Disparbud Kabupaten Majalengka Terima Pengembalin Artefak dari Balai Arkeolog Bandung
kacenews.id-MAJALENGKA-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka menerima pengembalian benda yang diperkirakan sebuah artefak dari Balai Arkeolog, Bandung, yang sebelumnya dibawa Balar untuk diteliti.
Benda yang diperkirakan sebuah artefak tersebut ditemukan beberapa tahun lalu dari kawasan bukit Gunung Ageung, Desa Cipasung, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka.
Artefak kini disimpan di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Majalengka untuk dilakukan penelitian lebih akurat dan mendalam.
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Majalengka Endra A Gofur menjelaskan, artepak terdiri dari tiga sudut, dengan tinggi sekitar 36 cm, sisi terlebar 12 cm dan paling tebal 9,5 cm.
Jika melihat ciri-ciri yang melekat pada batu yang diduga artefak ini, diduga berasal dari masa lampau, sekitar akhir pra sejarah. Pada tubuh batu, terdapat motif berbentuk manusia dan burung. Motif itu dibuat dengan cara seperti dipahat.
Dijelaskan Endra, pada sisi pertama terdapat goresan motif hias berbentuk muka manusia secara sederhana. Motif hias tersebut dikelilingi hiasan motif geometris dengan garis yang saling berhubungan seperti tumpal dan suluran.
Pada ujung motif suluran diakhiri oleh bagian yang seolah-olah memperlihatkan bagian tangan/kaki. Sisi menhir berikutnya terdapat goresan dengan motif burung dalam posisi berdiri dan pada sisi terakhir berupa goresan motif hias muka manusia secara sederhana yang dikelilingi motif geometris membentuk hiasan tumpal (Yondri 2000, 124-125)
“Nah ini komparasi motif hias yang ada di Menhir. Kan ada tiga sisi , yang pertama gambar wajah manusia, terus ini kayak sulur-suluran (atau) akar-akaran tapi seolah-olah membentuk tangan sama kaki, kemungkinan manusia. Di sisi kedua, terdapat gambar burung, ada sayap ada kaki. Yang ketiga ada gambar muka, seperti gambar matahari,” papar Endra.
Dari sisi motif yang ada pada batu, berdasarkan literasi, artefak itu dimungkinkan peninggalan masa proto-sejarah. Namun, untuk memastikan hal itu, masih butuh penelitian lebih lanjut.
“Kalau dari katagori tinggalan, itu di proto-sejarah. Artinya proto-sejarah itu di sisi lain masih prasejarah, tapi di tempat lain sudah mengenal tulisan. Di proto itu, masa transisi. Kalau untuk ini diduga di proto-sejarah,” papar Endra yang mengaku sangat berterima kepada Lutfi Yondri dari Balar yang sudah membantu proses pengembalian artefak, sehingga dapat dibawa kembali ke Majalengka.
Menurut keterangan Kepala Bidang Kebudayaan di Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Majalengka Oka Taswara, artefak tersebut alanya ditemukan sekitar Tahun 1990 di kawasan lahan yang dikelola oleh Perum Perhutani, di Desa Cipasung, Kecamatan lemahsugih, Kabupaten Majalengka.
Di tahun 1997 dibawa oleh Balai Arkeolog (Balar) Bandung untuk diteliti, namun ternyata penelitian hanya dilakukan secara umum, sehingga benda tersebut harus diteluti kembali lebih mendalam.
“Dari hasil komunikasi dengan pihak Balar, perlu ada penelitian lebih lanjut. Penelitian itu di antaranya untuk mengetahui lebih detail terkait artefak itu, misalnya batu tersebut kapan adanya, jenisnya apa, apakah ada kaitannya dengan sejarah di Majalengka, hal seperti itu belum dibuka. karena menurut penelitinya juga harus ada penelitian lanjutan,” ungkap Oka.
Menyangkut keberadaan dan penemuan artefak tersebut menurut Oka, kini pihaknya telah melakukan komunikasi dan mengirimkan surat kepada Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 9 Jawa Barat, untuk dilakukan penelitian lanjutan.
“Ini karena pihak Balar sendiri rekomendasi untuk menyampaikan hal tersebut ke BPK, alasannya peralatan untuk melakukan penelitian di BPK lebih lengkap,” ungkap Oka.(Tat)