Mau Dibawa ke Mana Kelas Menengah Masyarakat Indonesia?
Oleh: Jeremy Huang Wijaya
Pemerhati Budaya
Menjadi kelas menengah saat ini tidaklah menyenangkan, sejak krisis ekonomi global akibat pandemi Covid-19 kelas menengah saat ini banyak yang tergelincir ke bawah dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyak yang tidak tahan menghadapi badai krisis ekonomi ini. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam lima tahun terakhir, yaitu tahun 2019 mencapai 57,33 juta orang, 2021 mencapai 53,83 juta orang, 2022 mencapai 49,51 juta orang, 2023 mencapai 48,27 juta orang, dan 2024 mencapai 47,85 juta orang.
Penurunan ini setara dengan 9,48 juta orang yang turun dari kelas menengah. BPS menggunakan acuan Bank Dunia untuk mengukur kelas berdasarkan pengeluaran per kapita per bulan. Kelas menengah adalah kelompok dengan pengeluaran bulanan 3,5 hingga 17 kali garis kemiskinan.
dii Cirebon terlihat jelas sepinya pengunjung di seputar jalan Pasuketan, Pekiringan, Parujakan, Pekalipan, Pagongan, Karanggetas, bahkan ada toko-toko di Pagongan yang sudah merasakan sepinya perdagangan jauh sebelum pandemi Covid-19, yaitu ketika terjadinya perang dagang Amerika VS China, banyak di antara mereka yang sudah bobok celengan, menjual asset demi biaya operasional menghidupkan bisnis mereka. Terkejut ketika melewati Jalan Pekiringan dan Pekalipan Cirebon banyak yang menutup tokonya bahkan di depan tokonya ada beberapa yang bertuliskan “Dijual Toko Ini”.
Di Bandung, beberapa hari yang lalu Yogya Ciwalk sampai menutup usahanya, kemudian Pasar Baru Bandung, ruko di Kebon jati Bandung di sebelah RS Santosa Kebon Jati Bandung, Taman Kopo Indah Kabupaten Bandung banyak juga yang tutup toko.
Beberapa waktu yang lalu bersama istri, penulis berkunjung ke Jalan Pandanaran Semarang dan terlihat sepi di toko oleh-oleh. Ketika penulis datang berkunjung ke Yogjakarta pusat penjualan Gudeg juga sepi, tidak seperti biasanya. Penulis kemudian nongkrong di Jalan Parangtritis dekat Prawirotaman Jogjakarta juga terlihat sepi, biasanya kedai-kedai minuman dan rumah makan di jalan Parangtritis Yogjakarta ramai, Jalan Patuk Yogjakarta yang terkenal sebagai pusat pabrik Bakpia Patuk Jogjakarta juga terlihat berkurang pengunjung,tidak seramai biasanya yang penuh sesak.
Berada dalam posisi kelas ekonomi menengah saat ini menyesakkan dada, ibarat makanan yang menyangkut di tenggorokan, tidak bisa ditelan dan tidak bisa dikeluarkan. Sekarang posisi kelas menengah sangat rentan, di sisi lain tidak dapat bantuan apapun dari pemerintah, karena pemerintah menganggap mereka di posisi menengah yang sudah kuat secara ekonomi, padahal justru sekarang kelas menengah yang paling merana, banyak yang jadi korban PHK, tidak bisa dapat bansos karena rumahnya tidak memenuhi syarat, rata-rata kelas menengah menghuni perumahan dan rumahnya permanen, itupun rumah dibangun ketika mereka masih jaya dahulu, sekarang mereka menghuni rumah bagus, tapi hidupnya mengirit, mereka tidak memenuhi syarat untuk dapat bansos, tidak memenuhi syarat anaknya bisa dapat beasiswa, karena semua syarat bansos dan beasiswa rumahnya harus jelek.
Pemerintah selama ini meninabobokan PNS, Pemerintah selama ini menganakemaskan PNS, memberikan fasilitas lebih kepada PNS, PNS bergaji rendah di tahun 1980 sampai 2000an hanya memiliki motor, sekarang PNS bergaji tinggi, mereka sekarang umumnya sudah memiliki mobil minimal Xenia atau Avanza, mereka bahkan memiliki yang memiliki Fortuner, di level sosial juga prestisenya naik, makanya jangan heran banyak orang berani bayar puluhan juta agar anaknya bisa jadi PNS.
Yang patut dikasihani adalah karyawan swasta yang tidak mendapatkan perlindungan dari pemerintah, saat ini status karyawan swasta di berbagai perusahaan hanya pegawai kontrak, jarang ada dan sedikit sekali menjadi karyawan tetap, apalagi di tahun 2024 umumnya mereka hanya sebagai karyawan kontrak dengan masa kontrak 6 bulan sekali. Pemerintah harus memberikan perhatian lebih kepada hal ini, akan dibawa ke mana kelas menengah dan karyawan swasta?***