Ayumajakuning

Luar Biasa, Kisah Kakek-Nenek Penjual Opak di Majalengka Bisa Naik Haji

MAJALENGKA.- Pasangan kakek-nenek Omo Salma (74 tahun) dan Jumsih (71 tahun) yang kesehariannya  sebagai penjual opak di Dusun Wesel, Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, akhirnya bisa berangkat haji setelah menabung  hingga lebih dari 20 tahun.

Mereka berangkat melalui kelompok terbang kedua yang akan berangkat pada 13 Juni 2023 mendatang dari Bandara Kertajati.

Omo dan Jumsih yang dikenal masyarakat dengan panggilan Ma Enjum ini, sedianya bisa berangkat pada tahun 2021 sesuai nomor urut pendaftara pada 10 tahun lalu, namun karena pandemi Covid-19 melanda seluruh negeri akhirnya baru bsia berangkat tahun ini.

“Kami berdua menunggu 10 tahun setelah mendatar, karena katanya antrean untuk berhaji sangat banyak,” kata Ma Enjum.

Ma Enjum mengaku untuk bisa berangkat haji harus menabung selama 20 tahun lebih dari hasil penjualan opaknya. Penghasilan yang tidak menentu dari berjualan opak, sebagian dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian lagi disimpan untuk ONH.  “Pendapatan tidak pernah menentu, hanya kalau musim hajatan pesanan bisa meningkat,“ ungkap Enjum.

Niat menabung untuk berangkat haji dilakukannya di usia sekitar 40 tahun setelah memiliki sedikit uang di celengannya. Mereka berdua terus berusaha menabung dari jualan opaknya, terutama saat musim hajatan yang pendapatannya lebih besar dibanding hari-hari biasa.

“Kalau musim hajatan pesanan opak bisa mencapai ribuan, satu pemilik hajat bisa pesan 500 biji atau lebih untuk dijadikan pamulang (pengembalian hajat) dan isi keler (toples) untuk tamu undangan,” kata Enjum.

Berkat niatnya yang kuat, setelah 20 tahun menabung akhirnya mendaftarkan diri untuk berhaji di sebuah bank yang ada di wilayahnya serta ke Kementerian Agama (Kemenag) Majalengka.

Omo dan Enjum  bersyukur uang hasil tabungannya berpuluh-puluh tahun membuahkan kegembiraan bisa berangkat haji.

“Kalau masyarakat  di kampung seperti kami, jika sudah punya niat maka niat itu harus dipegang, harus konsekuen dengan niat. Makanya penghasilan sekecil apa pun kami berupaya menyisihkan sebagian penghasilan ini untuk mencapai niat haji tersebut,” ungkap Omo.

Kini Enjum dan Omo tengah mengumpulkan uang untuk bekal di Makkah, karena uang sudah ada beberapa wkatu lalu dipergunakan untuk melunasi ONH setelah diketahui ada kenaikan biaya.

Menurutnya, jika orang lain di wilayahnya bisa berhaji karena banyak gabah yang bisa dijual, atau harta bendanya lainnya sehingga berangkat haji bisa mendadak, dirinya sebaliknya harus berusaha keras untuk mewujudkannya.

Ketua RT setempat, Suherno mengaku bangga ada warganya yang bisa berangkat berhaji. Apa yang dilakukan Omo dan Enjum menurutnya, bisa menjadi motivasi bagi warga lainnya.

“Memotivasi bahwa berhaji tidak hanya dilakukan orang kaya raya saja, yang bergelimpang harta, namun karena niat yang kuat sehingga bisa menunaikan rukun Islam yang kelima,” tutur dia.(Tati)

 

Related Articles

Back to top button