Gizimu Masa Depanmu

Oleh : Drs. D. Rusyono, M.Si
Anggota Juang Kencana Kuningan
Gizi merupakan istilah yang cukup familiar di masyarakat, bahkan merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam mendukung tumbuh kembang kehidupan. Gizi secara sederhana merupakan faktor penentu dalam kualitas sumber daya manusia, karena apabila kurang gizi ataupun gizi buruk akan menyebabkan beberapa efek serius diantaranya stunting.
Gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan kesehatan badan (KBBI, 2016). Beberapa pengertian yang lain di antaranya bahwa gizi adalah zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh, sedangkan gizi seimbang adalah susunan makanan yang mengandung zat gizi dalam berbagai jenis yang sesuai dengan kebutuhan tubuh (Permenkes No.41/2014 Pedoman Gizi Seimbang). Sedangkan menurut Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) bahwa gizi adalah sebagai suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara manual melalui proses pencernaan, penyerapan, transfortasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh sehingga menghasilkan tenaga (Prof. Dr. Herdinsyah, MS., Ketua Umum Pergizi Pangan Ind, 2020-2025).
Berbicara soal gizi juga sangat berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, di antaranya sosial ekonomi, sikap dan perilaku dalam kesehatan, sehingga tidak jarang orang yang mengerti tentang hidup sehat dan secara ekonomi mendukung tetapi sikap/perilakunya acuh tak acuh maka nilai-nilai kesehatannya tidak tercapai, ada juga yang kurang mampu tetapi mengerti akan pentingnya kesehatan, maka berupaya untuk dapat terpenuhi kebutuhan gizinya walau dengan pola sederhana seperti tabulapot/tabulakar serta ada juga yang sudah kondisi soseknya kurang beruntung, wawasanpun rendah, maka inilah yang menimbulkan persoalan serius dan tidak jarang stuntingpun terjadi, dan tipe ini pula yang wajar apabila menjadi perhatian berbagai pihak untuk diberdayakan.
Beberapa persoalan yang menyangkut stunting antara lain Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki tiga masalah dalam gizi yakni stunting (kerdil), wasting (kurus) dan obesitas (gemuk), dan dari tiga orang anak satu orang mengalami kurang gizi (sun movement). Adapun yang terkait di dalamnya adalah gizi kurang dan gizi buruk meliputi ; a.Kekurangan gizi, menurut indeks BB per usia mencapai 17 % sedangkan ambang batas WHO 10 %, b.Indek tinggi badan per usia 27,5 % ambang batas WHO 20 %., c.BB per tinggi badan 11 % ambang batas WHO 5 %.
Adapun gizi buruk adalah kondisi yang ditandai dengan BB dan tinggi badan jauh di bawah rata-rata. Dari tiga orang anak, 1. Di antaranya mengalami kurang gizi. Sedangkan gizi lebih/obesitas adalah mendapatkan energi lebih dari yang dibutuhkan, merupakan kelebihan lemak dalam jaringan adipose dimana terjadi ketidakseimbangan energi dan kalori yang dikonsumsi dengan yang dikeluarkan, hal ini rentan terhadap penyakit jantung dan diabetes mellitus (Lap. Gizi Global, 2014). 2 Stunting, persoalan yang serius tingkat perkembangan anak (balita) dengan pemenuhan kebutuhan gizi ibarat dua sisi mata uang yang saling berkaitan satu sama lain dan saling menguatkan, karena apabila tidak terpenuhi, maka stuntinglah jadinya.
Beberapa pengertian stunting antara lain adalah suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata seusianya sebagai akibat kekurangan nutrisi yang berlangsung jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi saat ibu sedang hamil dan pada anak saat dalam masa pertumbuhannya. Jadi ciri stunting menurut para ahli yaitu tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya, berat badan tidak naik bahkan cenderung menurun dan wajah tampak lebih muda dari usianya.
Sedangkan pengertian yang lain menyebutkan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada dibawah standar yang ditetapkan (Perpres No.72/2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting). Kemudian menurut Kemenkes adalah kondisi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis (Ayo sehat https//ayosehat, kemenkes go.id). Sedangkan menurut BKKBN stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, dan terjadi sejak bayi dalam kandungan hingga berusia dua tahun (BKKBN, 2021). Jadi stunting merupakan permasalahan yang serius karena berdampak panjang pada kesehatan yang mengancam terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Sedangkan kebutuhan gizi anak per hari akan berbeda sesuai usia, jenis kelamin dan tingkat aktivitas baik dalam nutrisi mikro maupun makro, seperti berikut : 0—6 bln 550 kkal/hari, 7-11 bln 725 kkal/hr, 1-3 th 1125 kkal/hr, 4-6 th 1600 kkal/hr, 7-9 th 1850 kkal/hr, 10-12 th laki-laki 2100 kkal/ht dan perempuan 2000 kkal/hr. Adapun kebutuhan gizi anak berdasarkan jenis zat gizi meliputi ; protein, lemak, air, vitamin A, D, E, K, folat, kalsium dan fosfor.
