Jadilah Pemimpin yang Berakar
Oleh : Drs. D. Rusyono, M.Si.
Anggota Juang Kencana Kabupaten Kuningan
Paling tidak dua hadits ini dapat menjadi rujukan dalam hal pemimpin dan kepemimpinan; Pertama, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya (HR. Bukhari dan Muslim)”. Kedua, “Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, dimana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan, kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin.” (HR. Muslim).
Berbicara perihal kepemimpinan merupakan isu yang selalu menarik dan tidak ada habisnya untuk dibahas, karena di samping menyangkut kepada figur manusianya juga di dalamnya terkandung multi aspek. Setiap orang secara manusiawi wajar dan sah-sah saja apabila menginginkan menjadi pemimpin, apapun namanya dan diposisi dimanapun adanya, karena memang secara kodratipun bahwa setiap orang pada hakikatnya adalah sebagai pemimpin minimal bagi dirinya, keluarga, masyarakat maupun bangsa bahkan dunia/internasional sebagaimana dalam hadits di atas. Perwujudan seorang pemimpin tentu tidak bisa asal jadi saja, tetapi harus memenuhi mekanisme dan kaidah kepemimpinan yang sarat dengan kebaikan dan kewajiban yang harus dipenuhi, sehingga menjadi suatu yang harus diperjuangkan, tentunya dengan cara yang baik, elegan dan terpuji, karena kalau tidak akan menjadi preseden buruk ke depannya, bahkan tidak mustahil akan menjadi mudharat.
Di sisi lain kepemimpinan juga merupakan ajang kontestasi/seleksi baik yang bersifat politis/karier, oleh karena itu bagi setiap orang yang mengikutinya menjadi ajang lomba untuk adu program dan strategi dalam mengajak/meyakinkan masyarakat maupun user/penggunanya. Seperti saat ini yang sedang hangat-hangatnya berproses adalah pemilihan calon pemimpin daerah melalui ajang Pilkada baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, sedang untuk Pilpres dan Pileg baru saja selesai, bahkan mungkin saja di beberapa daerah ada juga yang sekaligus sedang menyelenggarakan ajang seleksi (open bidding) bagi calon pemimpin karier untuk kategori Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama, yang kesemuanya sedang menjadi ajang yang diperebutkan oleh masing-masing peserta/kontestan, dan untuk semua ini kepada yang sudah terpilih semoga amanah dan untuk yang sedang berproses semoga pelaksanaannya luber dan jurdil sehingga menghasilkan pemimpin yang amanah, berkualitas yang membawa kepada kemajuan dan kesejahteraan daerah dan masyarakatnya, jadi bagi yang menang tidak sampai lupa diri dan yang kalah tidak sampai patah diri/kecil hati apalagi terpuruk.
Selanjutnya, secara sederhana pemimpin dan kepemimpinan merupakan satu kesatuan yang utuh, di mana pemimpin adalah orang yang memimpin, sedangkan kepemimpinan adalah proses, praktek atau warna dari si pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Bahkan secara lisan cukup mudah untuk diucapkan, tetapi dalam prakteknya tidak semudah membalikkan telapan tangan, bahkan tidak sedikit orang yang jadi pemimpin terjebak dengan kepemimpinannya seperti karena terlalu banyak kepentingan, sehingga lupa kepada kepentingan yang utama yakni melayani rakyat/masyarakat, akhirnya menjadi mosi tidak percaya dan sebagainya yang bersifat kerugian diri. Sedangkan secara sifat/kefungsian Pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok antara dua orang atau lebih, baik dalam organisasi maupun keluarga (Suradinata, 1977). Sedangkan secara praktik menurut buku Pemimpin dan Kepemimpinan, bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang, agar mereka berusaha untuk mencapai tujuan kelompok (Kartini Kartono, 2003). Begitu juga dalam prosesnya bahwa Pemimpin (leader) adalah mereka yang menggunakan jabatan dan wewenangnya untuk mengarahkan bawahannya agar mencapai tujuan kelompok, sedangkan kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan/tindakan seorang pemimpin yang fokus kepada tindakan memimpin (ppmschool.ac.id, 2024).
Dalam ruang lingkup etimologi/harfiah maupun filosofi, bahwa STAF adalah merupakan akronim dari Siddiq, Tablig, Amanah dan fathonah. Shiddiq berarti benar, Tablig menyampaikan, Amanah dapat dipercaya dan Fathonah berarti cerdas/pandai. Jadi seorang pemimpin harus benar (ucapan dan perbuatan), mampu menyampaikan kebenaran (hak dan batil), dapat ngemban amanah (dipercaya) dan cerdas, dimana kalau sudah cerdas insya Allah pandai tetapi kalau pandai aja belum tentu cerdas.
Selanjutnya AKAR (Disarsippusda, 2024) yang kedalamannya dicoba ditelusuri oleh penulis dengan mengacu kepada beberapa rujukan yang ada baik secara nasional maupun secara budaya/filsuf Sunda. Maka terkenal dengan istilah kearifan, santun dan bersahaja. Jadi meliputi Arif bijaksana termasuk kearifan lokal, artinya melestarikan budaya yang ada tetapi tidak mengkultuskannya, sekaligus juga Adil dan berkeadilan, artinya adil secara proporsional dan berskala prioritas. Kemudian Kharismatik adalah orang dengan sifat yang kuat, berwibawa (wibawa diri, wibawa pesan) dan disukai banyak orang/banyak pengikut, karena mereka tidak hanya hebat dalam kemampuan berbicaranya, tetapi juga merupakan pendengar yang baik (liputan6.com). Sedangkan A yang satunya lagi adalah Adiluhung atau berilmu pengetahuan dibarengi dengan berkelakuan baik (orang Sunda bilang luhung ku elmu jembar ku pangabisa dibarengan ku etika amis budi handap asor) intinya tidak sombong, apalagi kalau ditambah dengan pendidikannya juga mumpuni/tinggi itu akan lebih baik lagi. Tetapi meskipun pendidikannya biasa saja tetapi unsur pendukung lainnya memadai, maka itupun tidak kalah baiknya, yang penting sama-sama berbuat untuk kepentingan hajat hidup orang banyak, maka itulah sejatinya pemimpin.
Semoga kita dapat meneladani Nabi Muhammad SAW dan para pemimpin lain yang berkualitas karena semuanya akan bermuara kepada amar ma’ruf nahyi munkar. Aamiin ! ***