Ayumajakuning

Aktivitas Anak-anak di Rumah Tuli Jatiwangi, Mengaji di Tengah Keterbatasan

kacenews.id- MAJALENGKA- Memiliki keterbatasan pendengaran serta sulit bicara tidak menghalangi seseorang untuk bisa belajar atau mengajarkan membaca Alquran, semua itu bisa dilakukan lewat ketekunan dan kemauan yang kuat.

Itu pula yang dilakukan anak – anak disabilitas rungu di Rumah Tuli Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka yang didirikan Muhammad Lutfi Bannani sejak Tahun 2013, berawal dari pertemuannya dengan kominitas disabilitas rungu di Kota Majalengka

Di Rumah Tuli Jatiwangi ada belasan anak remaja yang belajar membaca Alquran, ada yang baru Iqra, ada juga yang sudah mulai membaca dengan lancar karena mereka sudah cukup lama belajar di Rumah Tuli tersebut.

Mata dan jari mereka fokus ke ayat – ayat yang ada dihadapannya, ada yang terus berusaha memperhatikan guru ngajinya yang terus menuntun bacaan Iqra dengan dibarengi bahasa isyarakat yang sangat dipahaminya.

Lutfi Bannani  mengungkapkan ada belasan remaja yang belajar membaca Alquran di Rumah Tuli yang didirikannya, tingkatan  mengaji mereka cukup beragam. Ada yang sudah kelas Alquran, ada juga yang masih  tahapan Iqra. Mereka semua cukup serius belajar.

Dua hingga tiga remaja bisa diajari oleh satu orang ustad, mereka yang mengajar adalah orang – orang yang memiliki pendengaran namun sudah belajar bahasa isyarat.

“Kalau yang ngajarnya mah, teman-teman dengar. hanya mereka sudah belajar bahasa isyarat, sehingga bisa memahami betul dan mampu berkomunikasi dengan lancar,” ungkap Lutfi.

Belajar membaca Alquran di Rumah Tuli pada hari – hari biasa dilakukan seminggu sekali, namun atas keinginan orang tua dan para remaja yang belajar di bulan Ramadan akhirnya dilakukan setiap hari, terkecuali hari Jumat libur, belajar mulai siang hari hingga menjelang berbuka puasa.

Mereka yang belajarpun tidak hanya berasal dari Jatiwangi namun juga dari desa tetangga, malah kini tidak hanya mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran namun juga yang memiliki pendengaran.

“Sekarang yang belajar membaca Alquran di kami sebenarnya inklusif, awalnya hanya mereka yang disabilitas rungu karena jarang pada mereka yang bisa mengajarkan membaca. Sekarang yang belajar ini ada yang disabilitas rungu  bisdan yang bisa dengar, santri biasa, bahkan ada teman-teman yang hijrah. Jadi saling belajar antar sesama,” ungkap Lutfi.

Menurutnya, dalam mengajarkan membaca Alquran dengan bahasa isyarat, Lutfi dan temannya menggunakan konsep yang sudah dimusyawarahkan bersama – sama dengan Kementian Agama Kabupaten Majalengka.

Rumah Tuli Jatiwangi sempat diundang Kemenag, untuk mencari konsep bagaimana cara belajar bagi disabilitas rungu

“Konsep membaca Alquran untuk disabilitas rungu, alhamdulilah sudah digodok oleh Kemenag. Sudah dimusyawarahkan, lahirlah dua metode besar. Metode Tilawah dan Kitabah. Lahir pada 2020,” katanya.

Dua metode belajar Alquran isyarat, baik tilawah maupun kitabah menurutnya sangat membantu belajar mengajar bagi Rumah Tuli Jatiwangi

“Tilawah itu mengisyaratkan apa yang dibaca oleh kita di dalam Alquran. Kalau kitabah mengisyaratkan apa yang tertulis di dalam Alquran. Rumah Tuli Jatiwangi sendiri mengusung yang tilawah,” jelas Lutfi.(Tati)

Related Articles

Back to top button