Finansial

Mengubah Cemas Menjadi Asa

Oleh Taufik Hidayat – Kabar Cirebon

MATAHARI baru setinggi pinggang. Seorang ibu paruh baya tergesa-gesa memarkirkan sepeda motornya di sebuah kantor BUMN dengan raut muka cemas. Tatapan matanya kosong, pun energi yang ia punya sepertinya hanya cukup untuk datang ke kantor tersebut. Beberapa saat ia hanya mematung di pinggir sepeda motornya. Kakinya tampak berat untuk melangkah. Ia seperti ada beban pikiran yang menggelayut.

Beberapa saat kemudin ia memberanikan diri mendekat ke pintu kantor tersebut dan langsung disapa senyum oleh satpam. Dari jauh terlihat terjadi dialog antara ibu tersebut dengan satpam. Entah apa yang dibicarakan? Namun beberapa saat kemudian, ibu itu masuk diantar satpam menuju antrean pelayanan. Satu jam kemudian ibu itu keluar dengan wajah yang berbeda ketika masuk. Ia lebih sumringah, tatapan matanya terlihat optimis.
Ibu itu adalah Warhaeti (47 tahun), warga Perumnas Kalijaga Kota Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Ia mengaku datang ke Kantor Pegadaian di Jalan Rajawali Raya Kota Cirebon hanya bermodal nekat lantaran sedang kesulitan keuangan untuk menambah usaha rumahan yang sedang digelutinya.

Berbekal informasi seadanya, ia mendatangi Kantor Cabang Pegadaian dengan harapan dapat mengurangi beban pikirannya. Ia teringat betul bahwa lembaga tersebut memiliki semboyan “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”.
Berbekal ingatan tersebut, Ibu Warhaeti menumpahkan persoalan yang dihadapinya di hadapan karyawan Pegadaian. Keluar dari Kantor Pegadaian–setelah satu jam-an berada di dalam Kantor Pegadaian, wajah Ibu Warhaeti terlihat optimis, seperti menemukan titik terang mengenai persoalan yang tengah menderanya.

“Awalnya saya bingung. Tapi akhirnya saya mencoba memberanikan diri untuk berkonsultasi mengenai permodalan usaha yang sedang saya rintis,” lirih Warhaeti ketika ditemui penulis, beberapa waktu lalu.
Ia menceritakan, sejak “iseng-iseng” membuat makanan rumahan pada beberapa tahun lalu, akhir-akhir ini hasil olahannya mulai disukai masyarakat. Makanan olahan yang sedang dirintisnya adalah manisan. Dengan bakat kuliner yang ia miliki, berbagai jenis buah-buahan disulap menjadi makanan segar bermacam varian dengan selera yang menggoda.

Olahan makanan Warhaeti juga terlihat bersih, warnanya menggoda dengan warna cabai merah yang menyala. Cuaca panas Cirebon yang panas seperti sekarang ini membuat manisan buah menjadi makanan alternatif masyarakat di musim kemarau. Ketika penulis mencoba mewawancarainya, rupanya ia sedang menggeluti usaha manisan dengan tagline “Manisan Kamu”.

“Manisan Kamu” menyajikan sejumlah varian buah seperti nanas, mangga, salak, jambu, kedongdong dan “donggala”.
Menurut penuturan Warhaeti, manisan buah tersebut dikemas dalam kemasan pouch dan tepak. “Usaha rumahan, usaha kecil-kecilan untuk membantu biaya kuliah anak-anak,” cetusnya.
Sejumlah pelanggannya yang pernah merasakan sensasi manisan buatan Warhaeti kerap meminta pesanan untuk dibawa menjadi oleh-oleh. “Pengakuan pelanggan yang pernah beli manisan saya, mereka bilang manisannya berbeda dengan manisan buah kebanyakan, enak dan kesegaran buahnya terjaga, tanpa pengawet atau bahan kimia lainnya,” kenang Warhaeti menirukan pengakuan pelanggan.

Penasaran dengan promosi yang disampaikan Warhaeti, penulis sempat membeli dan mencoba mencicipinya. Setelah dicoba, rasa manisan tersebut memang segar, enak dan air manisannya tidak pernah ditemukan pada manisan produk lainnya.

Ia memang pandai meracik bumbu manisannya sehingga pantas bila pembeli banyak yang menyukainya.
Menyadari produk manisannya mulai disukai, ia berusaha mengembangkan usahanya untuk membuat kemasan lebih menarik serta memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak. Ia membutuhkan kulkas pendingin, blender dan peralatan lainnya. Di situlah kemudian ia mendatangi Pegadaian untuk mengembangkan usaha yang sedang digelutinya.

Dari sebelumnya bermodal Rp 200.000 dengan kemampuan produski sebanyak 20 kemasan per hari, kini mampu memproduksi ratusan kemasan manisan pada setiap minggunya. Penambahan produski setelah mendapat bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Pegadaian sebesar Rp 5.000.000. “Yang mengagumkan, ketika mengajukan tambahan modal di Pegadaian syaratnya sangat gampang. Tidak pakai agunan, cuma bermodalkan surat keterangan usaha. Hanya disurvei petugas Pegadaain untuk memastikan kelayakan usaha saya,” sebut ibu empat anak tersebut.

