam. Mengancam kesejahteraan ekonomi mereka,” ungkapnya.

Sebab kata dia, banyak petani yang mengeluhkan bahwa biaya produksi dan tenaga kerja yang dikeluarkan untuk menghasilkan garam jauh lebih tinggi dari pada pendapatan yang mereka peroleh setiap harinya.

Beberapa faktor di balik melimpahnya pasokan garam dan penurunan harga adalah peningkatan produksi garam di beberapa daerah penghasil utama karena kondisi cuacanya mendukung.

Petani yang mengandalkan produksi garam sebagai mata pencaharian mereka, merasa tertekan. Mereka berharap ada solusi dari pemerintah dalam mengatasi masalah ini. “Mereka meminta pemerintah untuk memberikan dukungan dan bantuan dalam menjaga kesejahteraan petani di tengah perubahan pasar yang cepat,” katanya.

Pemerintah, lanjut Asdullah, diharapkan dapat berkolaborasi dengan para petani untuk menemukan solusi yang tepat, seperti diversifikasi usaha atau pendekatan lain yang dapat membantu mereka mengatasi dampak penurunan harga garam.

Selain itu, upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk garam melalui proses pengolahan juga dapat menjadi alternatif untuk mengurangi dampak penurunan harga.

“Situasi ini menjadi pelajaran bagi semua pihak terkait pentingnya keseimbangan antara kebutuhan konsumen dan kesejahteraan petani. Dalam menghadapi perubahan pasar yang cepat, kerjasama antara pemerintah, industri, dan petani menjadi kunci dalam mencari solusi yang berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat,” ungkap Asdullah.(Ismail) 

Related Articles

Back to top button