Banjir Skala Besar Terjang Waled, Akad Nikah Pun Terpaksa Berlangsung di Perahu

kacenews.id-WALED-Banjir bandang yang terjadi di Desa Mekarsari, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon, berdampak pada terganggunya prosesi pernikahan warga di desa setempat.
Dengan dibantu anggota polsek, koramil dan pihak desa juga kecamatan, pengantin pria terpaksa menggunakan perahu karet saat proses penjemputan ke rumah mempelai wanita. Bahkan saat akad nikah kedua mempelai, berlangsung di perahu karet.
Kuwu Desa Mekarsari, Ghozin mengatakan, banjir bandang yang terjadi kemarin hingga pukul 9. 00 WIB belum surut sehingga, saat ada hajatan pernikahan, terpaksa menggunakan perahu.
“Saat penjemputan pengantin pria menuju mempelai wanita mengunakan perahu karet hingga akad nikah berlangsung,” katanya, Sabtu (22/2/2025).
Ghozin menjelaskan, banjir skala besar yang terjadi di desa ini merupakan yang perdana hingga ketinggian kisaran satu meter.
“Meski tak ada korban jiwa, namun prosesi pernikahan warga terganggu. Namun demikian, berlangsung lancar dan aman,” jelasnya.
Senada dikatakan Kuwu Desa Gunungsari kecamatan setempat, Wendi. Banjir bandang yang terjadi pertama kali ini membuat warga panik dan berhamburan ke luar rumah untuk menyematkan diri.
“Pada Jumat (21/2/2025), sekitar pukul 20.00 WIB air masuk ke pemukiman warga, karena meluapnya Sungai Ciberes,” ungkapnya.
Wendi memaparkan, warga yang mengungsi di balai desa pada malam hari kemudian besoknya (hari ini) kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan material sisa banjir.
“Untuk rumah yang terdampak banjir kisaran 510 unit dan pengungsi di balai desa sekitar 50 orang. Kemudian, berangsur surut kisaran pukul 12.00 WIB,” paparnya didampingi bhabinsa desa setempat, Serka Agus Supriatna.
Wendi menambahkan, tanggul yang kurang maksimal untuk mengalirkan air ke sungai menjadi salah satu penyebab banjir.
Di samping pendangkalan Sungai Ciebres, karena meterial bekas (lumpur) normalisasi tidak dibuang, melainkan berada di pinggir sungai. Sehingga, saat air melimpah, lumpur tersebut kembali ke sungai.
“Untuk skala besar baru kali ini, namun skala kecil sudah sering terjadi,” imbuhnya didampingi Bhabinkamtibmas, Bripka Anjar.
Dirinya mengharapkan, normalisasi Sungai Ciberes dengan pendalaman, bukan pelebaran dan lumpurnya jangan di pinggir sungai.
“Saat musim penghujan, bisa jadi 32 kali kebanjiran dan perlu solusi terbaik guna mencegah banjir,” pungkas Wendi.
Sementara itu, Kapolsek Waled, AKP Moch Fadholi, menuturkan, anggota Polsek Waled dan koramil juga pihak kecamatan bersama pemerintah desa yang berada di lokasi banjir sigap. Termasuk, ketika rombongan pengantin pria dari wilayah Karangsembung yang hendak melaksanakan prosesi pernikahan di Desa Mekarsari.
“Tanpa pikir panjang, saya bersama anggota dan pihak terkait langsung terjun menerobos banjir untuk melakukan penjemputan dan menghantarkan pengantin pria menggunakan perahu menuju kediaman mempelai wanita,” tuturnya.
Kepala Seksi Ketertiban dan Ketenteraman (Kasi Tribtram) Kecamatan Waled, Dadi menambahkan, lima desa yang terdampak banjir karena meluapnya Sungai Ciberes yakni, Desa Ciuyah, Ambit, Karangsari, Gunungsari dan Mekarsari.
“Desa Gunungsari dan Mekarsari yang parah terdampak banjir,” imbuhnya.(Pra)