Potensi Bahaya Gas Vulkanik Kawah Gunung Ciremai Tinggi, Pendaki Dilarang Berada di Radius 500 Meter
kacenews.id-MAJALENGKA-Badan Geologi menyebut tingkat aktivitas Gunung Ciremai masih pada Level I (normal). Kendati begitu, para pendaki Gunung Ciremai tidak turun ke dasar kawah.
Kemudian, baik dalam kondisi mendung atau hujan tidak beraktivitas di dekat kawah dalam radius 500 meter terkait potensi bahaya gas vulkanik konsentrasi tinggi.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid A.N dalam rilisnya menyebutkan, potensi bahaya Gunung Ciremai yang mungkin terjadi saat ini berupa akumulasi gas vulkanik di dasar kawah.
Erupsi Gunung Ciremai tercatat berskala kecil menghasilkan abu vulkanik disertai hembusan gas. Sebaran lontaran material batuan pijar serta hujan abu lebat mencapai radius 1,5 Km dari kawah/puncak.
Disampaikan Muhammad Wafid A.N, hasil evaluasi tingkat aktivitas Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan, Majalengka, dan Cirebon, Provinsi Jawa Barat, periode 1 – 31 Desember 2024, berdasarkan pengamatan visual, teramati adanya aktivitas hembusan gas dari arah kawah/puncak.
Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah hingga kencang ke arah utara, timur, tenggara, selatan, barat daya dan barat laut, dengan suhu udara sekitar 19-31°C.
Untuk pengamatan instrumental jenis dan jumlah gempa yang terekam selama bulan Desember 2024 terjadi dua kali gempa tornillo, satu kali gempa vulkanik dangkal, 18 kali gempa vulkanik dalam, 25 kali gempa tektonik lokal serta 56 kali gempa tektonik jauh.
Hasil evaluasi pengamatan visual menunjukan dalam periode Desember 2024 tidak terjadi aktivitas hembusan gas yang melewati ketinggian dinding kawah. Aktivitas hembusan gas berada di dasar kawah dengan intensitas sangat lemah.
Aktivitas kegempaan didominasi oleh gempa – gempa tektonik, baik akibat aktivitas lokal ataupun regional.
“Kejadian gempa tektonik lokal, pada periode Desember 2024 sedikit menurun dibandingkan periode November 2024.” ungkap Muhammad Wafid
Menurutnya, selama Desember 2024 masih terekam gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal dengan jumlah stabil. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode ini terjadi proses peretakan batuan di dalam tubuh gunung api disertai migrasi fluida (campuran gas, cairan, dan padatan batuan) dari reservoir magma dalam ke kedalaman lebih dangkal.
Perlu diwaspadai jika terjadi kembali kenaikkan jumlah gempa – gempa vulkanik dengan pola yang menerus dan jumlah kejadian yang signifikan sebagaimana yang pernah terjadi pada 27 November 2024.
Selain gempa vulkanik dan tektonik, pada Desember 2024 terekam gempa tornillo yang berkaitan dengan aktivitas hidrotermal namun dalam jumlah yang rendah.
“Masyarakat pendaki disarankan untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi serta tidak terpancing oleh berita-berita yang tidak benar dan tidak bertanggungjawab mengenai aktivitas G. Ciremai, dan mengikuti arahan dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi,” ungkapnya.(Ta)