Finansial

Hujan Mulai Turun di Majalengka, Musim Garap Lahan Petani Geser ke November 2024

kacenews.id-MAJALENGKA-Curah hujan di wilayah Majalengka sudah mulai turun namun belum merata disemua wilayah, dan curah hujanpun masih sangat rendah belum bisa membasahi lahan sawah, sehingga petani belum bisa memulai garap lahan.

Bahkan di wilayah Kecamatan Jatitujuh dan Ligung belum ada hujan sehingga diprediksi musim garap lahan baru akan dilakukan pada awal atau pertengahan November, itupun tidak akan mengandalkan curah hujan melainkan pengairan dari hawangan pamengkang (saluran irigasi) yang berasal dari Bendung Kamun yang ditarik menggunakan pompa atau sistim pompanisasi.

Ini dilakukan karena air irigasi tak mampu megalir hingga ke sawah yang jaraknya lebih dari 100 meteran karena debitnya kecil, selain itu permukaan sawah ada yang lebih tinggi dibanding permukaan air irigasi.

Koordinator PPL Jatiyujuh Wahyudin, Kepala Desa Panyingkiran Ana Lesmana serta petani Safawi dan Iwan menyebutkan, di wilayahnya hingga saat ini belum ada hujan seperti di daerah lain. Sehingga musim garap lahan diperkirakan baru akan dilakukan pada bulan November.

“Kadieu mah can aya hujan heh, nyao teuing iraha garap na ge,” ungkap Safawi.

Dia mengatakan, jika lambat tanam maka kejadian tahun lalu bisa terulang, petani hanya bisa melakukan satu kali tanam, padahal biasanya petani bisa dua kali tanam.

Kepala Desa Panyingkiran Ana mengatakan, akan mengupayakan sistim pompanisasi untuk sebagian wilayah yang sawahnya berdekatan dengan saluran irigasi Bendung Kamun, luasnya hanya sekitar 50 hektaran, sisanya lebih dari 100 ha menunggu curah hujan.

Yang jadi persoalan, sistim pompanisasi butuh bahan bakar, sementara untuk memperoleh bahan bakar Pertalite bagi petani cukup sulit. Satu satunya cara membeli BBM menggunakan sepeda motor, setelah itu diambil dari tangki sepeda motor untuk dipindah ke jerigen dan dipergunakan bahan bakar pompa air.

“Jika cuaca seperti ini terus modal yang dikeluarkan akan sangat besar, karena petani yang tidak memiliki pompa harus menyewa seharga Rp 120.000 per hari, BBM sebanyak 4 liter, belum sewa traktor Rp 1.700.000 per bau, itu diluar pupuk, obat dan yang lainnya,” ungkao Ana.

Koordinator PPL Jatitujuh Wahyudin pihaknya akan berupaya melakukan percepatan tanam walaupun belum ada curah hujan, hal ini untuk melakukan percepatan tanam agar petani bisa dua kali tanam.

“Kan ada dua tiori tebar basah dan tebar kering, pada pertengahan Noveber diupayakan akan dilakukan tebar kering walaupun curah hujan masih minim agar ketika curah hujan mulai datang, petani bisa memulai tanam. jadi kemungkinan tebar kering dan garap kering,” kata Wahyudin.

Menurutnya ada sejumlah wiayahn yang diupayakan tebar kering yang berdekatan dengan sumber air, seperti Desa Panongan, Pasindangan, randegan Kulon dan Randegan Wetan, Jatitujuh, Jatitengah, Putridalem, Pangkalanpari Sumber Wetan dan Kulon serta sebagian Panyingkiran.

“Karena belum pernah ada hujan, petani di Kecamatan Jatitujuh juga belum ada yang melaksanakan guar bumi. Kami harap hujan bisa datang sebelum pertengahan November, jangan sampai seperti tahun 2023 lalu, musim tanam baru dimulai januari,” katanya.

Kondisi yang sama juga terjadi di Kecamatan Ligung, Palasah dan Sumberjaya yang lahannya masih kering karena belum ada hujan.

Di wilayah lainnya seperti Kertajati, Jatiwangi ada sebagian kecil yang telah memulai garap kering, itupun baru disingkal setelah satu kali turun hujan pada pekan kemarin. Petani belum bisa memulai tebar benih khawatir cirah hujan kembali berhenti.

Koordinator PPL Kecamatan Kertajati Ali Imron, mengatakan diwilayahnya da sebagian yang sudah mulai garap kering karena pernah turun hujan seperti di Desa Babakan, Pasiripis dan Sukakerta. Sedangkan desa lainnya masih menunggu hujan turun.

“Untuk tiga desa ini kalaua da hujan lagi pertengahan minggu ini diharapkan sudah bisa semai. Saat nanti hujan turun lahan yang telah disingkal sudah bisa diratakan. mudah – mudahan hujan bisa turun,” kata Ali.

Para petani dan Koordinator PPL berharap, curah hujan bisa segera turun agar petani bisa melakukan tanam, setidaknya dua kali tanam agar ribuah hektare sawah di wilayah penghasil padi di Majalengka bisa panen dua kali.(Tat))

Related Articles

Back to top button