Opini

Sejauh Mana Peranan KKN di Masyarakat?

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon

Biasanya jelang bulan Agustus, beberapa desa di Kabupaten Cirebon kedatangan tamu yakni para mahasiswa yang akan melaksanakan KKN ( Kuliah Kerja Nyata ). Dulu ketika penulis remaja, mengetahui desa sendiri akan ada yang KKN bangganya bukan main. Begitu juga dengan warga lainnya.Warga penasaran apa yang akan dilakukan oleh para mahasiswa itu selama tinggal di desa. Apakah akan membawa pembaruan atau biasa biasa saja. Kedatangan mereka ketika itu mampu menyadarkan warga akan betapapa pentingnya persatuan di desa, pentingnya diskusi dalam menyelesaikan masalah dan betapa pentingnya terjalin komunikasi sesama warga.Terutama dalam melaksanakan program untuk kepentingan bersama.
Kami merasakan sekali manfaat dari kegiatan yang diinisiasi oleh mahasiswa, hubungan kami dengan mereka terjalin dengan baik .Masing-masing pihak saling meghormati. Bahkan kami dan mereka sudah seperti keluarga, ibarat satu keluarga saling menyapa, saling salam dan saling membantu baik tenaga maupun pikiran. Hingga mereka selesaipun, hubungan kami masih tetap terjaga.
Sangat beda dengan para mahasiswa KKN sekarang. Kami tidak merasakan lagi seperti dulu. Bisa jadi karena sikap mereka yang eksklusif atau sikap kami yang mulai kurang percaya dengan skill mahasiswa KKN. Mungkin juga karena banyak akhlak mahasiswa yang kurang baik selama ini.
Di era yang serba maju ini, terlebih dunia teknologi informasi, warga desapun sudah merasakan itu, plus bisa mengaplikasikan sendiri berbagai hal. SDM di desa juga sudah mulai baik, terlihat banyak warganya yang menjadi mahasiswa di luar kota dan banyak juga sarjana.Sombongnya orang ngomong, apa sih yang diharapkan dari mahasiswa KKN?
Sikap dingin warga terhadap mahasiswa bisa berawal dari kesalahan kepala desa setempat. Ketika acara penerimaan mahasiswa KKN ini, kepala desa tidak mengundang RT/RW atau lembaga lain yang ada di desa.Yang ikut acara tersebut sebatas perangkat desa saja. Padahal peranan RT/RW sangat dominan dalam memberikan informasi langsung kepada warganya. Bahkan RT/RW lah yang bisa mengatur mobilitas warganya. Pantas warga apatis terhadap program – program mahasiswa.
Jika sudah seperti ini sangat disayangkan bukan? Padahal KKN ini tujuannya mulia, yakni dalam rangka mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi (salah satunya pengabdian masyarakat). Mereka akan tinggal beberapa waktu di desa, dan selepas itu mereka kembali lagi ke kampusnya. Kalau Cirebon bisa saja dari kampus Universitas Swadaya Gunung Jati,Universitas Muhammadiyah Cirebon, Universitas Islam Negeri
Siber Syeh Nurjati, Universitas Nahdatul Ulama, dan Universitas Bunga Bangsa Cirebon.
KKN bagi mahasiswa itu sebatas menggugurkan kewajiban atau memenuhi tuntutan SKS.Tidak disertai tanggung jawab moral terhadap apa yang dilakukan di desa.Tidak ada tindak lanjut untuk memonitor perkembanganya apalagi mengevaluasinya, mubadzir bukan?
Sikap seperti di atas boleh jadi karena kesalahan tema. Mahasiswa tidak mengetahui karakter, adat istiadat dan kebiasaan warga. Salah sendiri mengapa tidak bertanya terlebih dahulu kepada narasumber yang berkompeten, jangan-jangan narasumbernya asal-asalan.
Kini yang terjadi adalah mahasiswa sibuk dengan programnya, perangkat desa sibuk dengan programnya, apalagi warga, mereka bekerja sendiri-sendiri dan hasilnya pun untuk sendiri-sendiri, lucu kan? Pantas saja meskipun desa ini sering ada mahasiswa KKN, desa tetap kondisinya seperti semula. Ada KKN atau tidak, belum bisa mewarnai kondisi desa.
Kadang kita tak habis pikir mengapa pihak perguruan tinggi menempatkan mahasiswa untuk KKN, tidak memperhatikan dari mana dia berasal. Jangan sampai mahasiswa yang seharusnya mampu memberdayakan potensi warga malah sebaliknya diperdaya warga. Mahasiswa yang seharusnya memberikan motivasi kepada para petani, oleh karena buta tentang pertanian malah bertanya kepada petani.
Heterogennya warga desa menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Mampukah mahasiswa menjadi bagian dari warga desa. Idealnya mampu, karena mahasiswa sebelum KKN sudah dibekali materi akademik meski sabatas visualisasi dan literasi. Mahasiswa harus membiasakan diri berbaur dengan warga seraya mempelajari rutinitas. Selanjutnya memberikan motivasi supaya rutinitasnya memberikan manfaat bagi dirinya dan mengalami peningkatan. Diilustrasikan dalam satu rumah terdapat anak usia sekolah yang tidak bisa sekolah.Mahasiswa harus mencari tahu penyebabnya, diskusikan dengan pihak desa.Ini bukti bahwa mahasiswa memang cerdas dalam menghadapi persoalan.
Bukan maksud merendahkan ide dan gagasan mahasiswa kini. Mereka kadang miskin kreatif, kurang jeli menangkap persoalan warga desa, makanya. Mereka pandainya asal membuat laporan, asal dosen pembimbing senang, jadinya KKN asal-asalan.
Ketika jalan – jalan ke desa sekitar, kita mudah menemukan papan nama jalan desa, papan nama gang, atau tong sampah dari kaleng dicat mencolok. Lihat dibawahnya terdapat tulisan kecil: mahasiswa KKN dan tahunya penulis dan pembaca mungkin bergumam sebatas ini kemampuan mahasiswa, tak ada lagi yang lainnya. Kalau cuma membuat itu, kami yang bukan mahasiswa juga bisa. Pelajaran berharga bagi adik – adik mahasiswa, ayolah berbuat sesuatu yang bisa dirasakan manfaatnya sepanjang zaman oleh warga desa. Ini semata agar kehadiran mahasiswa dirindukan oleh warga desa, tidak dicuekin seperti sekarang.
Selamat ber-KKN buat mahasiswa UIN Siber Syeh Nurjati Cirebon di desa kami, Desa Cisaat, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon. Kami bersedia bekerja sama dengan kalian dalam rangka membangun desa sesuai dengan kapasitas masing masing. Semoga kalian kerasan tinggal di desa.***

Related Articles

Related Articles

Back to top button