Opini

Menyikapi Keinginan Remaja bagi Para Orang Tua

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon

Menghadapi Tahun Baru 2025, terlebih pada acara pergantian tahunnya, kita sebagai orang tua selalu dihinggapi perasaan negatif terhadap anaknya yang beranjak remaja. Jangan-jangan akan terjadi sesuatu terhadap anaknya. Apalagi perayaan pergantian Tahun Baru dilakukan malam hari yang kadang orang tua tidak tahu jenis dan tempat acaranya.Tidak sedikit insiden terjadi di acara tersebut. Entah itu kriminal, pelecehan seksual atau perilaku menyimpang lainnya. Oleh karena itu, jauh – jauh sebelumnya orang tua harus memberikan pengertian kepada anak harus seperti apa dan bagaimana menyikapi acara Tahun Baru. Ironisnya belum sempat kita melakukan upaya tersebut, anak sudah kadung menuntut orang tua agar memenuhi keinginannya. Kita tidak tahu harus bertindak seperti apa dalam posisi terpojok seperti ini.
Kita paham betul bahwa ketika keinginan anak untuk merayakan Tahun Baru jika tidak dipenuhi pasti dia kecewa dan frustrasi. Efeknya anak bisa memberikan perlawanan dan menunjukkan reaksi yang kurang menyenangkan kepada orang tua. Anak yang sedang berada dalam tahap perkembangan berusaha mencari identitas dan merasakan memiliki otonomi lebih besar.Mereka menilai bahwa orang tua tidak memahami kebutuhan keinginan anaknya. Ini bisa memicu kemarahan, mengeluh,dan menyalahkan orang tua yang dianggap tidak mendukung.
Mengapa anak berani melawan orang tua padahal sebelumnya berperilaku baik. Ini bisa jadi karena sering dipengaruhi oleh temannya. Jika anak tidak sepadan keinginannya dengan teman maka akan ditinggalkan atau tidak diterima dalam kelompok sosialnya.
Anak memang dalan proses berusaha untuk mencapai kemandirian dan kontrol atas hidupnya sendiri. Ketika keinginanya tidak dipenuhi, anak mungkin merasa hak mereka untuk membuat keputusan tidak dihormati. Ini adalah fase perkembangan yang normal, tetapi bisa menyebabkan konflik dengan orang tua yang ingin tetap mengawasi dan mengontrol kehidupan anak-anak mereka. Melakukan tindakan berlawanan, seperti pergi tanpa izin, mengambil keputusan secara diam-diam tanpa melibatkan orang tua, menggunakan kata-kata atau perilaku yang lebih kasar untuk menunjukkan ketidaksenangan mereka.
Anak memiliki perasaan yang kuat tentang keadilan karena orang tua tidak memberikan izin atau memperlakukan berbeda dengan saudara kandung atau teman-teman, itu sebabnya anak bisa tersinggung, marah, berkata kasar dan mengkritik keputusan orang tua. Anak seringkali terpengaruh standar sosial yang ada, terutama yang berhubungan dengan penampilan atau cara merayakan momen-momen tertentu (Tahun Baru). Ketika orang tua tidak mengabulkan, anak berusaha membuktikan bahwa dirinya bisa membuat keputusan sendiri.
Anak kini sering kali terpapar berbagai bentuk pengaruh media sosial. Mereka mungkin melihat teman-teman atau selebriti yang merayakan momen Tahun Baru. Jika tidak diizinkan, anak menggunakan media sosial menyuarakan ketidakpuasannya. Membandingkan orang tua dengan orang tua teman-teman yang lebih permisif dan mem-posting status atau foto yang memperlihatkan anak tidak mengikuti aturan orang tua.
Oleh karena itu, sikap orang tua mengatasi perlawanan dari anak di antaranya berusaha tetap tenang mendengarkan alasan anak, dan menjelaskan keputusan anak dengan bijak, melalukan pendekatan empati dan komunikasi terbuka. Orang tua bisa juga berdiskusi dengan anak untuk mencari solusi bersama. Memberikan pemahaman alasan tentang keputusan, menghormati perasaan dan keinginan anak. Upaya ini dapat membantu anak merasa dihargai, bahkan memperkecil terjadinya konflik yang lebih besar.
