Finansial

Teguh Pratama, Anak Milenial asal Majalengka yang Sukses Bertani

kacenews.id-MAJALENGKA-Teguh Pratama (27) asal Desa Argalingga Kecamatan Argapura adalah satu dari sekian petani milenial di Kabupaten Majalengka yang menekuni bertani holtikultura, hingga pengelolaan paska panen manakala harga jual anjlok atau mengolah produk hasil sortiran.

Di latar belakangi hidup dikelilingi petani dan orang tua petani serta sekolah dari agroteknologi pertanian, Teguh berusaha mencoba memulai bertani di 2020. Mengolah lahan yang tidak terlalu luas dan memulai menanam cabai merah, kentang serta kacang buncis yang ternyata melalui pengolahan lahan tanaman serta pemeliharaan memadukan teori dan praktek serta bimbingan PPL setempat produksinya menguntungkan.

Teguh pun terus menekuni pertanian palawija, di samping di wilayahnya tidak bisa tumbuh tanaman padi, karena suhu udara yang terlalu dingin, secara geografis letak desanya persis berada di kaki Gunung Ciremai, sehingga hanya cocok untuk tanaman holti seperti kol, cabai, wortel, buncis, caisin dan sejumlah sayuran pegunungan lainnya.
“Saya akhirnya berusaha menyewa lahan seluas 1 ha untuk ditanami cabai dan aneka sayuran holtikultura lainya. Pengolahan lahan, penanaman hingga panen dilakukan secara manual. Saya menggunakan mulsa untuk menghemat biaya produksi,” ungkap Teguh yang kini dipercaya menjadi ketua Kelompok Tani Mekar Mulya.
Dia juga mengolah pupuk organik sendiri termasuk pupuk PGPM yang katanya untuk menghindari tanaman layu setelah ditanam di media tanah, pupuk terdiri dari PGPR (Plant Growth Promoter Rhizobia) dan PGPF (Plant Growth Promoter Fungi) untuk mendorong pertumbuhan tanaman.

“Pupuk yang berasal dari kotoran hewan kami olah, dipermentasi menjadi PGPM, agar tanaman bisa cepat bangkit,” kata Teguh yang mendapat dukungan modal KUR dari sebuah bank milik pemerintah.
Di saat kondisi tanaman cabai bagus hasil yang diperoleh mencapai 7 hingga 10 tonan, dari satu pohon bisa dipanen hingga kurang lebih 1 kg, kebetulan harga cabai beberapa bulan terakhir cukup tinggi dan diapun sempat menjual di harga Rp 60.000 per kg hingga Rp 70.000 per kg.

“Harga produk pertanian ini sangat pluktuatif, tidak menentu. Kadang mahal kadang juga anjlok dan tidak bisa menutupi biaya produksi,” katanya yang kini mmepekerjakan buruh tani hingga belasan orang.
Hanya, ketika harga cabai anjlok di angka Rp 10.000 atau Rp 15.000 per kg, Teguh berusaha mengolah cabai dikeringkan dan dibuat abon cabai dan harganya hampir menyamai harga cabai segar kala harga mahal sekitar Rp 80.000 per kg.
Untuk pemasaran produk pertaniannya baik kentang, buncis, caisin ataupun cabai, dijual ke Pasar Induk Sayuran di Maja, untuk abon cabai sebagian dijual melalui online.
Koordinator PPL Kecamatan Argapura Dede Suad mengungkapkan, abon cabai yang diproduksi hanya cabai – cabai ukuran kecil yang dipanen diakhir, atau ahasil sortiran. Karena cabai ukuran besar masih laku dijual dengan harga mahal.
“Yang diolah itu cabai ukuran kecil karena harga cabai ukuran kecil hanya 25 % dari harga cabai super, dengan di abon bisa menaikan harga jual, hingga menyamai harga cabai di saat harga tinggi. Abon cabai harga relatif stabil,” kata dede Suad.

Menurutnya, kini Teguh memiliki gudang penyimpanan paska panen, pengolahan hasil panen, dari hulu hingga hilir telah digarap. Dengan begitu keuntungan yang diperolehpun tetap besar dan stabil.
Tahun ini menurut keterangan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka Iman Firmansyah ada banyak petani milenial di Majalengka namun yang mengolah hulu hingga hilir baru dilakukan Teguh.

“Kemarin dia kami ajukan mewakili Majalengka untuk lomba petani milenial tingkat Jawa Barat, yang ternyata mengalahkan pesaing dari kabupaten kota lain, dia juara satu petani milenial Jawa Barat,” ungkap Iman yang membimbing anak – anka milenial untuk bersedia bertani guna menjaga ketahanan pangan di Majalengka.
Iman meyakinkan banyak anak muda untuk mencintai pertanian, meyakinkan bahwa produk pertanian tidak akan terpengaruh oleh jaman atau industri apapun, produksi pertanian selamanya dibutuhkan masyarakat.(Tat)

Related Articles

Back to top button