kacenews.id-CIREBON-SD Negeri Gelatik yang berada di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon hanya terdaftar 10 calon peserta didik baru pada PPDB tahun pelajaran 2024/2025.
Salah satu SD Negeri di Kota Cirebon yang hampir tiap tahunnya tidak memenuhi satu kelas, di penutupan PPDB jenjang SD tahun ini pun mengalami hal yang sama.
Kepala SDN Negeri Gelatik Kota Cirebon, Heri Mulyati mengatakan, tahun ini SDN yang dipimpinnya masih merasakan hal yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya yang mengalami kekurangan siswa.
“Cuma ada 10 calon siswa yang terdaftar tahun ini, jumlahnya tidak ada satu kelas pun,” katanya, Senin (1/7/2024).
Dari 10 siswa, ia menjelaskan bahwa dua anak merupakan siswa inklusif atau berkebutuhan khusus. “Dua anak pun inklusif, itu pun kami terima. Semoga di tahun depan ada siswa pindahan yang sekolah di SDN Gelatik,” harap Heri Mulyati.
Menurutnya, pihaknya secara umum sudah berusaha untuk bisa meraih siswa lebih banyak lagi. “Kita sejak awal sebelum PPDB dimulai sudah berusaha mencari calon siswa. Hasilnya belum maksimal, kita selalu kekurangan siswa jika satu kelas harus full,” ujar Heri Mulyati.
Sebelumnya, tak ingin terpuruk, Kepala SD Negeri Gelatik Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon, Heri Mulyati mendorong para guru untuk meningkatkan jumlah siswa.
Heri juga telah melakukan door to door ke sejumlah warga dan sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) jelang pelaksanaan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB) mendatang bersama guru-guru.
Pasalnya, pada PPDB 2022/2023 kemarin SDN Gelatik hanya memperoleh empat siswa baru kelas 1. Sehingga, tahun ini pihaknya akan bekerja ekstra untuk bagai mana agar jumlah calon pendaftar atau siswa baru meningkat baik dengan menyebarkan brosur dan lain sebagainya.
“Kita menginginkan sekolah ini maju dan berharap di PPDB tahun ini jumlah siswanya meningkat. Kita mendorong guru-guru agar bisa meningkatkan siswa, saya menargetkan 20 siswa baru tahun ini karena sejumlah orang tua sudah banyak yang bertanya tentang SD ini baik biaya dan lain sebagainya,” kata Heri Mulyati.
Heri berpendapat, jika SDN ini terus terpuruk, lebih baik di merger saja. Namun, naluri seorang ibu tetap memikirkan atau melihat guru honorer dan penjaga sekolah apa bila dimerger mereka akan ke mana.
“Makannya saya ke guru honor dan yang lain mendorong untuk bekerja ataupun berbuat agar bagai mana dapat meningkatkan siswa karena saya ingin memajukan sekolah ini,” tutup Heri Mulyati.(Jak)