Imam Jazuli Sebut Khofifah Indar Parawansa Layak Jadi Sekjen PBNU

kacenews.id-CIREBON-Menjelang pelaksanaan Muktamar Luar Biasa Nahdlatul Ulama (MLB NU) yang direncanakan pertengahan tahun ini, perbincangan mengenai sosok ideal untuk menduduki posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU semakin menghangat. Berbagai nama bermunculan, namun salah satu yang paling disorot adalah Khofifah Indar Parawansa.
Menurut KH. Imam Jazuli, Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon sekaligus Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010–2015, Khofifah memiliki lima alasan utama yang membuatnya layak menjadi Sekjen PBNU.
Sejak berdirinya PBNU, kata Kiai Imam, belum pernah ada perempuan yang menduduki posisi sekjen. Jika pun ada, posisi mereka cenderung sekadar pelengkap dalam struktur organisasi.
Menurut KH. Imam Jazuli, kepemimpinan PBNU selama ini didominasi oleh sistem patriarkis yang sering kali berujung pada konflik internal.
“Sudah saatnya PBNU memiliki pemimpin perempuan yang mampu membawa perubahan dengan pendekatan feminis yang lembut, progresif, dan mampu merangkul semua pihak,” ujar KH. Imam Jazuli, Minggu (16/2/2025).
Ia menilai, kepemimpinan perempuan seperti Khofifah dapat menjadi solusi untuk menghindari konflik berkepanjangan yang selama ini terjadi di tubuh PBNU.
Kiai Imam Jazuli melanjutkan, Khofifah juga dikenal sebagai sosok yang memiliki pengalaman panjang dalam dunia politik.
Jabatan yang pernah ia emban, mulai dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Menteri Sosial, hingga Gubernur Jawa Timur, menunjukkan kemampuannya dalam mengelola organisasi besar.
“Untuk menjadi Sekjen PBNU, seseorang harus memiliki kelincahan dalam berpolitik kebangsaan, tanpa terjebak dalam politik praktis yang pragmatis,” kata KH. Imam Jazuli.
Ia menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Sekjen PBNU cenderung terlalu praktis dalam berpolitik, sehingga kehilangan idealisme.
“Khofifah tidak seperti itu. Ia seorang politisi sejati yang setia dengan akarnya dan tidak dikenal sebagai ‘kutu loncat’ yang berpindah-pindah demi jabatan,” tambahnya.
KH. Imam Jazuli juga menilai, karakter Khofifah dalam berpolitik mengingatkan pada sosok Presiden Prabowo Subianto yang pantang menyerah dalam perjuangan politiknya.
Muktamar Luar Biasa NU tahun ini dianggap sebagai momentum yang tepat untuk memperkuat kaderisasi kepemimpinan perempuan di PBNU.
Dengan Khofifah di posisi sekjen, Muslimat NU sebagai organisasi perempuan terbesar di NU akan semakin diakui kontribusinya.
“Ini kesempatan emas bagi Muslimat NU untuk menunjukkan bahwa perempuan NU juga mampu memimpin dan berkontribusi bagi bangsa dan dunia,” kata KH. Imam Jazuli.
Ia menegaskan, di era yang semakin modern, kepemimpinan feminis dapat membawa angin segar bagi NU, yang selama ini masih banyak menghadapi konflik internal.
Pengabdian Khofifah terhadap masyarakat tak perlu diragukan lagi. Ia pernah menerima penghargaan khusus bakti sepanjang masa atas dedikasinya di berbagai bidang sosial dan keagamaan.
“Walaupun tidak lagi menjabat di struktural Muslimat NU, Khofifah tetap aktif berkontribusi. Ini membuktikan bahwa Muslimat adalah Khofifah, dan Khofifah adalah Muslimat,” ujar KH. Imam Jazuli.
Ia meyakini bahwa jika Khofifah berhasil menjadi sekjen PBNU, hal ini akan membuka jalan bagi lahirnya lebih banyak pemimpin perempuan dari kalangan Muslimat NU di masa depan.
Bukan Konflik
Salah satu keunggulan lain yang dimiliki Khofifah adalah kemampuannya dalam berinovasi dan memanfaatkan teknologi. Ia pernah mencatatkan rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas penyelenggaraan Nuzulul Quran 1411 H secara daring pertama di dunia, serta Khotmil Quran Kubro secara daring dengan jumlah peserta terbanyak di dunia.
“Penghargaan ini sejajar dengan Zayed Award for Human Fraternity 2024 yang diterima Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf,” ujar Kiai Imam Jazuli.
Menurutnya, prestasi ini membuktikan bahwa Khofifah memiliki daya kreativitas yang tinggi dan mampu membawa tradisi NU ke dalam era digital dengan lebih modern.
Jika dipercaya sebagai sekjen PBNU, bukan tidak mungkin ia akan kembali mencetak rekor dan inovasi yang lebih besar.
Kiai Imam Jazuli menekankan bahwa warga NU sudah lelah dengan konflik berkepanjangan di tubuh organisasi. Mereka menginginkan pemimpin yang mampu membanggakan NU dengan prestasi dan pengabdian nyata.
“Khofifah telah membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang berprestasi. Warga NU, khususnya Muslimat NU, patut merasa bangga jika ia terpilih sebagai Sekjen PBNU,” pungkasnya.(Ismail/KC)