Ayumajakuning

Banjir di Majalengka, Kepala Desa di Delapan Desa di Kecamatan Jatitujuh Desak Normalisasi Sungai serta Perbaikan Tanggul

kacenews.id-MAJALENGKA-Ratusan hektare sawah di delapan desa di Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka terendam banjir sejak sepekan terakhir akibat luapan air Sungai Cibuaya serta jebolnya tanggul sungai tersebut di beberapa titik.

Akibat banjir tersebut, ratusan hectare sawah alami gagal tanam dan para petani terpaksa harus menanam ulang areal sawahnya.

Areal sawah yang terendam banjir, berada di Desa Panyingkiran, Jatitujuh, Jatitengah, Babadjurang, Jatiraga, Pangkalanpari, Sumber Kulon, Sumber Wetan dan Pilangsari. Hampir sebagian besar sawah berusia belasan hari setelah ditanam bahkan ada yang baru ditanam.

Petani Pasrah

Sejumlah petani pasrah dengan apa yang menimpanya setiap tahun. Aef dan Yahya, petani Desa Panyingkiran yang sawahnya persis di pinggir aliran Sungai Cibuaya tak bisa berbuat banyak. “Enggeus kumaha deui ari banjir, biasa, iwal ti nunuhun mugi tereh saat (Ya sudah mau bagaimana lagi kalau sudah banjir, semoga banjirnya cepat surut,” ungkapnya

Menurut data Badan penanggulangan Bencana Alam Kabupaten Majalengka, areal sawah yang terendam banjir mencapai seluas 462 hektare, rendamannya diperkirakan mencapai 50 cm.

Kondisi terparah berada di Desa Babadjurang yang baru sekitar dua pekan ditanam. Sebagian areal dinyatakan gagal tanam dan sebagian masih bisa dipertahankan jika air segera surut.

Penata Penanggulangan Bencana Ahli Pertama Bidang Penanggulangan dan Logistik BPBD Kabupaten Majalengka, Wawan Suryawan menyebutkan, akibat rendaman banjir tersebut belum diketahui berapa nilai kerugian yang diderita, karena rendaman masih berlangsung.

Terancam Gagal Panen

Sementara, berdasarkan keterangan Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Jatitujuh, Wahyudin, areal tanam terdampak seluas 415 hektare dan terancam gagal tanam.

Kondisi tanaman di sejumlah wilayah baru dua minggu, ada yang baru tanam seperti di Sumber Kulon, Jatiraga, Pangkalanpari dan Jatiutengah. Ada yang sudah pemupukan pertama seperti halnya di Desa Panyingkiran.

Kepala Desa Babadjurang Ahmad dan Kepala Desa Jatiraga Carsidik menyebutkan, bajir hampir setiap tahun terjadi dan merendam areal sawah di wilayahnya. Para petani kerap alami kerugian akibat baniir tersebut.

Ada kalanya bajir melanda saat petani baru tanam, pernah juga beberapa tahun lalu banjir melanda tanaman padi yang siap panen.

“Banjir mah tiap tahun dan tidak pernah ada solusi. Rapat terus dilakukan, upaya yang harus dilakukan juga terus dibahas. Proposal untuk mengajukan perbaikan tanggul dan perbaikan saluran Sungai Cibuaya juga telah dilakukan. Namun, belum juga ditangani, petani tetap terkena dampak,” ungkap Carsidik.

Pendangkalan dan Penyempitan

Baik menurut Wahyudin ataupun para kepala desa di Jatitujuh yang wilayahnya terkena banjir, musibah banjir yang merendam ratusan hektare sawah hingga mengalami gagal tanam ini akibat luapan air Sungai Cibuaya yang sudah mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Solusinya, segera lakukan normalisasi sungai melalui pengerukan dan pelebaran serta perbaikan tanggul sungai.

Selain itu, butuh sodetan dan saluran pembuang air dari kawasan Bandara Kertajati yang kini aliran airnya tidak jelas pembuangannya. Akibatnya, air mengalir ke areal sawah dan wilayah lain tidak beraturan.

“Di kawasan BIJB terdapat Situ Cijaura. Namun, air tidak mengalir ke sana, karena aliran yang mengarah ke sana tertutup beton. Di samping itu, berdasarkan analisa beberapa pihak saat rapat penanganan banjir, di pinggir kawasan situ terdapat tanaman palawija dan sawah yang ditanam petani. Sehingga, mereka menolak air merendam sawahnya. Dampaknya, pintu pembuang terus dibuka dan airnya melimpah ke aliran Sungai Cibuaya,” tutur Wahyudin.(Ta)

Related Articles

Back to top button