Ada baiknya kita lihat ke belakang dan lanjutannya sebagai rujukan atau payung hukumnya antara lain ; diawali dengan Nawa Cita pada Kabinet Indonesia Maju dengan sembilan agenda strategis, dan yang terkait stunting adalah poin No.5 Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Kemudian pada SDGs 2015-2030 dari 10 poin program yang ada, maka yang terkait pada poin No.2 yaitu menghilangkan kelaparan, ketahanan pangan dan gizi yang baik. Kemudian pada Asta Cita Kabinet Merah Putih, dari 8 poin Cita-cita Kabinet, maka yang terkait dengan penanganan stunting adalah pada cita yang ke empat yaitu memperkuat pengembangan SDM, saintek, pendidikan, kesehatan, prestasi olah raga, keseteraan gender serta penguatan peran perempuan, pemuda dan penyandang disabilitas.
Selanjutnya pada lingkup Kemenduk PK/BKKBN melalui Perwakilan BKKBN Jabar dilakukan Pola Coaching Mentoring 2.0 guna mempercepat pencapaian target kinerja dalam mendukung target pusat dalam Qick Wins meliputi ; Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Anak Stunting (GENTING), Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), Gerakan Ayah Teladan (GATE), Lansia Berdaya (SIDAYA) dan Layanan Super Apps Pembangunan Keluarga Indonesia, termasuk di dalamnya aspek pendukung yaitu Manajemen Kepegawaian, Coaching & Mentoring, Komunikasi Efektif, Rebranding dan Pengelolaan Data berbasis sistem informasi keluarga.
Dalam hal capaian program tentu sudah ada outputnya sebagai dampak dari pergerakan dan upaya yang telah dilakukan semua pihak dan satuan kerja di semua tingkatan wilayah, hanya saja secara gambaran riilnya belum dirilis secara resmi oleh pemerintah baik pusat maupun provinsi. Hanya saja sekedar gambaran contoh dapat dilihat di Kabupaten Kuningan antara lain pada tahun 2024 tercapai atau berada pada angka 7,9 % yakni 5.537 balita terindikasi stunting dari total balita yang ditimbang dan diukur sebanyak 70.369. Artinya progress untuk Kabupaten Kuningan telah berhasil melampaui atau dibawah target 14 % secara nasional (e-PPGBM Dinkes dan DPPKBP3A, 2024).
Dari uraian di atas, kiranya tidaklah berlebihan manakala sedikit rekomendasi bagi semua jajaran Timlak Stunting yaitu dalam tingkatkan Gerakan UKBM (Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat), di mana masyarakat sebagai subyek (Gerakan Masyarakat), serta penguatan komitmen, Timlak dan payung hukum, sehingga kesehatan lebih terakses (accessible), lebih terjangkau (affordable) dan lebih berkualitas (quality). Kemudian juga kata kunci keberhasilannya akan tergantung pada TMM yakni Tahu, Mampu dan Mau; semua pihak sudah tahu tentang stunting dengan segala aspeknya baik secara alamiah maupun ilmiah, kemudian Mampu Insyaa Allah semua pihak punya daya dan kemampuan untuk peduli dan berperan aktif dalam menangani stunting dengan dukungan berbagai 4 kekuatan yang ada baik dari dalam maupun luar potensi masing-masing.
Sedangkan Mau inipun Insyaa Allah punya kemauan untuk peduli, bertindak, berikhtiar dan berdo’a untuk solusi/pemecahan masalah (stunting), hanya persoalannya secara kodrati kemanusiaan terkadang dihinggapi dengan rasa malas dan kurang peduli, inilah yang harus dikikis dari setiap jiwa Warga Negara Indonesia. Semoga dengan segala daya dan upaya yang telah, sedang dan terus dilakukan penanganan stunting secara berangsur akan tuntas dan berkualitas, sehingga pada gilirannya SDM pun terus meningkat. Aamiin !!***