Pilkada Tinggal Empat Bulan Lagi, Ahmad Yusron: Tantangan Incumbent Dinilai Kian Berat
kacenews.id-CIREBON-Menjelang Pilkada Kabupaten Cirebon yang tinggal empat bulan lagi, suasana politik di permukaan masih terlihat sepi. Berbeda dengan daerah lain di Jawa Barat, hampir tidak ada baliho bakal calon bupati dan wakil bupati yang terlihat. Bahkan, nama-nama calon yang akan diusung pun masih belum jelas.
Namun, akademisi Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), Ahmad Yusron, memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, meskipun di permukaan terlihat tenang, di kalangan internal partai politik justru terjadi dinamika yang sangat intens. Para bakal calon bupati dan wakil bupati berlomba-lomba mencari rekomendasi dengan berbagai cara.
“Memang di luar terlihat sepi. Hanya beberapa calon saja yang sudah memasang baliho. Namun, di kalangan internal partai politik justru sedang panas-panasnya. Mereka berlomba ingin mendapatkan rekomendasi,” ungkap Yusron, Senin, (8/7/2024).
Yusron menjelaskan, munculnya mantan Bupati Cirebon, Imron, yang sudah menerima surat tugas dari PDIP, menjadi faktor penting dalam perhitungan masing-masing partai, termasuk partai yang sudah menjalin koalisi. Ironisnya, PDIP sendiri tampak kurang percaya diri untuk maju dengan satu paket meskipun secara aturan sudah memadai.
“Imron masih berkeliling mencari wakil untuk menjajaki koalisi, ini membuktikan bahwa PDIP juga tidak percaya diri untuk maju dengan satu paket. Artinya, hitungan politik di Pilkada Kabupaten Cirebon benar-benar sangat berat,” tambahnya.
Yusron menduga, salah satu faktor krusial yang menjadi pertimbangan PDIP adalah imbas hasil Pilpres. Meskipun PDIP memenangkan Pemilu di Kabupaten Cirebon, hasil Pilpres tidak mendukung mereka. Ini menjadi perhitungan matang bagi PDIP, meskipun surat tugas atau calon bupati sudah ada di tangan Imron.
“Ada kekhawatiran dari PDIP, kalau mengusung satu paket, pemilih justru akan mencoblos calon dari koalisi 02 seperti pada Pilpres kemarin. Kesalahan dalam membangun koalisi akan sangat fatal bagi PDIP. Kecuali jika gagal koalisi, konsekuensinya adalah maju dengan satu paket,” jelasnya.
Masalah logistik juga menjadi pertimbangan penting bagi semua partai politik. Menurut Yusron, biaya Pilkada sangat mahal, dan hampir semua partai menghadapi persoalan yang sama. Untuk pemilihan kepala desa saja, estimasinya tidak kurang dari Rp 1 miliar harus dipersiapkan. Apalagi untuk Pilkada Kabupaten Cirebon.
“Persoalan logistik juga menjadi bahan pertimbangan semua partai yang akan mengusung calon bupati dan wakil bupati Cirebon. Meskipun baru PDIP yang mengusung Imron, hal yang sama pasti dirasakan Imron. Makanya dia mencari pendamping yang punya finansial kuat,” terangnya.
Secara popularitas, Imron memang berpeluang kembali menjadi Bupati Cirebon. Namun, hal ini sangat bergantung pada siapa lawan yang akan muncul dari koalisi yang sudah terbentuk. Saat ini, pertarungannya akan berbeda dengan ketika Imron mendampingi Sunjaya. Kini, Imron harus berjuang sendiri sebagai tokoh utama.
“Meskipun peluang incumbent besar, pertarungan Imron kali ini sangat berat. Dulu sentralnya ada di Sunjaya. Sekarang tinggal menunggu siapa lawan yang akan dihadapi nanti,” pungkasnya.(Mail)