CirebonRaya

Anak Terbangun dari Koma, Pasutri asal Kabupaten Cirebon Bernazar Bangun SLB Akirra 2

kacenews.id-CIREBON-Pasangan Suami Istri Leliarsih (54 tahun) bersama suaminya Zulkifli nekad membangun lembaga kesejahteraan sosial anak, Sekolah Luar Biasa (SLB) Akirra 2 di jalan Taman Sari Lingkingan Blencong Kelurahan Pasalakan Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.

Ide membangun SLB Akirra 2 tersebut bermula ketika Leliarsih bernazar ketika anaknya mengalami kecelakaan dan koma dirumah sakit dalam waktu yang cukup lama.

“Sejarah dibangun SLB Akirra 2 ini, atas rasa bersyukur kami, karena anak saya yang sulung pada tahun 2014 kecelakaan dan koma. Kemudian 10 hari kemudian anak saya bangun dan kami bernazar akan membangun SLB, karena kebetulan saya guru SLB Cakrabuana pada 2014,” kata Leliarsih.

Ia menjelaskan proses pembangunan SLB tersebut, pada tahun 2015, ia bersama suaminya membeli sebidang tanah bertepatan dengan anaknya yang mengalami koma sadarkan diri. Namun, ia tidak lantas langsung membangun, tetapi menyewa bangunan persis di depan tanah yang dibelinya.

“Sebelum membangun SLB, saya sewa terlebih dahulu untuk sekolahnya, tepat di depan tanah yang akan kami bangun. Dan SLB perlahan dibangun dan baru satu kelas, karena tanah yang lainnya masih berbentuk kolah,” jelasnya.

“Kami menyewa untuk SLB ini 6 bulan sebelum pindah ke bangunam baru, dan prosesnya panjang untuk membangun ruangan yang lain karena terganjal dengan keuangan, sehingga proses pembangunan sampai 3 tahap, dan alhamdullilah sekarang sudah selesai semua,” imbuhnya.

Leliarsih mengungkapkan saat pertama SLB Akirra 2 ini dibangun baru 14 siswa yang masuk. Akan tetapi karena sekolah khusus ini jarang, kini SLB yang didirikannya sudah memiliki 121 siswa.

“Awal mula baru 14 siswa, sekarang sudah 121 siswa dengan jumlah guru dan karyawan TU kini ada 24 orang,” ungkapknya.

Namun, kata Leliarsih, 121 siswa tersebut tidak semuanya belajar di SLB Akirra 2, melainkan ada yang belajar di rumah kunjungan. Menurutnya ada program khusus pihaknya memberikan layanan kunjungan bagi anak yang tunadaksa berat. Pasalnya tunadaksa berat itu orang tuanya sulit mengantar ke sekolah, karena kondisi tubuhnya.

“Yang langsung belajar di SLB Akirra ada 81 siswa, sisanya di rumah kunjungan yang ada di Celancang dan Mertapada Wetan, nanti ada guru yang mengajar tiga kali seminggu di rumah kunjungan.
Karena kalau tiap hari kami tidak sanggup memberikan transport,” katanya.

Masih kata, Leliarsih, untuk kelas jauh, pihaknya sengaja menyewa tempat untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) anak setiap harinya.

“Untuk di Mertapada Wetan kami menyewa tempat untuk KBM anak akan di sana tiap hari, juga di celancang. Kenapa kami membuka wilayah di sana, karena di Celancang itu sangat jauh ke kota, jauh juga ke Cakrabuana,” katanya.

Selain itu, Leliarsih mengatakan anak didiknya memiliki banyak prestasi baik tingkat daerah maupun tingkat nasional.

“Dari awal berdiri kami juara membatik. Hampir tiap tahun kami meraih juara batik baik tingkat kota maupum kabupaten. Namun di tingkat provinsi kami hanya sampai juara 2. Belum sempat ke tingkat nasional. Namun kalau untuk olahraga lari, kami sempat tingkat nasional juara 3 pada tahun 2019 lari putri 100 m. Waktu itu siswa kami usia 16 tahun sekarang sudah tamat,” ujarnya.

Sedangkan untuk anak didik lainnya, lanjut Leliarsih, yang sudah lulus sudah banyak yang bekerja, baik di toko ritail maupun wirausaha. “Anak-anak sudah bekerja di alfamart, ada yang di jogja sebagai parkir dan ada sudah kami kasih modal untuk buka usaha di rumah,” ujarnya.(Junaedi)

Related Articles

Back to top button