Kantin Vs MBG
Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon
Keberadaan sarana prasarana di sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA lebih lengkap dibanding SD. Di sekolah lanjutan, kelasnya bagus dengan meja, kursi, dan lemari kelas lengkap. Begitu juga dengan sarana oleh raga, sarana ibadah, dan sarana n seperti UKS, ruang seni, GOR, toilet, mushola dan kantin. Semua fasilitas itu merupakan bagian yang penting dalam memberikan suasana kondusif bagi warga sekolah. Satu dengan yang lainnya saling menunjang.
Kali ini yang akan penulis paparkan adalah fasilitas kantin sekolah.Kantin sekolah berperan penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi para siswa dan guru.Keberadaannya ada yang dikelola oleh internal sekolah namun juga orang luar yang bekerja sama dengan sekolah, sehingga sekolah sedikit banyaknya mendapatkan penghasilan dari kantin. Pada umunya, kantin menyediakan makanan untuk sarapan dan makan siang para siswa atau para guru.Selain itu, kantin juga menyediakan beberapa minuman dan cemilan yang harganya terjangkau siswa.Kantin banyak meninggalkan kenangan manis bagi para alumni sekolah yang akan dikenang sepanjang zaman.
Sayangnya, dengan adanya program MBG (Makanan Bergizi Gratis) dari pemerintah pusat, setidaknya akan berpengaruh terhadap keberlangsungan kantin. Kantin sekolah dengan adanya program MBG ini pasti incomenya terjadi penurunan .Oleh karena warga sekolah tidak lagi makan di kantin seperti biasanya , paling mereka membeli minuman dan cemilan. Bisa jadi bagi banyak orang menilai bahwa masalah kantin sekolah ini hanya masalah sepele. Namun tidak bagi pemilik kantin, justru kantin ini penting untuk dipertahankan.Ternyata program MBG ini merupakan ancaman serius dalam hidup pemilik kantin. Di negeri ini mencari dan menciptakan lapangan pekerjaan tidaklah mudah. Jadi kantin sekolah merupakan urat nadi bagi pemilik kantin.
Sebenarnya tujuan MBG ini mulia, yaitu untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting (kondisi anak yang memiliki tinggi badan kebih rendah dari standar usianya) di Indonesia.Tahun 2024 saja anak Indonesia mengalami stunting sekitar 5,8 juta orang, mengalami penurunan 15 persen dari tahun sebelumnya (menurut BPS). Selain itu, MBG juga merupakan bagian dari upaya memperbaiki kualitas kesehatan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak dan keluarga kurang mampu. Masyarakat Indonesia sangat mendukung program MBG. Ini karena merupakan bukti bahwa Prabowo Subianto bukan orang munafik yang perkataannya tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika anak-anak kita gizinya baik, maka badannya akan sehat dan tidak malas datang ke sekolah untuk belajar.
Kecuali pemilik kantin yang kurang setuju dengan MBG. Kemudian bagaimana dengan nasib ribuan pemilik kantin sekolah se-Indonesia yang akan mati perlahan. Keberadaan kantin sekolah hingga kini tak seorang pun yang peduli memperjuangkannya. Dibiarkan mati segan, hidup tak mau. Sekiranya para pemilik kantin dilibatkan dalam program MBG ini, maka kantin sekolah akan lebih hidup lagi.Pemilik kantin punya skill dan pengalaman dalam mengolah makanan yang tidak bisa dipandang remeh.Mengapa tidak dijadikan pertimbangan untuk berpartisipasi? Namun karena program ini merupakan kebijakan dari pusat, sekolah sekalipun tidak diberi kesempatan untuk berpartisipasi.
Malah pada realisasinya, program MBG ini membentuk SPPB (Satuan Pengawasan Program Bergizi) yang berfungsi sebagai lembaga yang bertugas untuk memastikan bahwa program ini dilaksanakan dengan baik, tepat sasaran, dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tugas utama untuk mengawasi jalannya program makanan bergizi gratis agar pelaksanaannya sesuai dengan peraturan dan standar yang ditetapkan, mencakup berbagai aspek, mulai dari pengadaan bahan pangan, distribusi makanan, hingga pemberian makanan kepada anak-anak yang berhak. SPPB juga berfungsi untuk melakukan evaluasi secara rutin terhadap dampak program terhadap kondisi gizi anak-anak meliputi pengukuran status gizi dan perkembangan kesehatan anak-anak yang menerima manfaat dari program ini.SPPB memiliki tugas untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, terutama orang tua dan pihak sekolah, mengenai pentingnya gizi yang seimbang.
Di kantin ini banyak cerita menarik yang penuh suka duka.Kantin bukan hanya sebatas tempat sarapan dan makan siang, namun menjadi sarana berkomuniksi yang bebas lepas santai. Di kantin ini beberapa pasang siswa – siswa mengucap janji dan memutuskan cinta, bahkan di sini juga tempat siswa yang kesiangan.
Jadi bukan tidak mungkin ketika program MBG sudah berjalan, kantin ini hanya menjadi kenangan bagi para siswa dan warga sekolah umumnya. Selamat tinggal kantin kita semua.***
—