Opini

Pandangan Islam tentang Disiplin

Oleh: Dedy Sutrisno Ahmad Sholeh
Pemerhati Masalah Sosial Budaya dan Pendidikan

Disiplin adalah sikap patuh untuk menghormati dan melaksanakan suatu ketentuan/sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan istilah lain, disiplin adalah sikap mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Dalam pandangan Islam, banyak ayat Alquran dan hadist yang memerintahkan disiplin, dalam arti ketaatan pada peraturan yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah surat An Nisa ayat 59 : “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kepada rasul-Nya dan kepada Ulil Amri dari (kalangan) kamu …”.

Disiplin adalah salah satu kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip (istiqomah), tekun dalam ikhtiar maupun bekerja, tidak surut dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama, negara dan bangsa.

Betapa pentingnya disiplin dan betapa besar pengaruh kedisiplinan dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa maupun kehidupan bernegara. Salah satunya adalah disiplin dalam waktu.

Tak dapat dipungkiri, bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin dalam memanfaatkan waktunya. Disiplin tidak akan datang dengan sendirinya, akan tetapi melalui pembiasaan latihan yang ketat dalam kehidupan sehari-harinya.

Dalam ajaran Islam, ada empat cara agar tidak menjadi orang-orang yang melalaikan waktu, yang semuanya termaktub dalam ayat terakhir surat Al-Ashr. “Illal ladziina aamanu wa ‘amilushshaalihaati watawaashau bil haq watawaashau bish shabr”, “….Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal salih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran serta nasihat-menasihati supaya tetap dalam kesabaran”.

Tafsiran bebasnya, pertama, beriman. Iman, secara bahasa bermakna “membenarkan”. Artinya membenarkan segala hal yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw., yang pokok-pokoknya tertransendentalkan dalam rukun iman. Iman sifatnya abstrak, dimensinya batiniah alias tidak terlihat.

Karenanya, yang paling tahu apakah iman seseorang itu kuat atau lemah hanyalah Allah Swt. Dzat yang Maha Mengetahui masalah ghaib. Walaupun iman itu abstrak, namun Allah Swt. menyebutkan sejumlah ciri orang-orang yang imannya benar di dalam Alquran surat Al Anfal ayat 2-4.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. Orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan pada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya serta ampunan dan nikmat yang mulia.”.

Iman itu bersifat fluktuatif, Al immanu yaziidu wa yanqushu, artinya kadang-kadang meningkat/di atas dan kadang-kadang menurun/di bawah. Oleh sebab itu kita wajib merawat iman agar tetap konsisten supaya tidak terjerumus menjadi orang-orang yang tidak disiplin dalam waktu.

Kedua, yang bisa menyelamatkan manusia dari kerugian adalah amal saleh. Kata amiluu berasal dari kata amalun artinya pekerjaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Kata shalihaat berasal dari kata shaluha artinya bermanfaat atau sesuai. Jadi, amal saleh adalah aktivitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pekerjaan itu memberi manfaat untuk dirinya ataupun untuk orang lain.

Selain itu, pekerjaan tersebut sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan amal saleh sebagai perbuatan yang berguna bagi diri pribadi, keluarga, kelompok, dan manusia secara keseluruhan. Jadi, karya atau kreativitas apapun yang kita lakukan dengan penuh kesadaran demi kemaslahatan diri sendiri, keluarga ataupun masyarakat, dapat disebut amal saleh.

Yang harus diingat, amal saleh itu harus dibarengi dengan iman, karena amal saleh tanpa dilandasi iman kepada Allah Swt. akan menjadi sia-sia, “Dan Kami hadapi segala amal baik yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan”. (QS. Al Furqan ayat 23).

Ketiga, Watawaashau bil haq saling berwasiat dalam kebenaran. Orang yang saling berwasiat dalam kebenaran, berarti saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran. Kata Al haq di sini berarti kebenaran yang pasti, yaitu Ajaran Islam. Maka syarat agar manusia terhindar dari kerugian adalah mengetahui hakikat kebenaran Islam, mengamalkannya, dan menyampaikannya kepada orang lain.
Siapa saja yang tidak mau mengajak manusia lain untuk berpegang pada kebenaran Islam setelah ia mengetahuinya, ia termasuk dalam golongan yang merugi.Mengajak orang lain berada di jalan kebenaran bukan sekadar tugas para kiai, ulama, ustadz, namun merupakan kewajiban setiap individu.

Rasulullah bersabda, “Siapa yang melihat kemunkaran, maka ubahlah dengan kekuasaan. Apabila tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan, dan kalau tidak mampu juga, maka ubahlah dengan hati, dan itulah iman yang paling lemah.”

Saling menasihati untuk berpegang teguh pada kebenaran harus dilakukan dengan ilmu, penuh kebijaksanaan dan menggunakan kata-kata yang terpuji. Sebagaimana Firman Allah Swt. Dalam surat an Nahl ayat 125, “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”.

Keempat, saling berwasiat dalam kesabaran. saling menasihati supaya tetap dalam kesabaran. Kesabaran adalah suatu kekuatan jiwa yang membuat orang menjadi tabah menghadapi berbagai ujian. “Dan sungguh Kami akan berikan ujian padamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira orang-orang yang bersabar…” (Q.S. Al-Baqarah ayat 155).

Semoga kita mampu memanfaatkan waktu yang telah Allah Swt. berikan kepada kita semua dan kita bisa mendisiplinkan diri kita dalam mengemban amanah dalam kehidupan ini. Aamin ya robbal ‘alamiin…
Wallahu a’lam bisshawab.***

Related Articles

Back to top button