Harapan tentang Pendidikan Cirebon di Tengah Janji Politik
Oleh: Gus Dr. M. Habib Khaerussani, M.Pd.
Pengasuh Pondok Pesantren Akmala Sabila
Seiring bergulirnya kampanye politik calon bupati Cirebon, masyarakat semakin berharap akan adanya perubahan nyata dalam berbagai sektor, terutama pendidikan dan pondok pesantren. Sebagai kabupaten yang kaya akan tradisi keagamaan dan memiliki populasi lembaga pendidikan yang signifikan, Cirebon membutuhkan pemimpin yang benar-benar memahami dan peduli terhadap pendidikan serta budaya lokal. Namun, dalam praktiknya, kita kerap kali disuguhi janji-janji yang indah dari para calon pemimpin, tanpa adanya realisasi nyata di lapangan.
Salah satu persoalan yang kerap diabaikan adalah krisis kebersihan dari praktik pungutan liar (pungli) dan sulitnya akses pendidikan yang merata. Program-program pendidikan yang diinisiasi oleh pemerintah daerah kadang terasa belum menyentuh akar masalah di masyarakat. Kesenjangan pendidikan antara lembaga-lembaga besar dengan yang sedang berkembang masih sangat terasa. Padahal, pendidikan yang merata serta akses yang adil untuk semua golongan adalah fondasi penting dalam membangun Cirebon yang lebih maju dan berakhlak mulia.
Calon bupati Cirebon yang sedang berlaga saat ini perlu memberikan perhatian khusus kepada pondok pesantren dan sekolah-sekolah yang menjadi ujung tombak pencerdasan masyarakat. Bukan rahasia lagi bahwa Kabupaten Cirebon memiliki banyak pondok pesantren dan lembaga pendidikan, mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT). Namun, para pengelola pendidikan, khususnya di lembaga-lembaga yang masih tertatih-tatih, sangat membutuhkan bupati yang tidak hanya peka terhadap kebutuhan mereka, tetapi juga mampu memberikan kebijakan yang adil dan berkesinambungan.
Seringkali kita melihat adanya sikap ‘tebang pilih’ dari para pemimpin daerah. Mereka lebih mengutamakan lembaga-lembaga besar yang sudah mapan, sementara lembaga kecil yang sedang berjuang mencerdaskan anak bangsa terkesan diabaikan. Ini adalah bentuk ketidakadilan yang harus segera diatasi oleh bupati baru nanti. Guru-guru di sekolah-sekolah swasta dan para ustaz di pondok pesantren seringkali menerima tunjangan yang sangat minim, walaupun mereka menjalankan peran yang tidak kalah penting dalam membangun moral dan kecerdasan masyarakat. Yang mereka harapkan sebenarnya bukan sekadar besar kecilnya tunjangan, tetapi perhatian dan kepedulian dari pemimpin yang memikirkan nasib mereka.
Selain masalah tunjangan guru, infrastruktur di sekitar sekolah dan pondok pesantren juga harus menjadi perhatian. Jalan-jalan menuju lembaga pendidikan, khususnya yang berada di pedesaan, masih banyak yang rusak parah. Hal ini menghambat akses siswa dan santri menuju sekolah atau pondok mereka, dan tentu saja berdampak pada kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, Cirebon membutuhkan sosok pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam tentang pendidikan dan budaya lokal. Bupati yang terpilih kelak harus mampu menghadirkan kebijakan yang berpihak kepada semua lapisan lembaga pendidikan, tanpa memandang besar kecilnya lembaga tersebut. Keadilan harus menjadi landasan utama dalam pengambilan kebijakan, agar seluruh masyarakat Cirebon dapat merasakan kemajuan pendidikan secara merata.
Kita berharap, siapa pun yang terpilih sebagai bupati Cirebon nantinya, akan benar-benar memahami persoalan ini dan memberikan perhatian yang nyata kepada sekolah-sekolah, pondok pesantren, serta para guru yang telah berjuang keras demi mencerdaskan generasi penerus bangsa. Sebab, hanya dengan pemimpin yang peduli dan memahami masalah, Cirebon bisa keluar dari krisis dan menuju masa depan yang lebih cerah bagi pendidikan dan moral masyarakatnya.
Kini, saatnya masyarakat Cirebon memilih dengan bijak, bukan hanya berdasarkan janji-janji manis, tetapi dengan melihat rekam jejak dan kesungguhan calon pemimpin dalam memajukan pendidikan dan pondok pesantren di Cirebon. Sebab, pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa, dan pondok pesantren adalah benteng moral masyarakat. Kita butuh pemimpin yang tidak hanya mengerti, tapi juga siap bekerja untuk kesejahteraan bersama. ***