Keserakahan Sumber Permasalahan
Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon
Sudah menjadi qodrat manusia secara umum cenderung hidup serakah dalam banyak hal. Tak kenal waktu, manusia selalu berusaha memenuhi semua keinginannya sebagai indikator keberhasilan. Oleh karenanya, segala langkah akan ditempuh sekalipun berbenturan dengan hukum. Tak peduli aturan halal, haram, melanggar atau tidak yang penting tujuannya tercapai. Begitu semua keinginannya tercapai, apakah manusia bisa puas? Tentu tidak akan bagi orang yang punya sifat serakah. Justru sebaliknya ia akan selalu kuat mengejar keinginannya. Orang seperti ini tak akan pernah merasakan sejatinya kebahagiaan yang sebenarnya.
Dalam agama Islam, keserakahan atau sifat tamak memang dianggap sebagai salah satu sifat yang dibenci oleh Allah SWT, karena bisa merusak keseimbangan hidup, menyebabkan ketidakadilan, dan mengarah pada perilaku yang merugikan orang lain. Beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits mengingatkan umat-Nya untuk menghindari sifat serakah. Pertama Al-Qur’an: Surah Al-Isra’ ayat :29 “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terikat pada lehermu, dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya (karena serakah), sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal.” Ini mengajarkan umat Islam untuk tidak bersikap serakah dengan mengumpulkan kekayaan secara berlebihan atau dengan cara yang tidak halal. Allah mengingatkan agar kita tidak menjadi hamba dari harta atau benda duniawi, melainkan menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pribadi dan berbagi dengan orang lain.
Kedua, Surah At-Tawbah ayat 34 “Sesungguhnya orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka kabarkanlah kepada mereka (bahwa) mereka akan mendapat azab yang pedih.” Ini menggambarkan betapa seriusnya dosa orang yang memiliki kekayaan dan menumpuknya tanpa memberi kepada yang membutuhkan atau tidak menafkahkannya di jalan Allah. Sifat ini sering kali berkaitan dengan keserakahan, karena orang yang tamak hanya fokus pada kekayaan pribadi tanpa memperhatikan kepentingan sosial.
Ketiga, Surah Al-Hadid ayat 23 “(Berlaku) demikian agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ini mengingatkan agar kita tidak terjebak dalam kegembiraan berlebihan karena harta dunia yang kita peroleh. Sifat keserakahan muncul ketika seseorang merasa puas dengan apa yang dimilikinya, dan merasa selalu kurang, sehingga tidak mampu bersyukur. Allah tidak suka orang yang terlalu membanggakan dirinya dengan kekayaan atau status sosial yang dimilikinya.
Begitu pula dengan hadist – hadist Rasulullah Muhammad SAW: ” Hati-hatilah terhadap kekayaan, karena kekayaan itu adalah sumber dari segala kejahatan.” ( HR.Bukhari dan Muslim.) Menunjukkan bahwa terlalu mengejar harta secara berlebihan bisa menjadikan seseorang terjebak dalam keserakahan yang dapat merusak karakter dan moralnya. Selanjutnya, perhatikan hadist yang berbunyi “Sungguh celaka bagi orang yang serakah, yang ingin memiliki lebih banyak daripada yang ia butuhkan.” (HR Muslim), secara tegas mengingatkan kita tentang bahaya sifat serakah. Keserakahan sering kali membuat seseorang tidak puas dengan apa yang dimilikinya dan selalu berusaha untuk mendapatkan lebih banyak, bahkan dengan cara yang salah.
Hadist lain berbunyi “Jika anak Adam memiliki dua lembah penuh harta, ia pasti akan menginginkan yang ketiga. Tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam, kecuali tanah (kubur). Dan Allah akan menerima taubat siapa pun yang bertaubat.”(HR Bukhari), ini menggambarkan sifat keserakahan sebagai dorongan yang tak ada habisnya. Bahkan jika seseorang memiliki banyak harta, ia tetap akan merasa kurang dan ingin lebih, sehingga menambah keserakahannya.
Jadi keserakahan, dalam perspektif Islam ini sifat yang dapat mengarah pada ketidakadilan, kekejaman, dan penyalahgunaan kekuasaan atau kekayaan. Allah menuntut umat-Nya untuk hidup dengan sederhana, bersyukur atas apa yang diberikan-Nya, dan menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan pribadi dan berbagi dengan sesama. Allah tidak menyukai orang yang serakah, karena mereka cenderung melupakan kepentingan orang lain dan hanya mengejar kesenangan duniawi yang sifatnya sementara.
Sayang, seseorang meski sudah tahu Allah SWT melarang manusia untuk berbuat serakah namun hingga kini malah perilaku serakah semakin membabi buta saja. Uang rakyat dikorupsi oleh pejabat, hutan sebagai sumber oksigen dan penyimpan cadangan air dibabat habis. Sumber mineral baik di darat dan laut dieksploitasi secara jor-joran tanpa rasa bersalah. Mengapa bisa seperti ini? Ternyata banyak penyebabnya yang mereka tidak bisa halau, di antaranya ketidakamanan dan ketakutan, seseorang merasa tidak aman atau takut kehilangan apa yang sudah dimiliki, mereka mungkin terdorong untuk mengumpulkan lebih banyak. Ini bisa mencakup ketakutan akan kemiskinan, kehilangan kekuasaan, atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi.
Pengaruh sosial dan budaya, masyarakat seringkali mengajarkan pentingnya memiliki lebih banyak, baik itu harta, status, atau prestasi. Media dan budaya konsumtif juga bisa mendorong individu untuk selalu menginginkan lebih, menciptakan perasaan tidak cukup dengan apa yang sudah dimiliki.
Ambisi dan persaingan, keserakahan bisa berkaitan dengan ambisi untuk mencapai kesuksesan atau status tertentu. Dalam lingkungan yang sangat kompetitif, seseorang mungkin merasa bahwa mereka harus memiliki lebih banyak untuk menonjol atau mengalahkan pesaing. Moralitas dan etika sering dipandang sebagai keburukan dalam banyak tradisi agama dan filosofis, karena ia dianggap sebagai penyebab ketidakadilan dan ketimpangan.
Kemudian apa saja dampak dari keserakah manusia? Pertama ketidakadilan sosial, sekelompok kecil orang menguasai sebagian besar sumber daya, sementara banyak orang lainnya hidup dalam kekurangan. Selanjutnya yaitu kerusakan lingkungan, keinginan untuk terus mengumpulkan lebih banyak (keuntungan materi) akan menyebabkan eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Kemudian kerusakan hubungan pribadi, seseorang yang terlalu fokus pada ambisi pribadi mungkin mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang lain, yang berujung pada ketegangan, konflik, atau bahkan perpecahan dalam hubungan keluarga, pertemanan, atau kerja.
Keserakahan adalah fenomena yang melibatkan banyak dimensi dalam kehidupan manusia, baik psikologis, sosial, ekonomi, dan moral. Meskipun kita semua mungkin merasakannya pada beberapa titik, penting untuk berusaha menyeimbangkan keinginan pribadi dengan rasa tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain.***