Miris, SDN Mulyasari Losari Kabupaten Cirebon Jumlah Siswanya Hanya 18
CIREBON- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cirebon akan melakukan analisa terkait dengan kekurangan siswa yang dialami oleh SD Negeri Mulyasari, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, H Ronianto mengakui, selain di sekitar SD Negeri Mulyasari terdapat beberapa Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang menjadikan SD negeri sejak 3-4 tahun lalu kekurangan siswa. Ini diakibatkan karena jumlah siswa sangat terbatas sehingga terdapat persaingan seperti itu.
“Pertama akan kami lihat ulang, dan kedua kami akan lakukan analisa, langkah apa yang akan dilakukan terkait dengan SD Mulyasari itu? Apakah akan dijadikan kelas jauh apakah merger,” ujar Ronianto.
Kalau merger, kata Ronianto, pihaknya akan melihat terlebih dahulu sekolah mana yang terdekat dengan SD Negeri Mulyasari. Tetapi mungkin efektifnya adalah kelas jauh. “Nanti induknya tetap. Kelas 1-2 tetap di kelas SD Negeri Mulyasari, tapi kelas 4-6 di sekolah lain,” katanya.
Menurut Ronianto, beberapa tahun lalu pihaknya sudah mencoba menyarankan agar ada pelajaran muatan agamis lebih diperdalam dan diperkuat meskipun itu adalah sekolah negeri. Ini bertujuan agar masyarakat sekitar tetap mempercayakan ke sekolah negeri. “Tapi tampaknya sulit juga untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat, sehingga akhirnya seperti ini,” katanya
Terkait jumlah sekolah dasar yang kondisinya serupa, Roni mengungkapkan, saat ini pihaknya masih mendata. Menurutnya, jumlah pastinya, pihaknya akan melakukan rapat dengan korwil-korwil untuk melihat sekolah-sekolah mana saja yang kekurangan siswa. “Hasil pastinya nanti ya setelah rapat dengan korwil-korwil,” sebutnya.
Seperti diketahui tahun ajaran baru 2023 di SD Negeri Mulyasari, Kecamatan Losari Kabupaten hanya menerima satu siswa saja. Jumlah siswa dan siswi di sekolah tersebut hanya 18 orang. Bahkan untuk kelas 3 tidak ada muridnya, kondisi itu telah berlangsung sejak tahun 2010 hingga saat ini.
“Dari kelas 1-6 hanya ada 18 siswa, bahkan kelas 3 tidak ada muridnya. Perlu ada campur tangan semua pihak untuk melakukan pembenahan,” kata Plt Kepala SD Negeri Mulyasari, Mukidi.
Mukidi merasa kaget ketika melihat kondisi sekolah dengan jumlah siswa yang sangat minim tersebut saat dirinya baru ditugaskan 1 Juli 2023 di sekolah SD Negeri Mulyasari.
“Di kelas 2 hingga kelas 6, yang hanya tersisa tiga hingga lima siswa per kelasnya, bahkan siswa kelas 3 yang tersisa satu pada tahun lalu dan tahun ini memilih untuk pindah sekolah,” jelasnya.
Ia mengatakan, SD Negeri di Desa Mulyasari hanya ada satu, tetapi SD Negeri Mulyasari ini diapit oleh 5 sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI).
“Sebagian besar orang tua memilih memasukan anaknya ke MI, dengan alasan anaknya mendapat mata pelajaran agama selain mendapat pelajar umum. Siswa yang akan masuk MI juga memperoleh seragam gratis bahkan uang tunai,” jelasnya.
Mukidi mengaku untuk bersaing dengan memberikan modal seragam sekolah gratis dan uang, SD Negeri Mulyasari sangat berat. “Mereka mencari siswa 3-6 bulan sebelum pendaftaran siswa baru dibuka, sehingga ketika masuk penerimaan siswa baru, sudah habis,” terangnya.
Yang bisa dilakukan SD Negeri Mulyasari, ungkap dia, hanya bisa mengandalkan dari sisi kualitas pendidikan, salah satu contohnya untuk mata pelajaran agama karena masyarakat sekitar berharap adanya tambahan pelajaran agama.
“Kita telah menerapkan tingkat kedisiplinan siswa dan guru yang harus hadir 30 menit sebelum jam pembelajaran dimulai untuk mengisi kegiatan tambahan, mengaji, menghafal doa-doa, pembekalan tata cara mengerjakan salat, kemudian juga ada kegiatan rutin salat duha dan salat duhur berjamaah,” imbuhnya.(Iwan)