Situ Anggararahan dan Situ Rancabeureum Kabupaten Majalengka Kering Kerontang
kacenews.id-MAJALENGKA-Curah hujan yang belum ada serta situ Anggararahan dan Situ Rancabeureum yang menjadi andalan petani di Desa Pilangsari, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka masih kering kerontang, membuat para petani setempat belum bisa memulai garap lahan sawah.
Para petanipun khawatir lambatnya musim tanam kali ini mengulang kegagalan musim rendeng kemarin. Akibat terlambat tanam karena tidak ada hujan petanipun gagal panen. Ada seluas 332 hektare yang mengalami gagal panen akibat kekeringan serta serangan tikus.
Situ Anggararahan dan Situ Rancabeureum yang ada di wilayah Desa Pilangsari kini semua masih kering, tahun lalu kedua situ tersebut juga lebih cepat kering akibat kemarau yang lebih cepat dibanding sebelumnya.
Padahal air yang ada dikedua situ tersebut menjadi andalan bagi para petani untuk mengairi semua areal sawah yang ada di wilayahnya disamping air hujan disaat musim rendeng.
“Di wilayah kami sekarang belum ada yang bisa garap lahan, semua sawah masih kering. Garap kering juga belum bisa karena belum ada hujan, sawah belum basah,” ungkap Wawan salah seorang petani.
Situ Rancabeureum yang ada di sebelah barat pemukiman warga Desa Pilangsari serta Situ Anggararahan baru berair disaat curah hujan mulai banyak.
Sekretaris Desa Pilangsari Surasmin mengatakan, musim tanam di wilayahnya diperkirakan baru akan dimulai pertengahan bulan depan tepatnya setelah curah hujan mulai ada. Karena tidak ada sumber air selain mengandalkan air hujan dan air situ.
Dua situ yang ada tidak bisa menyimpan air terlalu lama, sehingga begitu kemarau air situpun kering.
“Tahun ini semua petani di desa kami gagal panen, diperkirakan luasnya mencapai 332 hektare yang mengalami gagal panen akibat kekeringan dan hama tikus,” ungkap Surasmin yang berharap curah hujan bisa segera turun agar petani bisa dua kali tanam untuk menebus kegagalan tanam tahun 2024.
Guar bumi
Meski belum ada curah hujan, para petani di Desa Pilangsari sudah melakukan guar bumi pertanda segera dimulainya musim tanam, Rabu (30/10/2024).
Menurut keterangan tokoh masyarakat adat Desa Pilangsari Ata Rasmita, upacara guar bumi digelar untuk mempertahankan tradisi leluhur, disamping itu guar bumi dilaksanakan untuk memohon doa pada Yang Maha Kuasa agar masyarakat dan para petani dijauhkan dari musibah dan marabahaya.
“Guar bumi adalah upaya spiritual para petani untuk memohon agar terhindar dari musibah saat menjalankan usaha tani, terhindar dari hama, terhindar dari kekeringan. Namun dari pertanian bisa mendapat untung dan berkah untuk semua,” ungkap Ata.
Sementara itu acara guar bumi dilakukan diareal sawah yang kering, acara ditandai dengan mencangkul tanah kemudian disiram air kembang. Setelah itu memukil kentongan sebagai tanda ajakan bagi para petani untuk memulai menggarap sawah.
Sedangkan sejumlah petan lain mulai ibu – ibu hingga bapa – bapa berebut nasi kuning yang akatanya untuk ngalap (mengambil) berkah dari nasi tersebut. Karena nasi nantinya akan dicampurkan dengan bibit padi yang akan ditebar agar nanti bisa memperoleh hasil yang melimpah.
“Kalau pemukulan kentongan itu jaman dulu katanya sebaai pemberitahuan kepada petani bahwa musim tanam sudah bisa dimulai. Itu sebagai ajakan untuk segera bercocok tanam, karena jaman dulu tidak ada HP, tidak ada surat menyurat, tidak ada pengeras suara, sehingga tanadanya dngan memukul kentongan di Balai Desa,” ungkap Ata.(Tat)