Ayumajakuning

Perayaan Natal di Gereja Bethesda Majalengka Nyunda, Hargai Perbedaan Beragama

kacenews.id-MAJALENGKA-Di Kabupaten Majalengka ada sejumlah desa yang masyarakatnya menganut agama Katolik dan Kristen cukup banyak hampir menyamai penganut Agama Islam, karena dulu di Jaman Belanda di sana ada tokoh kharismatik yang menjadi dokter juga penyebar Injil.

Dia dokter berkebangsaan Belanda, J Verhoeven dan istrinya Margaretha Danen yang juga mendirikan Rumah Sakit Cideres yang kini Rumah Sakitnya menjadi Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Majalengka.

Desa–desa tersebut jaraknya sangat berdekatan, masing – masing Desa Gandasari, Cipaku, Gandu, Cideres dan sebagian Desa Genteng, Kecamatan Kasokandel dan Dawuan.

Di sana berdiri dua gereja, Bethesda dan Gereja Kristen Pasundan (GKP) yang dulu disebut Zending di Desa Cipaku namun orang selalu menyebut Cideres. Gereja didirikan seorang dokter berkebangsaan Belanda J Verhoeven di Tahun 1885.

Dia tinggal bersama istri dan sejumlah karyawannya hingga di tahun 1900 mendirikan sebuah desa dan gereja tersebut menjadi gereja tertua di Kabupaten Majalengka.

Tidak jauh dari Gereja Kriten Pasundan tepatnya diperbatasan Desa Gandasari dan Gandu berdiri sebuah Gereja Bethesda yang jemaatnya berasal dari warga sekitar.

Suasana Natal di Gereja Bethesda sangat nyunda dan bahkan saat perayaan Natal aksesoris yang dipergunakan lebih natural dan bernuansa kedaerahan. Ada pare geugeusan, dekorasi dari dedaunan, pohon natal juga dibuat sangat sederhana namun estetis, dan ketika jemaat beribadah semua sangat khidmat.

Di desa – desa tersebut masyarakat semua agama berbaur hingga sulit membedakan mana penganut agama kristen dan mana muslim selain yang membedakan sebagian berhijab atau dari cara mereka beribadah.

“Di sini benar – benar berbaur, kami semua saling menghormati dan menghargai ibadah masing – masing,” ungkap salah seorang warga Rina Suprihati yang juga Kepala Sekolah di SD Negeri 2 Gandasari.

Murid di sekolah yang dipimpin Rina ini penganut agama Islam dan Kristen jumlahnya hampir sama, karena masyarakatnya berada di lingkungan agama Kristen juga Islam.

Rina sendiri menjadi Dewan Gereja di Gereja Kristen Pasundan, orang yang sangat taat pada agamanya. Namun di sekolahnya dia bersama suaminya mendirikan Mushola yang cukup representatif dan nyaman.

Semua murid yang beragama Islam setiap hari disarankan untuk solat duhur di sekolah dan pada hari Jumat mereka mengaji di mushola yang didirikannya.

“Hidup kami selalu rukun walaupun berbeda agama, setiap natal kami saling berkunjung, demikian sebaliknya saat lebaran Idul Fitri kami juga saling mengunjungi untuk menyampaikan ucapan selamat, dan menikmati opor di rumah yang merayakan lebaran,”
ungkapnya,

Di Gereja Bethesda yang dipimpin Pendeta Yayan Heryanto sering kali melakukan diskusi dan pertemuan lintas iman sambil minum kopi dengan menghadirkan narasumber yang berbeda, baik dari Kemetrian Agama ataupun intelektual lain yang peduli dengan keberagaman.

Untuk mempersatukan umat, pada hari besar peringatan HUT Kemerdekaan atau hari besar lainnya menyelenggarakan aneka hiburan rakyat sehingga semua masyarakat menyatu tanpa batas keyakinan agama.

“Semua harus hidup rukun berdampingan, kenyamanan, ketentraman hidup dan kemajuan ekonomi karena semua bersatu hidup rukun,” ungkap Yayan yang juga budayawan dan biasa mendekorasi sendiri pernak pernik natal di gerejanya.

Di Desa Gandu, Gandasari dan Cipaku ini pernedaan agama juga terjadi diantara keluarganya dalam satu rumah. Di keluarga Rina dan Sabungan Simatupang misalnya, salah seorang kakanya beragama Islam. Salah seorang keponakannya juga demikian. Namun diantara mereka saling menghargai, malah disaat bulan Ramadhan diantara mereka menyiapkan untuk berbuka puasa.

Di Kabupaten Majalengka sendiri kini terdapat 14 Gereja yang dipergunakan untuk Misa Natal, di Kota Majalengka ada dua, di Kadipaten ada 4 Gereja, di Dawuan 2 gereja sisanya di Kecamatan Jatiwangi.

Di Majalengka bahkan ada sebuah sekolah Kristen yang jenjangnya hingga Perguruan Tinggi yaitu Seapin. Mahasiswanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain terdapat agama Kristen, Islam di Kabupaten Majalengka juga terdapat tiga Kelenteng dan Wihara, yakni di Majalengka, Kadipaten dan Jatiwangi. Di Majalengka Kelenteng lokasinya berhadapan dengan Gereja, di Jatiwangi hampir berdampingan, juga di Kadipaten berdekatan dengan masjid dan Gereja.

Hanya saja umat Konghucu atau Budha terus berkurang karena sebagian berpindah agama menjadi Kristen, ada juga yang pindak beragama Islam, sehingga yang beribadah di Kelenteng kebanyakan berasal dari luar kota.

Di keluarga Edi Subarhi saja ada yang beraga Islam, Kristen juga Budha. Edhi bahkan membebaskan keluarganya untuk menganut agama asal diyakini betul dan pengamalan yang baik.

Itu adalah salah satu bukti bahwa di Kabupaten Majalengka masyaraatnya cukup menerima perbedaan keyakinan.(Ta)

Related Articles

Back to top button