Apa Untungnya Debat Pilkada bagi Masyarakat Kecil?
Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon
Sebagian masyarakat senang mengikuti perjalanan pemilihan kepala daerah yang disiarkan televisi secara langsung . Masyarakat merasakan manfaat dari acara debat tersebut karena bisa menambah wawasan dan pengetahuan baru yang bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan calon kepala daerah. Misalnya, mengetahui apa visi dan misi para calon kepala daerah yang bisa mengubah daerah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Selain itu juga yang tak kalah menariknya adalah ekspresi wajah dari calon kepala daerah saat menyampaikan materi.Ada yang wajahnya biasa saja, ada yang tegang dan ada yang over acting, merasa paling tahu banyak hal.
Sayangnya acara debat sering dinodai oleh hal yang tidak perlu, di antaranya menyela visi misi calon lain. Tentu mengakibatkan suasana menjadi riuh, bahkan panas. Calon kepala daerah yang tersinggung pasti akal menyerang balik.
Selanjutnya ada sebagian lagi masyarakat yang tidak suka dengan acara debat, mereka adalah mayoritas masyarakat yang tidak punya waktu senggang.Mereka dalam kesahariannya terlalu sibuk dengan urusan perut, jadi tidak memandang perlu acara debat.Urusan memilih urusan nanti di dalam TPS.Mereka bisa menilai mana calon kepala daerah yang baik dan mana yang tidak dengan versi mereka.Bahkan rakyat yang menyukai acara debat sekalipun belum tentu mendapatkan esensi debat kecuali orasi – orasi basi seperti sering disampaikan calon kepala daerah sebelumnya.Seperti biasa orasinya, klise. Jika saya menjadi kepala daerah, saya akan mensejahterakan kehidupan rakyat dan membuat daerah ini menjadi maju dari sebelumnya.Memang ada juga sih calon kepala daerah yang memberi sedikit uang untuk beli es dan semangkok bakso.Serendah itulah derajat rakyat di mata calon kepala daerah.
Debat yang selama ini dilaksakan oleh para calon kepala daerah sebenarnya secara subtansi masih keliru.Mestinya para calon kepala daerah itu debatnya dengan perwakilan rakyat dari berbagai kalangan, bukan dengan sesama calon kepala daerah. Calon kepala daerah menyampaikan visi misi atau programnya kepada masyarakat untuk kemudian didebat oleh masyarakat. Maka sekuat tenaga calon kepala daerah harus mempertahankannya dengan alasan yang kuat serta didukung dengan data yang akurat.Jadi ada moment kontrak politik dan kontrak sosial untuk mengikatnya. Dalam debat selama ini justru rakyat dijadikan komoditas politik untuk mengeruk suara.Tanpa disadari rakyat sudah dijadikan kelinci percobaan, padahal rakyatlah yang akan mencoblos.
Sebagai renungan kita lihat definisi debat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), yakni pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai satu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahakan pendapat masing masing.Sementara tujuan dari debat itu adalah di antaranya membangun sebuah kasus yang disertai dengan argumen sebagai pendukung, memahami kasus yang terjadi di dalam masyarakat, melatih menemukan argumentasi berdasarkan data yang kuat dan akurat.Mempengaruhi sikap pendapat orang lain agar mereka sepakat dan setuju dengan argumen yang diusulkan sebagai cara untuk menampilkan dan meningkatkan serta menggambarkan komunikasi vebal. Berusaha meyakinkan orang lain bahwa argumentasi yang dimiliki merupakan argumentasi yang paling tepat untuk disepakai dan disetuju.
Ketika kesalahan konsep debat sudah terlalu jauh seperti ini, rakyat yang seharusnya punya peranan penting dalam acara debat malah sebatas jadi penonton.Seterusnya acara debat Pilkada ini hanya dijadikan ajang saling serang ide dan gagasan di antara para calon kepala daerah. Untungnya masih ada moderator untuk menengahi dan meluruskan ketika materi debat ditenggarai akan melenceng dari tema. Kita bisa bayangkan jika tidak ada moderator yang tegas pasti acara debat Pilkada bisa menjadi adu jotos.***