Finansial

Wacana Hutang Nelayan Bakal Dihapus Negara, Carnita Menyesal Tak Punya Tunggakan di Bank

kacenews.id-CIREBON-Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu, H Sutatang mengaku telah mendengar rencana pemerintah menghapus nelayan untuk petani dan nelayan. Karena itu, KTNA Indramayu melalui KTNA di tiap kecamatan, baik di pemukiman petani maupun nelayan, akan melakukan inventarisasi.

“Kami sudah minta KTNA wilayah petani maupun nelayan untuk mengiventarisasi data petani dan nelayan mana saja yang punya tunggakan di BRI. Rata-rata mereka ambil kredit di BRI melalui KUR,” tutur Sutatang.
KTNA juga akan berkoordinasi dengan BRI untuk meminta data petani dan nelayan yang memiliki tunggakan atau cicilan di KUR.

“Kita juga akan koordinasi dengan BRI. Sekarang lagi menghimpun data dari bawah melalui KTNA perwakilan petani dan nelayan di tiap kecamatan,” tutur Sutatang.

Data persisnya belum terhimpun. Namun dari penuturan para pengurus KTNA di kecamatan, sempat ada informasi kalau banyak petani maupun nelayan, terutama yang kecil-kecil, sempat terbebani oleh cicilan di bank.
“Biasanya, khususnya untuk nelayan, mereka hutang tidak dari satu sumber. Ke BRI iya lewat KUR, tetapi juga ke bakul, termasuk ada juga yang ke rentenir,” tutur Sutatang.

Paling merepotkan ialah tunggakan ke rentenir yang bunganya tinggi. Berbeda dengan KUR maupun bakul yang lebih menjalin kemitraan. “Kalau bakul syaratnya gampang, yang penting ikan dijual ke mereka. Sifatnya banyak yang kekeluargaan. Yang repot itu kalau rentenir,” tutur Sutatang.

Selain menghimpun data, KTNA Indramayu juga akan memperjelas soal rencana pemerintah memutihkan hutang petani dan nelayan. “Kita belum jelas banget. Ini yang diputihkan hutang yang cicilannya nunggak, atau termasuk juga yang cicilannya lancar,” tutur Sutatang.

Selain itu, KTNA juga akan mempertanyakan kebijakan pemutihan utang itu hanya sebatas nelayan kecil, atau juga nelayan secara umum, termasuk nelayan kategori juragan yang hutangnya bisa mencapai miliaran rupiah.
“Kita juga akan konfirmasi, siapa saja yang berhak diputihkan. Soalnya ada juga nelayan besar yang aset dan jumlah hutangnya bisa puluhan miliar,” tutur Sutatang.

Carnita (57 tahun) dan umumnya nelayan tradisional di alur Sungai Prawiro Kepolo Desa Singaraja Kecamatan Indramayu, belum tahu soal kabar baik berupa pemutihan hutang.
Pemutihan tunggakan hutang rencananya akan dilakukan Presiden Prabowo Subianto yang baru dilantik Minggu 20 Oktober 2024 lalu. Bahkan saat ditanya, ia mengaku kebingungan. Sebab, selama ini, sama sekali belum diberitahu soal rencana pemerintah menghapus hutang bagi nelayan dan juga petani kecil.
“Iya tah,” tutur Carnita balik bertanya.

Carnita tentu menyambut gembira bila benar pemerintah menghapus tunggakan hutang bagi para nelayan kecil dan petani. Hanya saja, petani berperahu tradisional jenis sope itu mengaku selama ini selalu tertib membayar angsuran hutang untuk modal, baik ke BRI maupun ke para tengkulak atau bos ikan.
“Wah nggak pengaruh ke saya. Kebetulan selama ini saya bayar lancar. Tapi untuk lainnya saya tidak terlalu tahu,” tutur Carnita.

Ia sendiri mengungkapkan sudah tidak lagi punya hutang. Cicilan hutang atas nama dirinya ke BRI melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sudah lunas tahun 2023 lalu.
“Kalau tahu mau dihapuskan, kemarin saya mestinya hutang dulu ya…ha ha ha,” ungkap Carnita dengan bergurau.
Sekarang jika ingin berlayar, Carnita dan rata-rata nelayan di Prawiro Kepolo memilih berhutang ke bakul atau tengkulak.

Itupun sebatas modal untuk menangkap ikan antara 2 sampai 3 hari. Hutang ke bakul relatif lebih mudah. Itupun biasanya bukan berupa uang, tapi perbekalan.
“Uang hanya sekedarnya. Biasanya malah untuk diberikan ke istri untuk biaya makan sehari-hari selama kami melaut,” tuturnya.
Hitung-hitungan hutang ke bakul juga relatif lebih gampang. Syaratnya juga sangat mudah karena hanya bermodal saling percaya.
“Syaratnya ikan hasil tangkapan dijualnya ke bakul. Nanti tinggal hitung-hitungan dengan hutang. Kalau ada sisa kita ambil. Sejauh ini, meski relatif, selalu ada lebihan untuk dibawa pulang, ditambah bawa ikan untuk lauk di rumah,” tutur Carnita.

Rata-rata nelayan di Prawiro Kepolo meminjam modal untuk melaut ke bakul. Meskipun ada yang ke bank seperti BRI, sebagian besar melalui jasa KUR, biasanya saat menjelang anak sekolah untuk biaya sekolah.
“Dibayarnya dari hasil menangkap ikan. Kita tidak tahu persis, tapi mungkin ada yang kesulitan bayar. Jika benar mau dihapuskan itu bagus banget karena pasti akan membantu para nelayan,” tutur Carnita.(CR)

Back to top button