Durasi Bermain Gawai untuk Anak-anak
Oleh: Andrian Saba
Forum Studi Mandiri Wanasaba Lor
Tiada hari tanpa menggunakan gawai (handphone). Begitulah faktanya. Gawai kini menjadi kebutuhan primer. Tidak lagi menjadi kebutuhan tersier. Masyarakat yang dulu memiliki gawai diidentifikasikan sebagai orang kaya-raya. Namun, dewasa ini persepsi itu tidak berlaku lagi. Semua orang mudah memilikinya, di antaranya para pekerja kantoran, sopir ojek daring, kuli panggul, akademisi, mahasiswa, pedagang, para pelajar, hingga anak-anak.
Karena sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, maka penggunaan gawai atau ponsel bisa berjam-jam lamanya. Menggunakan gawai boleh-boleh saja. Dengan catatan tidak boleh melebihi batas waktu. Sebab banyak risiko yang akan didapat. Lantas, bagaimana dengan durasi bermain gawai untuk anak-anak?
Tidak ada ketentuan khusus dalam membatasi berapa lama anak-anak menggunakan gawai (gadget). Ini dikarenakan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak, dan menyesuaikan dengan kondisi serta umur anak. Para orang tuanyalah yang bisa menilai berapa lama durasi anak-anak bermain benda pintar itu. Akan tetapi, para orang tua juga harus sigap dalam mengawasi anak-anaknya. Ketika mereka sudah bisa mengakses gawai sendiri, dalam hal ini posisi orang tua harus bisa menjadi kontrol pengawasan konten apa yang dilihat oleh anaknya.
Menurut para ahli, durasi ideal bermain gawai untuk anak-anak adalah selama satu sampai dua jam perhari. Durasi ini tidak saklek. Harus melihat kategori umur anak-anak.
Perlu diketahui bahwa umur anak yang masih di bawah 2 tahun, tidak dianjurkan untuk bermain gawai. Usia anak yang masih terlalu dini bisa memengaruhi pertumbuhan, dan perkembangan otak sang anak. Yang mana kondisi sang anak masih rentan. Terlebih paparan sinar layar yang terang bisa membahayakan kesehatan.
Kemudian, untuk anak yang berumur 2 – 5 tahun, durasi maksimal penggunaan gawai selama satu jam perhari. Tidak diperkenankan lebih dari enam puluh menit dalam mengakses gawai. Anak balita cenderung memiliki rasa penasaran yang tinggi. Bila ia sudah nyaman dengan satu benda, biasanya ia akan mengabaikan mainan yang lainnya. Dalam istilah disebut centration atau kecanduan. Orang tua harus bisa mencegah jangan sampai anak fanatik bermain peranti elektronik itu selama berjam-jam.
Sisi lain, WHO mengungkapkan bahwa tumbuh kembang anak di usia balita perlu banyak eksplorasi, perlu banyak pengenalan benda-benda baru, perlu banyak mainan yang beraktivitas fisik. Dengan demikian, tumbuh kembang anak menjadi sehat dan kuat.
Selanjutnya, untuk usia anak 6 tahun ke atas. Memasuki rentang usia sekolah. Durasi penggunaan gawai bisa ditentukan. Orang tua masih memiliki hak penuh dalam mengatur penggunaan benda elektronik ini. Orang tua harus proaktif dalam mengelola waktu anak pada saat bermain, belajar, bermain gawai atau menonton tv. Seiring bertumbuhnya kreativitas anak, dan waktu bermain anak yang semestinya berada di periode ini, jangan sampai kecanduan bermain gawai bisa merenggut usia emas sang anak.
American Academy of Pediatrics (APP) merekomendasikan untuk anak usia 6 tahun ke atas agar orang tua menetapkan batas waktu konsisten, yang memastikan bahwa waktu layar tidak mengganggu tidur, serta aktivitas fisik lainnya. Waktu layar yang dimaksud ialah lamanya waktu yang dihabiskan untuk beraktivitas di depan layar elektronik. Seperti menonton video di laptop, menonton film di komputer, bermain video game di tablet, mabar via gawai (gadget), serta menonton acara kartun di televisi. Ada urgensi yang dipaparkan oleh APP, yakni menghabiskan terlalu banyak waktu di depan layar, bisa menyebabkan masalah mata, gangguan tidur, dan obesitas karena kurangnya aktivitas fisik.
Melarang anak untuk tidak mengenalkan gawai pada zaman sekarang memang sulit dihindari. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi tak bisa dicegah. Melalui akses internet yang mudah dijangkau, berbagai informasi, sumber belajar, hingga hiburan sangat mudah didapatkan dalam waktu yang singkat. Bila tak mampu menerima dan mengikuti perkembangannya, maka kita akan tertinggal jauh.
Melihat peristiwa kemarin, adanya pandemi Covid-19, ketergantungan gawai sangat menonjol. Adanya keterbatasan interaksi sosial, pembatasan mobilisasi, pembelajaran online, Work From Home, menjadikan gawai satu-satunya alat yang penuh digunakan. Salah satu efek yang terlihat, yakni mudah bosan dan emosi mudah tersulut lantaran intensitas bermain gawai berulang kali. Pada masa pandemi, semua batasan durasi penggunaan tak lagi diperhatian. Bisa jadi ketergantungan anak-anak kita bermain gawai karena dampak Covid-19.
Melihat durasi lamanya penggunaan gawai, tak adil rasanya bila kehadiran gawai hanya dilihat dari satu kacamata. Selain dampak negatif dari lamanya penggunaan gawai, juga ada banyak dampak positif yang didapat. Misalnya, di dalam gawai banyak aplikasi dan konten edukatif yang dapat membantu anak belajar berbagai hal dengan cara yang menyenangkan. Selain itu, anak-anak akan terbiasa dengan teknologi karena mereka sudah mengikuti alur zaman moderen. Dengan kemajuan teknologi juga, anak-anak mudah mendapatkan konten yang rekreatif, dan bisa menajamkan imajinasinya lewat konten animasi.
Untuk itu, penulis mengambil simpulan. Penggunaan gawai dengan pengaturan durasi yang tepat, bisa memberikan manfaat yang signifikan bagi anak-anak tanpa mengganggu keseimbangan hidup mereka.***