Ayumajakuning

Tiga Ekor Macan Tutul Jawa Penghuni Gunung Ciremai Terpantau Kamera

kacenews.id-KUNINGAN-TIGA ekor Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus) yang merupakan satwa asli kawasan Gunung Ciremai berhasil terpantau keberadaannya melalui kamera jebak yang dimonitor Balai Taman Nasional Gunung Ciremai sejak bulan Juni hingga Desember 2024

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai Toni Anwar melalui rilisnya menyebutkan, terpantaunya Macan Tutul Jawa sebuah hal yang sangat menggembirakan, karena keberadaannya terdeteksi di Gunung Ciremai.

“Individu unik yang terpantau sebanyak 3 ekor berjenis kelamin jantan, yaitu dua ekor memiliki corak tutul hitam (kumbang) dan satu ekor bercorak tutul terang.” ungkap Toni Anwar.

Menurut Toni, dengan terpantaunya tiga individu Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC selama kurun tahun 2024 totalnya berjumlah 4 ekor, yaitu 3 ekor satwa asli (native) dan 1 ekor satwa introduksi yaitu satwa Rasi.

Sementara itu, Slamet Ramadhan belum berhasil terdekteksi oleh kamera jebak pada tahun 2024 ini.

Keberhasilan pemantauan keberadaan Macan Tutul Jawa baik satwa asli dan satwa introduksi menurut Toni, tidak lepas dari peran dan komitmen para pihak. Yakni, Tim Monitoring Macan Tutul Jawa Balai TNGC, masyarakat mitra TNGC yang selalu mendampingi pemantauan serta sumber informasi keberadaan Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC.

Kemudian, peran Yayasan SINTAS Indonesia dalam teknis pelaksanaan kegiatan mulai dari desain survei monitoring, penerapan metode/SOP secara langsung Kementrian Lingkungan Hidup dan kehutanan, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem BTNGC.

Saat ini, BTNGC juga terus memantau keberadaan satwa tersebut melalui kamera yang disimpan di 30 titik.

“Diharapkan, hasil survei yang akan didapatkan tahun 2025 nanti, bisa memberikan informasi yang lebih komprehensif terkait jumlah individu Macan Tutul Jawa di kawasan TNGC,” katanya.

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus) sendiri menurut Toni, merupakan salah satu Key Stone Species yaitu organisme yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, meskipun jumlah dan biomassanya relatif kecil.

Keberadaan spesies kunci sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan tidak dapat digantikan oleh spesies lain di Taman Nasional Gunung Ciremai.

“Macan Tutul Jawa adalah hewan yang hidup menyendiri dan teritorial, menandai wilayahnya dengan kotoran, bekas urin, dan cakaran di pohon, memiliki indra penglihatan dan penciuman yang tajam dan cenderung menghindar dari manusia,”.

“Macan Tutul Jawa merupakan satwa endemik Pulau Jawa yang terancam punah. Populasinya semakin menyusut akibat hilangnya habitat, perburuan liar, dan alih fungsi hutan. Macan Tutul Jawa dilindungi secara hukum di Indonesia dan terdaftar dalam CITES Appendix I” jelas Toni Anwar.

Macan Tutul Jawa hasil introduksi merupakan hasil pelepasliaran, yang pertama yaitu pada tahun 2019 bernama Slamet Ramadhan berjenis kelamin jantan, dengan corak kumbang, dan yang kedua pelepasliaran tahun 2022 bernama Rasi jenis kelamin betina dengan corak tutul terang.

Slamet Ramadhan terakhir terpantau kamera jebak atau kamera trap pada bulan April tahun 2023, sedangkan Rasi berhasil terpantau pada bulan Juli 2024 ini.

Untuk menjaga keamanan dan keselamatan, khususnya para pendaki agar waspada dengan mengikuti dan mematuhi prosedur pendakian. Seperti, mentaati waktu pendakian (jam 07.00 s.d 11.00 WIB), mengikuti jalur pendakian yang ditentukan, menjaga kelestarian kawasan dan melaporkan kepada petugas atau pengelola jalur pendakian apabila menemukan tanda-tanda keberadaan Macan Tutul Jawa tersebut.(Ta)

Back to top button