Finansial

Reaktivasi Bandara Husein Mencuat, Pembangunan Ekonomi di Jabar Bakal Terhambat

kacenews.id-MAJALENGKA- Rencana pengoperasian kembali Bandara Husein Sastranegara, Bandung, menuai kritik tajam dari L. Suparto LM, SE, M.Si., pengamat ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Majalengka.

Ia menilai kebijakan tersebut berpotensi merugikan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati dan menghambat pengembangan ekonomi yang lebih merata di Jawa Barat.

“Reaktivasi Husein akan merugikan BIJB, yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN). BIJB didesain untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Barat secara lebih luas, sementara Husein hanya berdampak terbatas pada Bandung dan sekitarnya,” ungkap Suparto, Senin (20/1/2025).

Menurutnya, BIJB memiliki potensi lebih besar dengan lokasi strategis di Majalengka, yang mencakup wilayah Bandung Raya, Cirebon, Indramayu, Subang, Kuningan, hingga Pantura Jawa Barat.

Suparto juga menyoroti dampak ekonomi berantai yang dapat dirasakan jika BIJB dioptimalkan. “Dengan operasional BIJB yang maksimal, infrastruktur pendukung akan tumbuh, lapangan kerja meningkat, dan kawasan strategis seperti Aerocity akan berkembang pesat. Sebaliknya, Husein hanya memberikan manfaat lokal yang minim,” tegasnya.

Belajar dari Lombok

Suparto membandingkan dengan Bandara Internasional Lombok, yang setelah dipindahkan dari Mataram ke Lombok Tengah, berhasil menciptakan kawasan Mandalika sebagai destinasi wisata dunia. Ia yakin, potensi serupa bisa diwujudkan di Majalengka melalui pengembangan BIJB.

“Pindahnya bandara ke lokasi strategis telah terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi. Majalengka memiliki peluang besar untuk berkembang menjadi pusat ekonomi baru di Jawa Barat,” ujarnya.

Suparto mempertanyakan logika ekonomi reaktivasi Husein. “Jawa Barat memiliki saham besar di BIJB. Jika Husein diaktifkan, itu hanya akan mengurangi return investasi di BIJB dan menciptakan persaingan internal yang kontraproduktif,” katanya.

Ia menyarankan pengintegrasian operasional Husein ke BIJB untuk efisiensi dan pertumbuhan ekonomi yang merata. “Daripada membagi sumber daya, lebih baik mengintegrasikan Husein ke BIJB. Langkah ini memastikan investasi besar di Kertajati tidak sia-sia,” tambahnya.

Tantangan BIJB dan Solusi

Suparto mengakui tantangan BIJB, seperti minimnya rute penerbangan dan tingkat keterisian penumpang. Namun, ia optimistis masalah ini dapat diatasi dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.

“Dukungan profesional dari Kementerian Perhubungan dan Angkasa Pura dapat menjadi solusi untuk meningkatkan konektivitas BIJB. Kita harus belajar dari strategi bandara lain yang sukses mengembangkan rute penerbangan,” jelasnya.

Ia menegaskan pentingnya komitmen pemerintah Jawa Barat untuk memanfaatkan potensi besar BIJB sebagai motor penggerak ekonomi regional.

Suparto memperingatkan agar BIJB tidak bernasib seperti proyek strategis lain yang menjadi beban APBN. “Reaktivasi Husein hanya menciptakan persaingan yang tidak sehat. Fokus utama harus pada optimalisasi infrastruktur yang ada,” tegasnya.

Ia mengingatkan pemerintah provinsi untuk bijak dalam mengambil keputusan strategis demi kemajuan jangka panjang. “BIJB adalah investasi masa depan yang membawa perubahan besar bagi Jawa Barat. Jangan sampai reaktivasi Husein menjadi langkah mundur,” pungkasnya.

Sebelumnya, rencana reaktivasi Husein sebelumnya disampaikan Wali Kota Bandung terpilih, Muhammad Farhan. Namun, kebijakan ini memicu perdebatan di tingkat provinsi dan DPRD Jawa Barat, antara pihak yang mendukung kemudahan aksesibilitas dengan mereka yang mengutamakan keberlanjutan ekonomi Jawa Barat secara keseluruhan.

Muhammad Farhan, Wali Kota Bandung terpilih, mengungkapkan rencananya untuk mengaktifkan kembali Bandara Husein Sastranegara, yang selama ini tidak beroperasi secara maksimal.

Tujuan dari rencana ini adalah untuk meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya, serta mengurangi ketergantungan pada Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati.

Mantan Bupati Majalengka, Sutrisno, menegaskan BIJB yang berada di Kertajati dirancang untuk mencakup wilayah yang lebih luas, termasuk Bandung Raya, Cirebon, Subang, dan Pantura, yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar.

Ia meminta pemerintah lebih fokus pada pengoptimalan BIJB untuk mendukung pengembangan ekonomi secara merata, alih-alih membuka kembali Bandara Husein yang dampaknya terbatas. (Jejep/KC)

Pointer

Polemik Reaktivasi Bandara Husein Sastranegara

-Muhammad Farhan, Wali Kota Bandung terpilih, mengungkapkan rencananya untuk mengaktifkan kembali Bandara Husein Sastranegara, yang selama ini tidak beroperasi secara maksimal.

-Tujuan dari rencana ini adalah untuk meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat Bandung dan sekitarnya, serta mengurangi ketergantungan pada Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati.

Respon dan Perdebatan:
Rencana reaktivasi ini memicu perdebatan di tingkat provinsi dan di kalangan DPRD Jawa Barat. Beberapa pihak mendukung karena meningkatkan kemudahan akses, sementara yang lain mengkhawatirkan dampaknya terhadap pengembangan ekonomi Jawa Barat secara merata.

Kritik dari Pengamat Ekonomi dan Mantan Bupati Majalengka:

-L. Suparto LM, seorang pengamat ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Majalengka, menilai reaktivasi Bandara Husein akan merugikan BIJB yang merupakan proyek strategis nasional dan dapat menghambat pengembangan ekonomi yang lebih merata di Jawa Barat.
-Mantan Bupati Majalengka, Sutrisno, menegaskan BIJB yang berada di Kertajati dirancang untuk mencakup wilayah yang lebih luas, termasuk Bandung Raya, Cirebon, Subang, dan Pantura, yang dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar.
-Pemerintah harus fokus pada pengoptimalan BIJB untuk mendukung pengembangan ekonomi secara merata, alih-alih membuka kembali Bandara Husein yang dampaknya terbatas.

Related Articles

Back to top button