Finansial

Kekeringan Melanda Majalengka, Ribuan Hektare Padi Diprediksi Gagal Panen

kacenews.id-MAJALENGKA-Ribuan hetare areal sawah di 15 Kecamatan di Kabupaten Majalengka terancami kekeringan, ratusan hektare di antaranya sudah kekeringan kategori sedang dan ringan. Jika tidak terjadi hujan dengan dengan intensitas yang cukup diperkirakan kekeringan akan masuk kategori berat dan alami puso.
Areal sawah yang teraliri saluran irigasi pada MT II diperkirakan hanya sekitar 15 persenan dari luas areal sawah yang ditanami. Bantuan pompa air dari pemerintah hanya bisa mengairi areal sawah yang berdekatan dengan sumber air.
Areal sawah yang terancam kekeringan tersebut seperti berada Kecamatan Jatiwangi Lemahsugih, Bantarujeg, Kertajati, Palasah, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya dan sejumlah wilayah lainnya.
Beberapa areal sawah, kondisi permukaan tanahnya mulai retak – retak akibat tidak adanya air, retakan sudah mencapai sekitar 2 cm dengan ke dalaman sekitar 1,5 cm. Tanaman padi yang baru berusia dua minggu mulai menguning.
Menurut keterangan sejumlah petani, areal sawah yang alami kekeringan usia tanaman baru sekitar 3 minggu bahkan ada yang baru dua mingguan. Hal ini akibat pada musim tanam pertama terlambat tanam akibat musim hujan yang juga mundur.
“Sawahna garing, taneuhna tarelaan. Kuduna di gemuk ge garing kieu mah moal bener (Sawahnya kering, tanahnya retak. Harusnya tanaman di pupuk namun karena kondisi tanahnya kering, hasilnya tidak akan baik),” ungkap Audina salah seorang petani di Palasah.
Menurut Warto petani lainnya, sumur pantek yang ada airnya mulai menyusut, sehingga tidak akan mampu mengairi areal sawah yang ada.
Sebagian areal sawah jauh dari sumber air sungai atau aliran irigasi sehingga tidak akan bisa memompa air seperti petani lain yang jaraknya dekat dengan sumber air.
Koordinator Petugas Pengendali Organisme Penganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Majalengka Kusnadi mengatakan, ancaman kekeringan melanda 15 kecamatan di Kabupaten Maalengka. Wlayah terluas melanda Kecamatan Jatiwangi mencapai 960 hektaran, Kertajati 876 ha, Jatitujuh seluas 523 ha.
Total yang terancam mengalami kekeringan seluas 3.549 ha, kekringan kategori ringan yang sudah terjadi seluas 195 hektare dan kategori sedang seluas 86 hektare.
Jika tidak teraili ari, tidak menutip kemungkinan areal sawah tersebut akan mengalami puso. Hampir kesemuanya yang mengalami kekeringan ini adalah sawah tadah hujan yang usia tanamnya belum sebulan. Hal ini akibat keterlambatan tanam baik pada MT I maupun MT II, disebabkan musim hujan yang maju dan pada MT II musim kemarau terjadi lebih awal.
“Ada tanaman yang baru seminggu malah. Ini semua sawah tadah hujan. Kemarin ada yang begitu hujan baru tanam. Arealnya jauh ke sumber air. Yang teraliri irigasi sekarang diperkirakan hanya sekitar 15 persenan dari luas areal sawah yang ada,” ungkap Kusnadi.
Menurut Kusnadi, para petani sebetulnya sejak awal sudah diberikan sosialsiasi kemungkinan majunya musim kemarau sehingga disarankan untuk tidak bertani padi. Namun hampir semua petani maksa tanam padi karena kebiasaan melakukan dua kali tanam.
Balai Peramalan OPT setiap waktu mengeluarkan prakiraan cuaca dan prakiraan serangan hama untuk menjadi pedoman bagi para petani melakukan tanam. Namun himbauan tersebut diabaikan para petani.
“Dari awal Balai Peramalan OPT ini sudah mewanti – wanti kemungkinan munculnya hama ataupun cuaca,” kata Kusnadi.(Ta)

Related Articles

Back to top button