Opini

Hegemoni Persib “Maung Bandung”

Oleh Dedy Sutrisno Ahmad Sholeh *
Alumni Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN SGD Bandung dan Bobotoh Persib

PERSIB Bandung adalah sebuah klub sepakbola yang memiliki daya magnet luar biasa dan sangat menarik minat semua kalangan. Mulai dari investor, “pemasang iklan” sampai komponen media yang meliput setiap pertandingan Maung Bandung selalu memuat headline sebelum dan sesudah pertandingan Persib.
Sudah menjadi rahasia umum, dalam sejarah sepak bola kita, Persib Maung Bandung merupakan pilar penting. Tanpa Persib, kompetisi laksana sayur tanpa garam, hambar dan tak enak seperti ada yang kurang.
Fenomena itu sangat terasa di Liga Indonesia, setiap tayangan televisi secara live pasti mendapat rating fantastis dibanding dengan tayangan yang sedang prime time mengalahkan sinetron booming sekalipun. Bukan tentang soal kesenangan menonton Persib, juga terbukti dari riset televisi.
Tatkala melawan tim besar, misalnya, 80% penonton televisi di Jawa Barat menonton pertandingan yang menarik itu. Jumlah itu rekor, tak pernah terjadi sebelumnya. Rupanya, bagi warga Jabar, pesona Persib jauh mengalahkan daya pikat sinetron atau program musik dan reality show.

Fanatisme Bobotoh

Kecintaan warga Jawa Barat pada Persib terbukti dari penonton yang datang ke Stadion tempat pertandingan Persib. Dipastikan stadion padat-luber, meski Persib bertanding lawan tim “kurang terkenal”.
Jika lawan tim papan atas, misal Persija Jakarta, Arema Indonesia (Malang), atau Persebaya Surabaya, praktis stadion tak bisa menampung animo penonton. Padahal, tiket tanda masuknya paling mahal dibandingkan dengan stadion lain.
Soal animo penonton ini, sejak liga Indonesia digelar mulai tahun 1995, masih format 2 sampai 3 wilayah. Tercatat, Persib adalah tim paling sukses menarik penonton ke stadion. Bukan saja jumlahnya, juga karakter penontonnya, dari anak-anak hingga orang dewasa, hebatnya dari semua lapisan.
Persib pulalah yang mampu menyedot paling banyak para mojang gareulis, wong ayu untuk datang ke stadion.
Barangkali karena “kegilaan” itu, bobotoh Persib kurang mengontrol emosi dan terkadang suka kelewat batas memberi dukungan. Mereka, sepertinya ingin Persib main bagus dan menang terus. Harapan itu lumrah.
Dimana-mana, setiap fans ingin tim kesayangannya mengalahkan lawan. Kemenangan menjadi tujuan utama, hasil imbang tidak boleh terjadi, dan kekalahan hasil paling dibenci.
Tetapi apa mau dikata, dalam sepak bola tidak selalu bisa menang. Yang penting, hasil tersebut sudah merupakan usaha maksimal. Kalau tim kesayangan kita sudah tampil habis-habisan tapi kalah, dukungan harus tetap diberikan. Kekalahan dalam sebuah kompetisi yang panjang seperti di Liga Indonesia ini bukan berarti kiamat.
Lihatlah kompetisi Inggris musim ini. Klub elite Manchester United, yang bertaburan bintang, dipecundangi oleh Manchester City di awal kompetisi.
Pendukung setia “Setan Merah” kecewa berat. Akan tetapi, saat media memaki-maki kekalahan itu mereka justru membela habis-habisan klub kesayangannya. Pelatih Alex Ferguson berkata, “Biarlah media membenci kami, yang penting para pendukung tetap setia dan mencintai kami.”. Pendukung, memang pilar penting bagi pencapaian prestasi.
Kesetiaan, kecintaan, dan kepercayaan suporter adalah kekuatan kedua belas. Dengan suporter yang terus memberikan semangat sepanjang pertandingan, tim bisa tampil hebat melebihi kekuatan aslinya, sementara tim lawan bisa kehilangan nyali. Tetapi sebaliknya, bila suporter menjadi musuh dalam selimut, celaka untuk kesebelasan itu.

Apresiasi untuk Maung Bandung

Inilah yang dicemaskan dari bobotoh Persib, yang terlalu cepat emosional terhadap Maung Bandung. Kekalahan melawan PSM Makassar, beberapa waktu yang lalu, masih membekas dalam ingatan bobotoh. Sekadar mengingatkan, janganlah kekalahan itu menjadi patokan, kemudian membenci Persib.
Jangan terulang lagi kejadian di musim lalu. Persib justru gemetar bermain di depan pendukung sendiri. Akibatnya, setiap tampil di kandang sendiri Persib justru menuai kekalahan. Ironisnya, bila tampil di kandang lawan, pemain Persib justru tenang tapi menakutkan dan meraih kemenangan.
Begitulah, bobotoh jangan membunuh Persib dengan kebencian. Dukung dan cintailah Persib, dalam keadaan senang maupun susah. Ini juga berlaku untuk para pengurus agar tak cepat panik menerima kekalahan.
Statement yang disampaikan ke media harus dikontrol, jangan sampai “membunuh” mental pemain maupun pelatih. Bagi saya tim Persib sekarang menakutkan, lebih tangguh dari tim Persib sebelumnya. Mereka punya materi pemain berkualitas di semua lini. Penjaga gawang Berdiri kokoh kiper nomor satu Indonesia yang belum dipanggil tim nasional, Teja Paku Alam. Di depan Teja, berposisi pemain belakang ada duet palang pintu, Victor Igbonefo dan Nicks Kuiper.
Di lini tengah, yang merupakan dapur permainan, ada duet Marc Klok dan Ricky Kambuaya, yang memiliki ball-skill di atas rata-rata. Keduanya lihai membangun serangan melalui umpan terukur. Dan keduanya juga ahli dalam menendang bola-bola mati untuk dijadikan gol. Dibantu gelandang worker Dedi Kusnandar dan gelandang timnas pekerja keras Rachmat Irianto, yang berperan membantu pertahanan, tak ayal lini tengah Persib cukup mumpuni.
Di lini depan, Persib punya duet maut negeri samba, David Da Silva-Ciro Alves. Keduanya striker petarung, bukan penyerang oportunis yang cuma bisa memanfaatkan kesalahan lawan. Mereka sudah membuktikan kehebatannya sebagai bomber.
Dan jangan lupa, Persib punya pelatih label timnas Luis Milla yang masuk menggantikan Robert Rene Alberts, pelatih jago strategi, bertangan dingin, dan punya lisensi sebagai pelatih juara.
Sudah tak sabar, ingin selalu menyaksikan Setiap pertandingan Persib yang gegap gempita dengan dukungan bergemuruh dari suporter. Semua sepakat dan berteriak “Ayo Persib…Prung geura Tarung! Jadilah juara kembali.***

 

Back to top button