CirebonRaya

Di Keraton Kasepuhan Cirebon, Ratusan Warga Berebut Air Siraman Panjang

kacenews.id-CIREBON-Ratusan warga berebut air siraman panjang yang dilakukan Keraton Kasepuhan, Selasa (10/9/2024). Siraman Panjang sendiri dilakukan Keraton Kasepuhan setiap tahunnya sebagai bagian dari rangkaian upacara menjelang acara puncak Panjang Jimat di bulan Maulid.

Ratusan masyarakat langsung berebut air yang ada di wadah besar. Sebelumnya, air di wadah besar ini digunakan untuk mencuci beragam peninggalan pusaka yang dimiliki oleh keraton, termasuk keramik, piring, tempat lilin, guci serta perlengkapan lainnya yang digunakan untuk acara Panjang Jimat.

Pusaka-pusaka ini diyakini berasal dari masa Sunan Gunung Jati, salah satu wali penyebar agama Islam di tanah Jawa. Ritual ini diadakan di Pungkuran, sebuah tempat yang terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan. Pencucian pusaka-pusaka tersebut dipimpin oleh Patih Anom Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Nusantara.

Menurutnya, ritual ini bukan hanya menjadi ritual sakral, namun juga menjadi simbol kebersihan dan penyucian diri, yang diyakini memiliki makna spiritual bagi masyarakat yang mengikuti prosesi tersebut.

Setiap tahapan dalam Siraman Panjang dilakukan dengan penuh khidmat. Air yang digunakan untuk mencuci pusaka dianggap suci dan mengandung berkah. Masyarakat yang hadir berlomba-lomba untuk mendapatkan sisa air cucian ini.

Mereka percaya bahwa air tersebut memiliki khasiat, baik untuk kesehatan maupun sebagai sarana pengobatan. Selain itu, air ini juga sering digunakan untuk mandi dengan keyakinan bahwa akan membawa kebaikan bagi siapa saja yang menggunakannya.

Patih Anom Pangeran Raja M. Nusantara menjelaskan, tradisi Muludan dan Panjang Jimat merupakan warisan budaya yang memiliki nilai spiritual dan historis yang tinggi.

Menurutnya, acara ini tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan masyarakat Cirebon terhadap Nabi Muhammad Saw.

“Tradisi ini dilakukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Melalui acara ini, kami berharap dapat menjaga dan melestarikan warisan budaya yang telah diturunkan oleh leluhur kami, termasuk Sunan Gunung Jati,” kata dia.

Patih Anom juga menambahkan, Panjang Jimat memiliki makna yang mendalam. Jimat atau jimat-jimat yang digunakan dalam prosesi tersebut bukanlah jimat dalam pengertian mistis, melainkan simbol dari peralatan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

“Acara ini menggambarkan kehidupan yang seimbang antara spiritualitas dan realitas duniawi. Dengan menghormati peralatan tersebut, masyarakat diajak untuk merenungkan pentingnya menjaga, keselarasan dalam menjalani kehidupan,” ungkapnya.

Menurut Patih Anom, rangkaian acara Muludan di Keraton Kasepuhan Cirebon selalu menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam maupun luar daerah. Dan sangat antusias mengikuti prosesi Siraman Panjang dan Panjang Jimat.

“Bagi masyarakat, peringatan Maulid Nabi tidak hanya menjadi momen untuk berdoa dan mempererat silaturahmi, tetapi juga untuk merenungkan keteladanan Nabi Muhammad Saw,” tuturnya

Acara-acara seperti ini, lanjut Patih Anom menjadi pengingat bahwa Islam di Nusantara memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan budaya, yang hingga kini masih terjaga dengan baik. Ia juga mengatakan, dengan datangnya bulan Rabiul Awal ini, umat Islam di berbagai penjuru Indonesia kembali diingatkan akan pentingnyan menjalankan ajaran-ajaran Rasulullah dan meneladani sikapnya yang penuh kasih sayang dan kedamaian.(Cimot)

Related Articles

Back to top button