Menghadapi perlawanan dari anak dan mencegah perasaan kebencian anak terhadap orang tua adalah tantangan tersendiri. Namun perlu disadari bahwa ini merupakan proses pendekatan sangat tepat agar remaja tidak terlalu membenci orang tuanya.
Berikut adalah beberapa solusi yang bisa diterapkan. Pertama, ajak anak berdiskusi dan dengarkan pendapatnya sehingga merasa dihargai. Kedua, tunjukkan sikap kita peduli terhadap perasaan anak, bukan hal yang sepele atau remeh pasti anak merasa dihargai. Jelaskan penolakan keinginan anak dengan masuk akal dengan seksama. Jika menolak tanpa alasan yang jelas, anak pasti tidak paham, akhirnya balik membenci. Misalnya orang tua tidak mengizinkan anak pergi karena khawatir tentang keselamatan dan terlibat minum-minum alkohol. Orang tua hanya ingin anaknya tetap aman.Ketiga, memberi kegiatan alternative, misalnya merayakan Tahun Baru di luar rumah dengan teman-temannya atas pantauan langsung orang tua. Keempat, merayakan Tahun Baru bersama keluarga dan keluarga teman anak.
Perlu diperhatikan oleh orang tua bahwa kasih sayang yang konsisten sangat penting untuk mempererat hubungan dengan anak.Terkadang, anak merasa diberi peraturan yang ketat karena orang tua tidak peduli. Sejatinya orang tua hanya ingin melindungi anak, menunjukkan kasih sayang dan perhatian dengan cara yang tepat bisa mencegah perasaan negatif berkembang. Orang tua harus meluangkan waktu untuk berbicara secara pribadi dengan anak dan diberi kesempatan untuk berbagi perasaan. Tanyakan apa yang anak harapkan dari orang tua dan beri anak dukungan emosional agar anak merasa diperhatikan.
Menetapkan aturan atau batasan yang jelas sangat penting untuk menjaga kedisiplinan dan keselamatan.Namun batasan ini juga harus disesuaikan dengan usia dan kebutuhan anak, ketika orang tua terlalu kaku atau tidak memberikan ruang untuk kebebasan, anak bisa merasa terpenjara yang akhirnya meningkatkan rasa frustrasi dan bisa berujung pada kebencian. Batasan yang fleksibel, yang masih dalam koridor yang aman, bisa membantu anak merasa lebih dihargai dan dipercaya. Anak perlu merasa bahwa dirinya memiliki kontrol atas hidupnya. Salah satu cara untuk membangun hubungan yang lebih baik adalah dengan memberikan tanggung jawab dan penghargaan saat mereka menunjukkan kedewasaan dan kemandirian. Ini bisa mengurangi rasa tertekan dan membangun rasa percaya diri, yang membuat anak lebih menghargai keputusan orang tua.
Jika memungkinkan, ajaklah anak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama. Dengan cara ini, anak merasa dilibatkan dan bukan hanya diberi perintah. Ini membantu menciptakan hubungan yang lebih baik dan meminimalkan perasaan ketidakadilan.Hindari reaksi yang berlebihan. Orang tua perlu mengelola emosi mereka saat menghadapi perlawanan dari remaja. Jangan membalas kemarahan atau perilaku negatif dengan kemarahan yang lebih besar, karena ini bisa memperburuk situasi dan menciptakan jurang pemisah dalam hubungan. Tetap tenang dan berpikir rasional. Dengan menerapkan solusi-solusi ini, orang tua bisa lebih mudah menjaga hubungan positif dengan anak, mengurangi kemungkinan terjadinya kebencian, dan menciptakan lingkungan keluarga yang lebih harmonis dan saling mendukung.***

Related Articles

Related Articles

Back to top button