Usia 93 Tahun, Nenek Patmah asal Majalengka Rela Jual Tanah Kebun untuk Bisa Berhaji
kacenews.id-MAJALENGKA-Patmah (93) warga Blok Sabtu, RT 006./002, Desa Ranjiwetan Kecamatan Kasokandel adalah jemaah calon haji tertua asal Kabupaten Majalengka yang kesehariannya bekerja sebagai pengobatan telinga dan bekam. Walaupun usianya sudah mencapai 93 tahun Patmah masih mampu berjalan berkilo kilo meter asal kondisinya datar.
Untuk melunasi biaya Ongkos Naik Haji Patmah yang telah ditinggal suaminya sejak puluhan tahun dia rela menjual tanah kebunnya, agar bisa berangkat di tahun 2024 tanpa harus memiliki utang ke bank yang menawarinya untuk mencicil setelah pulang berhaji.
Ditemui di rumahnya Patmah tengah mengobati pasien yang telinganya mengalami gangguan sambil duduk lesehan di atas tikar.
Usai mengobati Patmah ditemani kedua anaknya Juju Nuraeni (40) dan Maemunah (38) mengemas barang bawaanya ke dalam koper berwarna hitam yang diterimanya dari bank tempat dia mendaftarkan haji.
Koper kecil dia isi dengan aneka makanan ringan hingga mie instan yang katanya untuk menjaga kemungkinan lapar saat berada di Makkah atau Madinah, serta koper besar dia isi dengan sabun peralatan mandi, sabun cuci, pakaian, mukena serta keruding yang semua dikemas satu persatu di plastik untuk memudahkan megambil saat harus berganti baju.
Di atas pintu ruang tamu bagian dalam ditempel kertas berisi ayat kursi, di dinding lainnya terdapat foto dirinya saat masih muda bersama kyai sepuh yang juga mantan Ketua MUI dan Ketua FKUB Majalengka KH Sarkosi Subki.
Menurut Patmah dan kedua anaknya, niat berhaji sudah ada sejak puluhan tahun lalu mengikuti jejak suaminya almarhum, namun saat itu hanya niat. Terlebih setelah ditinggal suaminya disaat anak keduanya masih bayi berumur 11 bulanan.
Saat itu dia harus bekerja menghidupi kedua anaknya, bekerja sebagai buruh tani yang upahnya hanya 0,5 kg beras. Cukup lama ia bekerja sebagai buruh tani sambul mengasuh anaknya. Hingga keinginan berhaji hampir pupus karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.
Patmah yang melahirkan 12 anak namun 10 diantaranya meninggal saat masih bayi dan balita, kemudian menikah kembali setelah kurang lebih 8 tahun suaminya meninggal. Kebetulan suami keduanya bisa melakukan pengobatan therapi bekam dan telinga yang kemasukan serangga atau Otitis Media Surpuratif Kronik (OMSK). Saat suaminya msih ada dia tetap menjadi buruh tani untuk membantu ekonomi keluarga.
Setelah usianya mulai menua, dia berhenti menjadi buruh tani, dan melanjutkan pekerjaan suami keduanya karena saat suaminya masih hidup dia terus belajar melakukan pengbatan hingga sekarang pekerjaan ditekuninya.
Imbalan dari pengobatan tersebut tidak menentu karena katanya seiklasnya, hanya rata – rata memberikan imbalans ebesar Rp 50.000. Dalam sehari ada dua hingga empat pasien.
Kedua anaknya telah menikah dan dibawa suaminya masing – masing, dari pekerjaan tersebut dia mulai menabung untuk berhaji dan di Tahun 2016 mendaftarkan diri untuk berhaji dengan bekal tabungan Rp 30.000.000.
Di Tahun 2023, dia mendapat prioritas untk berangkat namun tidak diambilnya karena biaya ONH belum dilunasinya, pihak bank menawarkan untuk berangkat karena bisa dilunasi terlebih dulu oleh bank.
“Bank menaarkan untuk melunasi terlebih dulu dan katanya bisa dicicil, tapi ibu saya menolak karena saat itu tengah menawarkan tanah untuk dijual, namun tanah saat belum tidak laku hingga tidak bisa berangkat.” ungkap Maemunah.
Di tahun ini, ternyata tanahnya laku terjual dan akhirnya bisa melunasi ONH. “Sekarang mungkin sudah waktunya berangkat, tanah laku, sehingga tidak perlu mencicil utang ketika pulang dari haji,” kata Juju.
Kasie Urusan haji Kementrian Agama Kabupaten Majalengka Heru Khoerudin mengatakan, Patmah masuk pada kloter 20, yang akan berangkat pada 30 Mei mendatang. Dia menjadi prioritas berhaji bersama dengan 35 orang lansia lainnya.
“Dari Majalengka ada 36 orang lansia yang kesemuanya masuk prioritas untuk berangkat. Hanya usia tertua adalah Patmah 93 tahun,” kata Heru.(Ta)