Ayumajakuning

Kompol Satori: Generasi Muda Rawan Terpapar Radikalisme

kacenews.id-MAJALENGKA-Upaya pencegahan radikalisme harus dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Peran orang tua sangat krusial dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan toleransi kepada putera puterinya.

Sebagai orang tua, harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pendidikan karakter yang kuat di rumah akan menjadi fondasi yang kokoh untuk mencegah anak-anak terpapar paham radikal.

Selain itu, pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya, juga terus berupaya memberikan dukungan dan program-program yang dapat memperkuat nilai-nilai kebangsaan di kalangan generasi muda.

Melalui sinergi antara pemerintah, aparat penegak hukum, lembaga pendidikan, dan masyarakat, upaya pencegahan dan penanganan radikalisme di Kabupaten Majalengka dapat berjalan efektif dan menghasilkan generasi muda yang tangguh serta berkarakter kebangsaan yang kuat.

Persoalan itu terungkap saat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka menggelar acara Majalengka Berbicara (Mabar) Volume Kelima.

Kegiatan ini bertujuan membahas pencegahan dan penanganan radikalisme di kalangan generasi muda. Acara ini berlangsung di Gedung Yudha Pendopo Bupati Majalengka Selasa (11/6/2024).

Mabar kali ini menghadirkan sejumlah narasumber penting, di antaranya Kepala Bakesbangpol Kabupaten Majalengka, Heri Rahyudi, Kasubnit Idensos Satgaswil Jabar Densus 88 AT Polri, Kompol Satori, dan Kasat Intelkam Polres Majalengka, AKP Agus Romi.

Kepala Bakesbangpol Kabupaten Majalengka Heri Rahyudi mengatakan, bahwa instansi yang dipimpinya memiliki program “Wawasan Kebangsaan Goes To School” yang bekerja sama dengan DPRD Kabupaten Majalengka, Polres Majalengka, Kodim 0617/Majalengka, dan Kejari Majalengka.

“Program ini dilaksanakan secara rutin dan kami berkeliling ke seluruh sekolah mulai dari SMP, SMA, SMK, MA, dan lainnya untuk menyebarluaskan wawasan kebangsaan di kalangan pelajar Majalengka. Pembinaan wawasan kebangsaan ini merupakan salah satu tugas pokok dari Bakesbangpol,” ungkapnya.

Dia menekankan, pembinaan wawasan kebangsaan ini penting digalakan, guna mengantisipasi derasnya arus informasi di era globalisasi saat ini. Sehingga hal ini dapat mencegah generasi muda terpapar paham radikal, atau terjerumus dalam aksi kejahatan seperti geng motor.

Bukan hanya itu, Heri juga menekankan akan pentingnya generasi muda dibentengi dari derasnya arus informasi yang diterima, agar tidak terpapar ajaran intoleran. Kendati, perbedaan itu merupakan suatu keniscayaan, sehingga segala bentuk intoleransi harus dihindari.

“Program lainnya yang dilaksanakan Bakesbangpol adalah Pakem. Ini bekerja sama dengan Kejari Majalengka. Melalui kegiatan ini, kami memberikan pembinaan dan mengawasi masyarakat yang memiliki nilai-nilai penyimpangan, agar memahami cara bertata negara yang baik sesuai dengan konstitusi,” tambahnya.

Sementara itu narasumber lainnya, Kompol Satori, Kasubnit Identifikasi dan Sosialisasi (Idensos) Satgaswil Jabar Densus 88 Anti Teror Polri. Ia menyoroti fenomena kenakalan pelajar seperti geng motor yang dianggap tidak akan pernah tuntas. Namun, pihaknya bersyukur aparat penegak hukum saat ini dapat meminimalisir pergerakan geng motor .

“Geng motor termasuk kelompok rentan terpapar paham intoleran atau radikal serta kejahatan lain seperti penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu, generasi muda perlu diingatkan agar lebih bijak dan mandiri dalam memilih lingkungan pergaulan,” jelasnya.

Ia menambahkan, berdasarkan data yang dimilikinya, banyaknya anak muda di Jawa Barat yang terpapar paham radikal. Ini disebabkan oleh semangat besar mereka untuk melakukan sesuatu. Namun semangat ini harus diarahkan pada wawasan kebangsaan, agar mereka memiliki kebanggaan terhadap kemajemukan terhadap tanah air Indonesia.

“Perlu diberikan kesadaran bahwa di Indonesia itu terdapat beragam agama dan suku. Jika hal ini disadari, maka generasi muda tidak akan mudah terpapar radikalisme maupun intoleransi,” tukasnya.

Satori juga mengingatkan para generasi muda Majalengka agar memilih guru yang kompeten dalam belajar ilmu agama maupun ilmu umum. Ini diharapkan agar tidak salah arah dan terhindar dari kelompok radikal. Sebab orang yang terpapar paham intoleran diakibatkan mereka kurang pemahaman tentang ilmu agama dan ilmu bernegara.

Senada dengan lainnya, Kasat Intelkam Polres Majalengka, AKP Agus Romi, menegaskan bahwa semua pihak harus turun tangan menangani fenomena geng motor yang pelakunya rata-rata adalah pelajar SMP dan SMA. Ia mengingatkan masyarakat untuk tidak menitikberatkan penanganan geng motor hanya kepada kepolisian.

“Polisi tidak bisa menangani geng motor sendirian karena memerlukan peran seluruh elemen masyarakat, termasuk orang tua, untuk mengawasi anak-anaknya. Jika dibiarkan, maka generasi muda yang akan mengisi Indonesia Emas 2045 tidak akan terselamatkan,” tutupnya (Je/T/Fik)

Back to top button