Opini

Bocah Depresi

Seorang bocah di Cirebon dikabarkan depresi akibat handphone yang ia beli hasil dari mengumpulkan uangnya itu dijual oleh ibunya dengan alasan untuk belanja kebutuhan hidup.

Mengingat orang tua dari anak laki-laki kelas 6 SD tersebut berasal dari keluarga tak mampu, bahkan masuk di bawah kategori garis kemiskinan.

Kabar tersebut pun kemudian menjadi viral karena diunggah di media sosial dan surat kabar cetak. Kontan keadaan ini mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan masyarakat dan juga pejabat.

Dan informasi bocah depresi pun akhirnya sampai ke telinga Presiden Jokowi. Tanpa menunggu lama, Sang Presiden RI langsung meminta Staf Khususnya datangi ke lokasi atau rumahnya anak itu.

Singkatnya, pertemuan itu didampingi Pj Wali Kota Cirebon, Kapolres Cirebon Kota dan para kepala dinas terkait. Selain memberikan pesan kesabaran juga dalam kunjungan tersebut memberikan “oleh-oleh” untuk keluarga tersebut.

Sebenarnya, ada beberapa hal yang perlu disikapi dari kasus bocah depresi. Yaitu HP, keluarga yang tak mampu lalu persoalan penanganan kemisikinan kota.

Jika anak depresi karena HP, bukan karena HP nya orang menjadi iba. Hal ini karena para orang tua sepakat bahwa penggunaan gadget oleh anak butuh pengawasaan.

Banyak masalah anak dengan HP, membuat prilaku anak menjadi tak baik karena tontonan yang dilihat. Kesehatan baik tubuh karena terlena saat main HP, juga masalah dengan mata. Banyak anak usia kecil sudah memakai kaca mata.

Faktor HP, cenderung lebih banyak tak bermanfaat digunakan anak-anak. Tontonan game banyak menampilkan adegan kekerasan, pornografi, pornoaksi serta hal-hal yang tak pantas dilihat oleh anak-anak.

Jadi penanganan anak depresi dilihat dari dua sisi yang berbeda. Bisa karena salahnya pendekatan orang tua terhadap anaknya atau gegara HP, prilaku anak tidak terkontrol.

Yang jelas, terlihat jelas. Kasus bocah depresi memang banyak orang memberikan perhatian namun tak ada pejabat atau masyarakat yang memberikan atau menggantikannya dengan HP pada bocah itu. Namun lebih banyak memberikan bantuan pangan dan palingan mainan anak. Menurut saya, itu langkah bijak dan tepat ketika kita peduli sama bocah depresi tersebut.***

Related Articles

Back to top button