Pengakuan Warhaeti, modal dari Pegadaian lalu digunakan untuk membeli freezer dengan kapasitas isi lebih besar untuk lebih banyak menyimpan manisan. Selain itu, juga digunakan untuk membeli blender, kulkas dan perlengkapan lainnya. Produksi “Manisan Kamu” yang dibuat Warhaeti rupanya tidak “kaleng kaleng”. “Manisan Kamu” sudah dilengkapi Nomor Izin Berusaha (NIB) dari Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) setempat, serta sertifikat halal oleh MUI. “Manisan “Kamu” juga kerap mengikuti pameran dan bazar yang diselenggarakan dinas terkat dan swasta.

“Dengan harga produksi Rp12.000/kemasan, kini setiap bulannya saya mampu memproduksi sebanyak 350 kemasan. Saya juga kini memiliki beberapa reseller yang sudah memiliki pelanggan masing-masing. Setiap reseller ada yang membawa 20-50 kemasan manisan. Alhamdulillah yang penting lancar,” ujar Warhaeti.

Dari hasil produksinya tersebut, rata-rata tiap bulannya meraup omset sebesar Rp3.500.000 dengan keuntungan bersih sebesar Rp1.000.000. “Keuntungan ini saya sisihkan buat biaya kuliah anak di Unsil Tasik,” ungkap dia.
Memiliki dua anak yang masih kuliah, bagi seorang ibu rumah tangga tentu ingin anak-anaknya sukses. Bersuami yang sudah pensiun dari pegawai swasta, memiliki usaha sampingan keluarga menjadi dambaan banyak orang.

Kecemasan, kegelisaan pikiran dan beban hidup yang selama ini menghantui perlahan mulai sirna setelah mendapat KUR dari Pegadaian. “KUR Pegadaian telah membantu memberikan pinjaman mikro untuk pelaku usaha kecil menengah dengan bunga yang sangat ringan. Terima kasih Pegadaian, akhirnya kami bisa usaha kecil-kecilan dan mampu membiayai kuliah anak-anak,” ungkap Warhaeti.

Sementara itu, Kepala Seksi UMKM pada DKUKMPP Kota Cirebon, Abdul Hadi yang dikonfirmasi secara terpisah membenarkan bahwa produk “Manisan Kamu” beberapa kali mengikuti sejumlah pameran dan bazar yang pernah dilakukan pihaknya. Ia pun mengaku pernah mencoba rasa “Manisan Kamu”.

“Saya tidak pandai mengungkapkan rasa ‘Manisan Kamu’ dengan kata-kata. Yang jelas rasa buah dan kuanya segar banget. Sulit dicari tandingannya,” kelakar Abdul Hadi yang ditemui penulis di kantornya, Jumat (13/9/2024).
Pada bagian lain pihaknya mendorong agar UMKM naik kelas. “Untuk naik kelas diperlukan pembinaan bagi para pelaku UMKM. Pembinaan meliputi kualitas produk, kemasan dan cara pemasaran. Jika UMKM dikelola dengan baik, maka peluang pasarnya terbuka lebar. Inilah yang sedang kita lakukan agar UMKM naik kelas,” kata Abdul Hadi.

Ia meyakini bahwa sektor UMKM merupakan sektor ekonomi yang memiliki daya tahan tinggi yang mampu menopang perekonomian negara, bahkan saat terjadi krisis global. UMKM juga menjadi bagian integral dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan nasional.

“Kami mengapresiasi usaha-usaha dari Pegadaian yang menaruh perhatian sangat besar terhadap para pelaku UMKM yang diberi kemudahan dalam mengakses permodalan. Karena UMKM mengharapkan adanya peluang pembiayaan yang memiliki kemudahan akses, persyaratan yang ringan dan mudah, prosedur sederhana, waktu perolehan yang cepat, serta ketetapan bunga angsuran yang ringan. Dan itu dilakukan Pegadaian,” jelas Abdul Hadi.

Sejalan dengan itu, Pegadaian sendiri kini terus melakukan terobosan guna mendorong dan membangkitkan perekonomian yang berbasis masyarakat kecil. Pegadaian Syariah misalnya hadir sebagai alternatif solusi bagi persoalan keterbatasan modal yang merupakan permasalahan utama UMKM dalam upaya pengembangan usahanya.

Dalam rangka meneguhkan posisinya di tengah masyarakat, mungkin sebab itu PT Pegadaian kini menjadi mitra dalam perhelatan Liga 2 sepak bola Indonesia. “Kehadiran Pegadaian di Liga 2 ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif, tidak hanya menghibur masyarakat Indonesia khususnya para pecinta sepak bola, namun juga membangkitkan perekonomian daerah,” demikian kata Direktur Utama PT Pegadaian, Damar Latri Setiawan, di Stadion Letjend H Soedirman, Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (07/08/24) lalu.***

Back to top button