Opini

Menghormati Kontroversi

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon

Kehidupan di dunia ini sudah diatur oleh Allah Swt secara berpasangan – pasangan. Ada siang malam, ada baik ada buruk, ada laki laki ada perempuan dan seterusnya. Begitu juga dengan perilaku manusia, ada yang penurut, ada yang pembangkang, ada yang pemberani ada yang penakut, ada yang jujur ada yang pembohong dan seterusnya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus mengakui dan menghormati hukum-hukum di atas dengan berbagai resikonya. Seperti kita akan dijauhi kawan, dicuekin, dibekukan karirnya meskipun hati kecil tidak terima.Makanya dalam kehidupan bermasyarakat bahkan bernegara terjadi banyak kontroversi.

Harus disadari bersama bahwa kontroversi ini merupakan bagian dari dinamika berpikir normal. Mustahil satu kebijakan atau aturan bisa diaminkan 100 persen, masyarakat sekalipun ikut serta dalam pembuatan kebijakan tersebut. Pasti ada yang tidak setuju, kurang setuju bahkan menolaknya. Apalagi jika sudah menyentuh urusan kebijakan publik biasanya banyak mengundang kontroversi. Dan hal ini bukan sesuatu yang luar biasa karena sudah lumrah. Akibat dari setiap kontroversi selalu dianggap hanya merecoki kebijakan yang sudah diketok palu. Paling jika ada gelombang demontrasi di mana-mana baru ada klarifikasi kemudian diregulasikan, selesai sudah masalahnya. Sebagai masyarakat yang terlalu banyak urusan pribadi rasanya kurang penting untuk membenahi sebuah kontroversi. Di sinilah dibutuhkan orang – orang berilmu yang berhati mulia dan memiliki keberanian untuk menyuarakan kebenaran. Bukan orang yang mengaku berilmu namun pengecut, takut jabatannya dicopot oleh atasan.Padahal jabatan yang kita sandang ini sementara di dunia atau pensiun jika ASN. Selanjutnya disebut mantan jika tidak disebut bekas.
Selanjutnya terkait dengan judul tulisan singkat di atas. Sebut saja Guru Gembul, sosok guru honorer asal Bandung yang juga pegiat konten kreator. Mungkin beliau merupakan satu – satunya guru di Indonesia yang selalu berani menyuarakan kebenaran manakala ada sesuatu yang tidak masuk logikanya dan menimbulkan kontroversi. Dalam setiap podcastnya, Guru Gembul selalu menyuarakan kejanggalan yang dianggap sebagai pembenaran oleh banyak orang. Dari mulai soal kebijakan pemerintah terutama pendidikan, dogma – dogma yang mengatasnamakan keagamaan hingga kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya. Padahal orang lain belum banyak yang berani menyampaikan kebenaran yang sejatinya kecuali berdemontrasi kepada pihak yang dianggap bidangnya. Beliau sebenarnya tidak mengutamakan ego pribadinya agar banyak follower (menghasilkan cuan). Melainkan memberikan edukasi kepada banyak orang agar tidak alergi dengan kontroversi apalagi trauma. Kontroversi harus dipandang sebagai sesuatu yang positif sebelum ditemukan kebenaran yang sesungguhnya tentu berdasarkan dalil – dalil yang kredibel. Biarkan kontroversi berkembang dengan sendirinya, tinggal kitanya sebagai orang yang beragama, sebagai orang yang berpendidikan dan seorang yang beradab harus belajar menghormati. Memang selama kontroversial kita jangan bosan-bosan menyaksikan banyak perdebatan, memang kondisinya harus seperti itu. Suatu saat mencapai klimaksnya, toh reda sendiri.

Related Articles

Jika kita menengok histori sedikit ke belakang (orang Sunda) sebelum diajari bagaimana tata cara untuk menyikapi sebuah kontroversi ini, orang tua kita sejak lama mencontohkan dan mempraktekkan bagaimana bermusyawarah dengan baik, berembuk yang baik dan sebagainya. Oleh karenanya jarang terjadi dalam musyawarah menentukan satu kebijakan dengan cara voting (suara terbanyak) melainkan cukup dengan musyawarah mufakat.
Apa yang dilakukan oleh Guru Gembul bisa dikatakan sudah mewakili aspirasi para guru atau masyarakat lainnya yang selalu teraniaya oleh kebijakan pemerintah atau oleh dogma agama tertentu. Kita bersyukur ternyata di Indonesia sudah lahir seorang agen perubahan peradaban baru di era milenial. Hanya saja banyak masyarakat yang kurang setuju dengan narasi – narasi Guru Gembul yang dianggap sebagai narasi liar tidak berdasar kepada literatur paper. Guru Gembul banyak pengetahuan karena banyak googling. Masyarakat yang seperti ini lebih menghargai individu note teks yang jika kehilangan teksnya serta merta planga-plongo.
Parah sekali jika begitu, apa artinya ilmu pengetahuan di dalam google jika diragukan keontentikannya. Sudah saja hidup kembali ke zaman baheula. Padahal esensi belajar itu yang utama dari membaca ( Iqro).Terserah medianya mau buku, mau internet, pokoknya membaca.
Mari hormati kontroversi yang terjadi di masyarakat, kita ini sebagai alat untuk mempertajam kesabaran kita agar nurani kita terasah.Teruslah berjuang Guru Gembul untuk menginspirasi banyak orang.***

Related Articles

Back to top button