Finansial

Petani Majalengka Tahan Gabah, Penggilingan Padi Kesulitan Dapat GKG

kacenews.id-MAJALENGKA-Sejumlah pemilik penggilingan padi di Majalengka mulai kesulitan mendapatkan Gabah Kering Giling (GKG) karena petani yang masih memiliki gabah menahan gabahnya untuk dijual dan baru akan dilepas setelah harga gabah lebih mahal dari harga sekarang.

Dedi Koswara salah satu pemilik penggilingan terbesar di Kabupaten Majalengka menyebutkan, karena di Kabupaten Majalengka mulai sulit memperoleh gabah, kini dia melakukan pembelian gabah di wiayah Cirebon yang baru satu bulanan menjalani panen, serta dari Indramayu dan wilayah Jawa Tengah.

“Kalau di Majalengka mulai sulit, harga juga diatas Rp 820.000 per kw, kalau wilayah lain per hari ini baru minta Rp 820.000 per kw,” ungkap Dedi Koswara yang akrab di sapa H Dekos.

Menurut Dedi di wilayah Indramayu dan Cirebon harga gabah masih stabil karena kedua kabupaten ini masa panennya baru sebulan, sehingga petani dan buruh tani masih menyimpan gabah, berbeda dengan Majalengka yang panen gadunya lebih dulu, bahkan banyak petani yang didak menjalani panen gadu karena dilanda kemarau.

“Kalau di Jawa gabah selalu ada makanya saya biasa mencari gabah ke Jawa,” katanya.

Senada disampaikan pemilik penggilingan padi Jembar, H Alan di Desa Pakubeureum, Kecamatan Kertajati, harga gabah dari penyuplai sekarang telah mencapai Rp 820.000 hingga Rp 850.000 per kw untuk gabah hasil panen gadu, itupun sudah mulai sulit diperoleh.

Sedangkan harga gabah kawak atau yang dipanen musim rendeng tahun lalu harganya lebih rendah hanya dikisaran Rp 740.000 hingga Rp 750.000 per kw yang berasnya masuk beras medium, dengan harga beras yang juga lebih rendah dibanding beras premium yang dipanen pada musim gadu.

”Tos, sesah ayeuna milari gabah the,” ungkapnya

Sudirto pemilik penggilingan di Kelurahan Tarikolot, Kecamatan Majalengka mengatakan, harga gabah di wilayahnya masih berkisar Rp 800.000 per kw untik gabah hasil panen gadu dan Rp 750.000 per kw untuk gabah musim panen rendeng tahun lalu.

Hanya saja untuk memperoleh gabah sekarang ini mulai sulit, kemungkinan petani menahan gabahnya menunggu harga lebih mahal. Hal ini diprediksi akan terjadi karena musim panen masih beberapa bulan lagi.

Hal itu diakui salah seorang petani di Desa Wanasalam, Kecamatan Ligung Munadi, dia mengaku sedianya akan menjual gabahnya sebanyak 10 kw, namun karena harga masih dianggap murah, kini dia masih tetap menyimpan gabahnya di rumah.

“Tadina mah kamari rek nempur (menjual) teh 10 kw di imah, ngan we hargana masih murah Rp 800.000 jadi nya batal ke wae mun geus hargana rarang (Sedianya kemarin mau menjual gabah tuh sebanyak 10 kw di rumah, hanya harganya masih murah Rp 800.000 per kw, akhirnya batal dan baru akan dijual nanti setelah harga lebih mahal),” ungkap Munadi.

Demikian juga dengan Udin di Kelurahan Simpeureum, Kecamatan Cigasong, dia mengaku masih menunggu harga tinggi untuk menjual gabahnya.

“Taun kamari mah pol satuja sakintal, ayeuna mah moal sigana, sukur sajuta,” nungkapnya.

Walaupun harga gabah telah mencapai Rp 820.000 hingga Rp 850.000 menurut para pemilik penggilingan masih seimbang dengan harga beras ditingkat penggilingan sebesar Rp 13.000 per kg.

“Harga gabah dengan harga jual beras masih seimbang. Sementara ini harga beras tetap stabil,” kata Dedi.(Ta)

Related Articles

Back to top button