Nasional

Tidak Ada Apresiasi dari Pemerintah, Atlet Silat Asal Cirebon Juara ASEAN Jadi Tukang Jahit

CIREBON- Andi Suryadi anak dari Narsiwan (49 tahun) pernah memiliki prestasi yang sangat gemilang. Pemuda asal Desa Ujungsemi, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon ini menekuni pencak silat dari bangku SMK hingga meraih berbagai prestasi.

Meski dengan prestasi yang membanggakan kedua orang tuanya dengan puluhan medali dan piagam penghargaan yang diraih dari juara di berbagai kejuaraan pencak silat, namun tidak bisa mengubah masa depan sang anak.

Piagam dan penghargaan yang menumpuk itu ternyata tak cukup kuat untuk mendapat apresiasi dari Pemerintah, baik Pemprov Jabar maupun Pemkab Cirebon.

Narsiwan mengatakan, Andi Suryadi adalah anak kedua dari delapan bersaudara dan menjadi bagian dari penopang ekonomi keluarganya yang berada di bawah garis kemiskinan.

Bahkan, saat masih mengenyam pendidikan di salah satu SMK di Kecamatan Arjawinangun, Andi sudah berjuang membiayai sekolahnya sendiri dengan menjadi penjaga sekolah. Selain itu, pemuda yang kini berusia 23 tahun itu juga ikut bekerja sebagai penjahit di konveksi rumahan yang ada di sekitar sekolahnya.

“Boleh dibilang, anak saya itu membiayai sendiri sekolahnya, dia jadi kemit dan menjahit. Makanya kalau dia pulang ke rumah hanya sebulan sekali, karena harus kerja dan ngaji juga,” tutur Narsiwan.

Kendati demikian, di tengah padatnya aktivitas sebagai pelajar, penjaga sekolah dan penjahit, Andi sangat membanggakan. Menurut Narsiwan, anaknya itu ternyata kerap meraih prestasi di bidang olahraga pencak silat. Prestasi tersebut diraih Andi dari berbagai kejuaraan antar pelajar di tingkat lokal, regional hingga nasional sejak tahun 2018 hingga 2023 ini.

“Sebenarnya saya sendiri tidak tahu persis, tapi kata anak saya, prestasinya sudah tingkat nasional bahkan ASEAN,” kata Narsiwan.

Setelah lulus dari sekolah tersebut, lanjut Narsiwan, anaknya itu kini harus bekerja sebagai penjahit di Kabupaten Indramyu untuk membantu ekonomi keluarga. Pasalnya, Andi juga harus membantu keberlangsungan pendidikan adik-adiknya yang saat ini masih ada dan duduk di bangku kelas 3 dan kelas 5 SD.

Selain itu, ada juga yang sudah duduk di bangku SMP dan SMK yang tentu membutuhkan biaya. Anehnya, KK atas nama Narsiwan tidak mendapatkan program bantuan Pemerintah, baik PKH maupun BPNT.

“Anak paling kecil kelas 3 SD, yang lainnya ada yang di SMP dan SMK. Tapi saya tidak dapat PKH ataupun BPNT,” ungkapnya.

Bahkan di Desa Ujungsemi Narsiwan dan anak-anaknya menempati rumah dengan ukuran lebar 6 meter dan panjang 6 meter.

Rumah yang dinilai tidak cukup luas itu bahkan tanpa dilengkapi kamar mandi dan WC. Sebagian lantainya juga masih beralas tanah. Namun lantai di ruang tamu sudah menggunakan keramik yang didapat dari pemberian seseorang yang prihatin dengan kondisi rumah Narsiwan.(Iwan)

 

Related Articles

Back to top button