Opini

Merdeka

Oleh :Abdul Rozak
Guru Besar pada Fakultas Pendidikan dan Sains UGJ-Cirebon

ANNA Sabandina telah lama tidak melihat Fulan dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan perusahannya. Biasanya Fulan adalah orang paling sibuk mengatur berbagai persiapan kegiatan. Tidak ada kegiatan tanpa kehadirannya. Fulan akan mendahului mengecek ke tempat kegiatan.

Fulan memastikan segalanya akan berjalan dengan baik, dengan lancar, tidak ada hambatan. Fulan gesit. Fulan seperti tidak mengenal lelah. Segalanya diurus, diperiksa dengan ketelitian tingkat tinggi. Fulan akan tahu adanya kekurangan pada langkah tertentu. Fulan akan memberitahukannya kepada panitia atau kepada penanggungjawab kegiatan itu. Fulan akan terus mengecek sebelum hari H dan pada hari H Fulanlah yang lebih dahulu datang sebelum direkturnya.

Related Articles

Menurut cerita yang tersebar bahwa Fulan adalah kepercayaan direktur. Informasi yang disampaikan Fulan selalu di-iya-kan direkturnya. Teman-teman di lembaga tempat bekerja Anna selalu memperhatikan setiap informasi yang disampaikan oleh Fulan. Tidak ada bantahan terhadap segala hal yang disampaikannya. Semua perkataannya diterima dan untuk dilaksanakan. Anna berupaya untuk mengimbangi setiap Fulan memberikan saran yang tidak mungkin dilaksanakan. Dia berupaya dengan cara baik menyampaikan gagasannya. Gagasan yang baik adalah hasil berkomunikasi. Kelengkapan gagasan adalah selalu hasil dari tambahan pikiran orang lain.

Dasar inilah yang memberanikan Anna membicarakan setiap gagasan yang disampaikan Fulan. Dia berani karena yang memahami kondisi adalah dirinya sebagai penanggung jawab pada divisinya. Orang lain mungkin mengetahui dari laporan atau dari apa yang diinginkan. Dia berani karena tidak takut kehilangan. Dia bekerja bukan untuk direkturnya. Dia bekerja untuk kebaikan perusahannya. Dia hanya takut kepada Allah. Dia selalu menghormati dan menaati aturan yang diberlakukan pada lembaga itu.

Beberapa bulan setelah turun dari jabatannya, Anna bertemu dengan temannya yang ikut menentukan pejabat pada setiap divisi. Dia mengeluhkan penjabat sekarang. Banyak penurunan kinerja. Anna tersenyum, tidak berkomentar. Anna menyadari mengomentari bukan wilayahnya. Anna hanya berpesan, “Itu bagian antum untuk mengubah kondisi yang kini harus menjadi kondisi yang melebihi kinerja sebelumnya.”

Pada saat pemilihan ketua divisi pihak manajemen tidak pernah mengajak “ngobrol” tentang penggantinya Mereka mempunyai analisis sendiri. Kepentingan sendiri. Mereka menentukan kriteria atas dasar analisis sendiri. Tampaknya kriteria utamanya adalah yang dapat berbuat baik kepada mereka dan dapat diatur.
Kriteria apa pun yang ditentukan oleh pihak manajemen sah-sah saja karena lembaga ini sebagai perusahaan milik mereka.

Anna tidak pernah lagi mencari berita tentang lembaga yang telah membesarkannya. Dia tidak berupaya mendapatkan informasi tentang “hilangnya” si Fulan dari peredaran kegiatan di bekas perusahannya. Anna telah beralih ke kehidupan pribadi. Menikmati apa yang seharusnya dikerjakan untuk kemanfaatan dirinya, keluarganya, dan tetangganya. Dia menyiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat. Selama ini dia terlalu fokus pada pekerjaan dan segala aspeknya.

Pekerjaan hampir melalaikan dari banyak hal yang berurusan dengan masa depan (kehidupan akhirat). Selama bekerja dia lebih banyak berfokus kepada keinginan direkturnya. Dia mengikuti kehendak direkturnya.
Banyak hal yang sesungguhnya tidak disukainya. Dia melakukan pekerjaan karena sebagai bawahan, karena dia bagian dari lembaga itu.

“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144) Sumber https://rumaysho.com/3111-taat-pada-pemimpin-yang-zalim.html
Anna lega melepas jabatannya. Dia senang menjadi orang merdeka. Dia telah hampir lupa makna merdeka yang sesungguhnya. Selama ini dia menjalankan urusan perusahannya. Sejak beberapa waktu Anna banyak merenung tentang pekerjaannya. Sekian bulan dia berpikir dan berpikir kemudian berbicara dengan teman dekatnya, berbicara dengan keluarganya tentang pekerjaannya.

Akhirnya dia berbulat hati mengundurkan diri sebagai pejabat dan sebagai pegawai dari perusahaan itu. Alhamdulillah dia dipertemukan Allah dengan sahabat saleh yang taat beribadah. Dia banyak mendapat pencerahan, terutama tentang hidup merdeka yang sesungguhnya. Kini dia menjadi orang merdeka. Dia fokus kepada kehendak Allah, menjalankan segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan meneladani Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Beberapa waktu yang lalu dia bertemu dengan teman kerja dulu, kini salah seorang pejabat pada perusahaan itu. Temannya bercerita bahwa Fulan yang sangat gesit itu tidak lagi dipekerjakan, menurut berita karena ada masalah dengan direkturnya.

Anna hanya diam, tidak berkomentar. Dia memang tidak punya kalimat untuk berkomentar. Dia hanya berdoa, semoga Allah memberikan ketenangan kepada si Fulan. Kasus seperti itu telah banyak ditemukan Anna. Ajudan kepala daerah, orang kepercayaan dalam segala hal putus pada saat kepala daerah itu lengser. Ajudan itu hanya fokus kepada atasannya, tidak menyebar berkomunikasi dengan yang lain dan pada saat atasannya lengser. Tidak ada teman yang mendekat. Salah seorang teman mencalonkan jabatan tertentu dengan bersandar kepada salah satu dewan pengawas.
Teman Anna yakin akan dipilih karena dukungan dari orang penting. Pada saat pemilihan teman Anna tidak terpilih karena orang penting itu telah dipanggil Allah.

Hidup bergantung kepada orang akan ada batasnya. Kecintaan orang, kesukaan orang sangat terbatas, tidak akan selamanya. Selama suka hubungan akan terjalin dengan baik. Kata suka merujuk kepada menjalankan perintahnya, menomorsatukan kehendaknya, berbuat baik hanya kepadanya.
Bergantung kepada orang akan berakhir karena jabatannya akan berakhir sesuai dengan waktunya dan jika jabatan itu tidak berperiode, akhirnya semua manusia akan meninggal. Ketergantungan kepada manusia fokus yang salah, tidak merdeka.
Tidak bergantung kepada siapa pun juga bukan merdeka. Merdeka adalah, “(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (Al-Baqarah: 46).
Inilah kemerdekaan yang sesungguhnya. Segala hidup dijalankan berdasarkan perintah Allah dengan meneladani Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Orang merdeka adalah, “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Al-Fatihah;5).***

Back to top button