Ayumajakuning

Perilaku Seks Tak Aman Penyebab Jumlah Kasus HIV-AIDS di Majalengka Meningkat

kacenews.id-MAJALENGKA-Penyebaran kasus HIV-AIDS di Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat, terus mengalami peningkatan yang signifikan. Data terbaru dari Pemkab Majalengka mencatat, sepanjang Januari hingga November 2024, terdapat 211 kasus baru. Angka ini menambah jumlah total kasus HIV-AIDS di Majalengka menjadi 1.073 kasus sejak tahun 2001 hingga 2023.

Penjabat Bupati Majalengka, Dedi Supandi, menyebutkan bahwa penyebab utama penyebaran virus tersebut adalah perilaku laki-laki seks dengan laki-laki (LSL). Berdasarkan data, 40,7 persen kasus HIV/AIDS di Majalengka disebabkan oleh perilaku tersebut.

“Ini menjadi perhatian serius bagi kami. Persentase penyebaran HIV-AIDS akibat perilaku LSL sangat tinggi dibandingkan kelompok rentan lainnya. Bahkan, angka ini lebih besar dari kelompok wanita penjaja seks (WPS) yang hanya 15,6 persen, ibu rumah tangga (IRT) 14,7 persen, dan pelanggan penjaja seks (PS) yang mencapai 14,3 persen,” jelas Dedi, Kamis (3/1/2025).

Menurut Dedi, perilaku seks tidak aman menjadi penyebab utama penyebaran HIV-AIDS di Majalengka. Perilaku bergonta-ganti pasangan tanpa menggunakan pengaman seperti kondom serta kebiasaan suami yang melakukan hubungan seksual sembarangan menjadi pemicu utama.

“Banyak suami yang jajan di luar, kemudian menularkan HIV/AIDS kepada istri mereka di rumah. Ini yang menjadi salah satu tantangan terbesar dalam menekan angka penyebaran virus ini,” kata Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa perilaku laki-laki seks laki-laki (LSL) juga menjadi penyebab terbesar penyebaran HIV/AIDS di wilayah tersebut. Perilaku ini, menurutnya, berisiko tinggi dalam penularan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh tersebut.

“Kami cukup terkejut melihat data ini. Perilaku LSL ternyata menjadi penyebab tertinggi kasus HIV/AIDS di Majalengka. Ini menunjukkan bahwa perilaku seks yang tidak aman masih menjadi masalah serius di masyarakat,” ujarnya.

Dedi menegaskan, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Majalengka tidak bisa hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) saja. Menurutnya, seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) harus terlibat aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS.

“Kita butuh langkah bersama untuk menanggulangi penyebaran HIV/AIDS. Edukasi dan sosialisasi harus dilakukan secara masif, baik di sekolah, komunitas, maupun masyarakat umum. Seluruh elemen masyarakat harus dilibatkan,” tegasnya.

Selain itu, Dedi juga mengingatkan pentingnya penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom dalam aktivitas seksual. Menurutnya, kondom dapat menjadi salah satu langkah preventif dalam mencegah penularan HIV/AIDS.

“Perilaku seks yang tidak aman harus diubah. Menggunakan kondom adalah langkah sederhana yang bisa mencegah penularan virus ini. Selain itu, kita juga harus mengedukasi masyarakat untuk tidak bergonta-ganti pasangan,” jelasnya.

Sementara itu, PKBI Kabupaten Majalengka memprediksi bahwa temuan kasus baru HIV/AIDS di wilayah tersebut akan terus bertambah. Data 211 kasus baru yang ditemukan sepanjang Januari hingga November 2024 belum termasuk temuan pada Desember 2024.

“Kami melihat tren peningkatan kasus ini masih akan terus berlanjut. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang cepat menjadi kunci utama dalam menekan penyebaran HIV/AIDS di Majalengka,” ujar Ketua PKBI Majalengka, Beben

Menurut dia, untuk memperkuat layanan kesehatan bagi masyarakat yang terinfeksi HIV/AIDS. Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah meningkatkan program deteksi dini melalui pemeriksaan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit.

“Kami mendorong masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Deteksi dini sangat penting agar penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif,” kata Dedi.

Selain itu, ia juga meminta masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif kepada penderita HIV/AIDS. Menurutnya, stigma dan diskriminasi justru akan membuat penderita semakin terisolasi dan enggan untuk memeriksakan diri.

“Kita harus menghilangkan stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS. Mereka butuh dukungan dan perhatian, bukan justru dijauhi atau dikucilkan,” tegasnya.

Pihaknya juga berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya HIV/AIDS. Dedi menekankan bahwa edukasi tentang perilaku seks yang aman dan bahaya penggunaan narkoba suntik harus digencarkan.

“Pemakaian narkoba dengan jarum suntik juga menjadi salah satu penyebab penularan HIV/AIDS. Oleh karena itu, program rehabilitasi bagi pengguna narkoba juga harus diperkuat,” ujarnya.

Beben berharap, seluruh elemen masyarakat di Majalengka dapat bersinergi dalam menekan angka penyebaran HIV/AIDS. Ia juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap isu ini.

“Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama. Kita harus melindungi generasi penerus dari bahaya HIV/AIDS. Dibutuhkan kepedulian dan kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan Majalengka yang sehat dan bebas dari HIV/AIDS,” tutupnya. (Jep)

Related Articles

Back to top button