Opini

Gapura Lambang Persatuan

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon/Alumni UPI

Setiap orang, terutama orang dewasa pasti tahu yang namanya gapura. Coba saat kita berkendara ke suatu tempat yang baru (ke luar kota), sering kita melihat ke samping jalan yang kita lalui. Begitu masuk pemukiman penduduk kita akan melihat gapura di kanan kiri jalan. Gapura dengan beragam bentuk dan coraknya sepintas biasa saja. Namun sejatinya gapura ini langsung atau tidak akan menggambarkan kondisi kehidupan budaya warganya .Jika di tempat itu termasuk sentra produksi bawang pasti di gapura terdapat gambar bawang. Bisa juga gambar ikan untuk lingkungan yang memproduksi ikan dan sebagainya.
Dengan adanya gapura tersebut ternyata mampu juga meningkatkan rasa persatuan dari warganya. Apalagi jelang HUT RI ke-79 ini, gapura segera dihias, dicat dan diberi lampu biar tambah menawan di waktu malam. Ini tak mungkin terwujud jika warganya tidak bersatu. Dengan kesadaran dan sukarela, warga menghias gapura dengan uangnya, dengan tenaganya, dengan idenya dan sebagainya. Kadang pemerintah desa memberi batuan yang tidak seberapa.
Dalam sejarahnya, gapura berawal dari dua tiang besar yang didirikan dan atasnya diberi balok. Mirip dengan tiang gawang sepak bola saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua tiang tersebut bisa diganti dengan tembok batu bata dan atasnya diberi atap. Bisa untuk warga berteduh sementara dari hujan dan terik matahari. Tentu gapura seperti ini membutuhkan biaya besar.Untuk membangun gapura yang sebagus itu warga meminta ke pemerintah desa untuk menganggarkan pembuatan gapura.
Meskipun warga belum mampu membuat gapura yang wah.Ternyata warga bisa juga membuat gapura yang sederhana. Dengan ide dan kreatifitasnya, warga bisa membuat imitasinya. Memang bentuk gapuranya menyerupai gapura asli. Padahal itu semua menggunakan material seadanya.
Posisi gapura bisa ditempatkan diperbatasan desa atau kampung. Selanjutnya gapura bisa dibangun juga di gang masuk jalan desa, masuk halaman balai desa, masuk halaman gedung, masuk halaman kantor dinas, masuk halaman masjid dan masuk halaman sekolah.
Gapura – gapura yang berdiri kokoh dibangun bukan tanpa tujuan yang pasti, apalagi untuk gaya-gayaan. Namun gapura dibangun oleh warga ini mempunyai tujuan dan maksud yang tersembunyi. Orang bebas mengiterpretasikan gapura sesuai kemampuan.Yang pasti pembuatan gapura ini sudah dirembukkan dengan warga.Tujuan pembuatan gapura ada tiga, pertama untuk identitas warga, kedua untuk nilai estetika dan ketiga untuk keamanan warga. Identitas di sini untuk sarana informasi semua orang. Itu sebabnya gapura diberi nama. Biasanya nama gapura sangat berhubungan dengan histori setempat. Contoh gapura yang diberi nama gang Masrad, pasti tokoh inilah yang familiar di warga tersebut. Selanjutnya nilai estetik dari gapura adalah agar terlihat anggun, gagah, cantik, maka diukir.Untuk Cirebon pasti ukirannya Mega Mendung. Untuk tujuan keamananya misalnya orang yang berkendara pasti akan pelan ketika keluar masuk gapura.
Gapura permanen memang menakjubkan bikin orang berdecak. Namun dari sisi nilai kebersamaannya, gapura permanen itu minus.Peremajaan gapura permanen sangat mudah, tinggal dicat oleh dua orang tukang selesai, mana nilai-nilai persatuan Bangsa Indonesia yang selama ini kita banggakan. Semua sudah diukur pakai uang.Ada uang ya gapura bagus, tidak ada uang gapura permanen semakin kusam. Berbeda dengan gapura sederhana. Kita akan menyaksikan para pemuda saling membantu alias bergotong royong. Ada yang memotong bambu, ada yang mengecat bambu, ada yang membuat atap dari daun tebu ada, yang mengecet kantong semen bekas. Sementara remaja putrinya ada yang memasak air untuk pemuda yang sedang bekerja .
Pemandangan seperti ini jarang kita temui sekalipun di desa.Masih bagus masih ada sedikit remaja yang menghias gapura dengan pernak pernik kertas wajit merah putih terbentang sepanjang gang dari ujung hingga pangkal ( menyambut HUT RI ke 79 ).
Meski nilai persatuan sudah mengendur seperti yang kita rasakan, namun alangkah baiknya kita ajak semua warga untuk menghias gapura yang ada agar terlihat cantik dengan potensi warga setempat. Jangan mentang – mentang bersemangat untuk meningkatkan nilai persatuan masa kita membuat gapura yang baru lagi. Mana mungkin pada satu gang ada dua gapura. Ah ada ada saja.Kecuali gapura lama diruntuhkan dan ini tergolong perbuatan konyol.***

Back to top button