Mitos Burung Hantu dan Menjaga Serangan Hama Tikus
kacenews.id-MAJALENGKA-Di Majalengka ada mitos yang menyebutkan, jika ada burung hantu bersuara nyaring setelah waktu magrib di atas rumah atau pohon, maka di sana akan ada perempuan yang hamil di luar nikah.
Masyarakatpun akan dengan sangat kasar menyebut “ aya nu reuneuh jadah”. Setelah burung hantu bersuara, maka akan mencari siapa perempuan berstatus serawan atau janda di wilayah tersebut yang letak rumahnya berada di sekitar suara burung hantu.
Tuduhan yang hamil di luar nikahpun langsung mengarah pada seseorang yang patut dicurigai. Walau mitos, tudingan itu jarang meleset. Esoknya setelah muncul suara burung hantu, dan diketahui ada yang hamil di luar nikah atau melahirkan di luar nikah maka masyarakan akan langsung berkata “tuh bener, paingan manuk bueuk disada wae”.
Nyaris tidak pernah ada orang yang bersedia memelihara manuk bueuk, karena burung tersebut dianggap sebagai manuk jurig, yang datang dan bersuara kala ada orang hamil di luar nikah.
Kini burung hantu atau orang Nunuk, Kabupaten Majalengka menyebutnya “manuk bueuk” dicoba di pelihara dan dibudidayakan para petani untuk mengusir tikus yang menyerang tanaman padi. Itu digagas oleh Koordinator POPT Kabupaten Majalengka Engkus Kusnadi. “Ini serempak dari Pusat, untuk memelihara burung hantu sebagai pengusir tikus,” ungkap Engkus saat memasang rumah burung hantu (rubuha) bersama kelompok tani Wintaos, Desa Kedung Kencana, Kecamatan Ligung.
Rubuha dibangun menurut Engkus karena Tingginya serangan tikus yang melanda sembilan Kecamatan di Kabupaten Majalengka meliputi Kecamatan Kertajati, Dawuan, Kadipaten, Ligung, Kasokandel, Jatitujuh, Sumberjaya, Jatiwangi, Palasah. Hingga sekarang sudah dibangun 89 unit rubuha, diantaranya di Kecamatan Jatitujuh sebanyak 15 unit, Panyngkiran 5 unit yang pembuatannya dibantu dari dana Desa, Kertajati paling banyak 52 unit.
“POPT mengidentifikasi dilingkungan areal sawah dan menanyakan kepada petani soal adanya lalulalang burung hantu, ternyata masyarakat menyebut ada. Jadi kami ajak untuk membangun rubuha, karena burng hantu tidak bisa bikin sayang jadi kita masang ,” kata Engkus.
Menurutnya, burung hantu adalah pemangsa tikus yang paling ampuh, dalam semalam bisa membunuh hingga 15 ekor tikus, walaupun yang dimakan paling tiga ekor saja. Burung ini memangsa tikus saat malam hari dan dikenal ketajaman mata hingga radius sekitar 300 meteran. “Satu burung hantu bisa epektif menjaga sawah seluas 5 hektaran,” kata Engkus.
Burung hantu juga cepat berkembang biak, dalam setahun bisa dua kali bertelur dan mengerami dengan rata – rata telur antara 5 hingga 10 telur. Anak burung hantu setelah beberapa hari bisa langsung disapih. Jika ada rubuha burung hantu bisa nongkrong bersama.
Sekarang menurut Engkus sulit membasmi tikus, karena ekositemnya banyak yang punah kalaupun ada sudah tidak seimbang. Jika dulu masih banyak ular, anjing, ganggarangan sekarang sudah sulit. Ganggarangan banyak diburu untuk dikonsumsi. “Dulu ekosistem masih banyak ganggarangan, sekarang mata rantai makanan tidak seimbang, anjing ular banyak yang mati. Sekarang mencari pemangsa yang tidak berbahaya, jika ular berbahaya terhadap manusia, anjing juga demikian maka burung hantu menjadi solusinya,” kata Engkus.(Tat)